JAKARTA - Calon Presiden Joko Widodo akan mengunjungi korban kekerasan Direktur Galang Press Julius Felicianus (54) di Yogyakarta. Demikian dikatakan anggota tim pemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla, Eva Kusuma Sundari ketika dikonfirmasi, Jumat (30/5/2014). "Pak Jokowi akan ke Jogja, Sabtu (30/5/2014), akan diatur menemui Pak Julius," tutur Eva Kusuma Sundari.
Eva mengatakan agenda Jokowi ke Yogyakarta bertemu dengan Sri Sultan Hamengkubuwono X. Namun, Jokowi juga akan menyempatkan diri mengunjungi Julius yang sedang dirawat di RS Panti Rapih, Yogyakarta. "Pak Jokowi akan memberikan penguatan. Pak Julius juga salah satu relawan Jaring Jogja Pro Jokowi," katanya.
Peristiwa kekerasan ini berawal saat ibadat doa rosario di rumah Julius digelar pada pukul 19.00 WIB. Satu jam kemudian, sekitar pukul 20.20 WIB, tiba-tiba sekelompok orang bergamis datang dan langsung melempari rumah Julius dengan batu. Lalu mereka juga merusak rumah Julius.
Sekelompok pria yang diduga berasal dari Front Pembela Islam (FPI) dengan berpakaian jubah gamis mengobrak-abrik kegiatan ibadat doa rosario yang biasa dilakukan umat katolik Santo Fransiscus Agung Gereja Banteng, yang digelar di Perum YKPN, Tanjungsari Desa Sukoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kamis (29/5) malam.
Akibat aksi brutal tersebut, korban bernama Julius Felicianus (54) yang merupakan Direktur Galang Press menderita luka robek setelah dipukul benda keras. Korban juga mengalami luka lebam pada bagian muka dan mata. "Ada sekitar delapan orang yang mengroyok saya, tapi saya lihat ada banyak orang yang menggunakan pakaian serupa dan membawa alat pemukul dan senjata tajam," ujarnya.
Akibat kejadian itu, ia merasa keluarganya terancam. Julius mengaku tidak harus melapor ke polisi atas kejadian itu. Namun, polisilah yang harus menindaklanjuti kasus yang jelas sudah terjadi itu. Selain menganiaya Julius, sekelompok massa itu juga menganiaya jemaat. Ada yang dipukuli dengan kayu, besi, dan bahkan ada pula yang disetrum.
Aksi brutal kelompok orang tak dikenal itu juga menimpa Mikael Irawan, wartawan Kompas TV yang bermaksud meliput kejadian itu, juga dihajar oleh kelompok massa itu. Selain mendapatkan penganiayaan, kamera video miliknya juga dirampas. "Kebetulan saya tinggal di dekat lokasi kejadian. Begitu mendengar ada keributan massa, saya langsung mendatangi lokasi. Tapi begitu mengambil gambar, saya dikeroyok dan kamera dirampas," ungkapnya.
Kejadian tersebut saat ini masih dalam penyelidikan Polres Sleman. Petugas yang mendatangi lokasi langsung memasang garis polisi.
Tindakan brutal sekelompok massa dengan senjata tajam dan tumpul itu merupakan tindak anarkis dan intoleran dalam kehidupan beribadah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Beberapa waktu lalu kejadian serupa juga terjadi di Gunung Kidul, yakni berupa penutupan sebuah gereja dan penganiayaan terhadap aktivis lintas agama.
Berita Terkait : Umat Katolik Diserang FPI Karena Doa Rosario
No comments:
Post a Comment