Latest News

Thursday, May 31, 2012

Tidak Pernah Ada Yang Namanya Misa Karismatik




Istilah �Misa Karismatik� bukanlah istilah resmi Gereja dan bahkan tidak pernah diakui oleh Gereja. Bahkan Gereja Katolik sendiri tidak mengenal dan mengakui �Ritus Karismatik� sebagai salah satu bentuk ritus liturginya. Misa Karismatik sendiri adalah sesuatu yang tidak pernah ada. Terminologi ini salah kaprah.

Sekarang, adalah benar bahwa Pembaharuan Karismatik (Charismatic Renewal) adalah sebuah GERAKAN yang resmi diizinkan hadir di dalam Gereja Katolik. Namun apa yang diterima oleh Gereja adalah gerakan dan semangat pembaharuannya, bukan diterima sebagai salah satu bentuk Misa atau Ritus Liturgi. Sedangkan Misa Kudus itu sendiri adalah sumber dan puncak semua kehidupan Kristen. Karya pengudusan Allah untuk kita dan ibadah kita kepada-Nya mencapai puncaknya dalam Misa Kudus. (bdk Kompendium Katekismus Gereja Katolik 274)

Penerapan mindset, musik dan gerak tubuh (seperti tepuk tangan saat bernyanyi) dari Gerakan Pembaharuan Karismatik ke dalam Perayaan Ekaristi adalah sesuatu yang tidak pernah diinginkan Gereja. Bila Misa Kudus adalah sumber dan puncak kehidupan Gereja Universal, maka kita tidak dapat dan tidak boleh memasukkan musik, gerak tubuh dan mindset suatu kelompok kategorial tertentu - dalam hal ini Karismatik - ke dalam Misa Kudus. Kata St. Paulus memang benar bahwa karisma itu baik, tetapi ia juga menginstruksikan, �Tetapi segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur.�(1 Kor 14:40) termasuk Misa Kudus juga harus dirayakan seturut aturan baku Gereja Katolik.

Gerakan Karismatik harusnya mendorong umat untuk memiliki penghormatan dan ketaatan terhadap Liturgi Katolik apa adanya Liturgi itu (sekalipun dipandang membosankan secara subjektif), bukannya malah membuat Karismatik menjadi Liturgi itu sendiri. Hanya karena ada �Pembaharuan Karismatik� hal ini tidak berarti bahwa kita juga �Membaharui Misa Kudus� dengan memasukkan unsur-unsur karismatik ke dalam Liturgi Kudus Gereja Katolik.

Tidak hanya kelompok kategorial karismatik, tetapi kelompok kategorial lain haruslah menyesuaikan diri terhadap aturan resmi Misa Kudus. Kelompok kategorial tidak dapat membuat atau mengutak-atik Misa Kudus menyesuaikan terhadap kelompok kategorial itu sendiri.

Timbul pertanyaan: Apa sebenarnya alasan panitia menyelenggarakan Misa Kudus dengan disusupi mindset karismatik? Apakah karena Misa Kudus yang diadakan seturut aturan resmi Gereja "kurang menggugah, kurang bersemangat, kurang wah" ? atau karena panitia merasa kalau Misa Kudus yang setia pada aturan Liturgi "kurang memberikan pengalaman dengan Roh Kudus"?

Satu hal yang pasti, Roh Kudus tentu tidak akan membawa umat mengubah Liturgi yang bukan kewenangan umat. Roh Kudus tidak akan mendorong umat menambah-nambahi ke dalam Misa Kudus apa yang tidak diamanatkan dalam aturan resmi Gereja mengenai Misa Kudus. Roh Kudus tentu membimbing orang-orang untuk mendalami apa yang Gereja ajarkan dan tetapkan mengenai Misa Kudus. Roh Kudus tentu membimbing orang-orang untuk setia dan taat terhadap apa ajaran dan aturan Gereja Katolik mengenai Misa Kudus.


Catatan:
Gerakan Pembaharuan Karismatik sejauh ini memang diberi izin resmi hadir dalam Gereja Katolik. Tetapi izin tidaklah diberikan dalam lindungan kuasa infallibilitas (ketidakdapatsalahan) Gereja dan Paus. Jadi, jika Gerakan ini di kemudian hari dinilai jauh menyimpang dari ajaran dan aturan Gereja, maka Gerakan ini akan distop dan dilarang oleh Gereja Katolik. Hal yang sama  pernah berlaku terhadap Ordo Templar dan Ordo SSPX yang sekalipun awalnya diterima dan dipuji oleh Para Paus dan Uskup; namun karena ketidaktaatan, keduanya dilarang dan ditolak oleh Gereja Katolik.

Pax et Bonum

Saturday, May 26, 2012

Pater, Pergilah Menerima Sakramen Tobat!


Ada empat alasan utama mengapa banyak imam meninggalkan imamatnya:

1. Karena mereka menolak berdoa setiap hari.

2. Karena mereka tidak berusaha menghindari dosa dan melupakan bahwa kebijaksanaan adalah sains dari Para Orang Kudus.


3. Karena mereka tidak memiliki kerendahan hati dan keberanian untuk menerima Sakramen Tobat yang kudus secara benar dan teratur.

4. Karena mereka hidup dalam keadaan berdosa berat tetapi tetap merayakan Ekaristi. Bila imam dalam keadaan berdosa berat tetap merayakan Misa Kudus, maka ia telah melakukan dosa sakrilegi (melecehkan hal-hal yang suci) sekalipun Misa yang dirayakannya tetap sah. Kemudian, bila imam berada dalam keadaan berdosa berat, bagaimana bisa ia memberi homili dalam inspirasi, terang dan kekuatan Roh Kudus? Bagaimana bisa ia memberi homili sementara ia terikat pada dosa berat?

Pesan dari dombamu: Romo/Pater, pergilah untuk menerima Sakramen Pengakuan yang kudus, dan kemudian jadilah pengkhotbah yang mengagumkan. Roh Kudus akan berbicara kepadamu dan melaluimu, dan engkau akan menyelamatkan ribuan jiwa yang sedang berjalan menuju neraka.

Suatu hari di sebuah paroki, St. Yohanes Maria Vianney, Imam Kudus dari kota kecil Ars, menerima kunjungan dari seorang imam muda. Imam muda ini memiliki ketertarikan yang besar untuk mengenal Imam Kudus dari Ars ini secara pribadi. Setelah makan siang, Imam Kudus ini berkata kepada imam muda tersebut: �Apakah dirimu bersedia untuk mendengarkan pengakuan dosa saya?� Imam muda ini seketika tersungkur dari kursinya mendengar permintaan dari Imam Kudus yang mengagumkan dan terkenal akan kekudusannya. Santo-Santa mengaku dosa, menerima Sakramen Tobat! Dan mereka yang menerima Sakramen Tobat menjadi Santo-Santa.

Remember...

If the priest is a saint, his people will be holy.
If the priest is holy, his people will be good.
If the priest is good, his people will be fair.
If the priest is fair, his people will be mediocre.
If the priest is mediocre, his people will be bad.

Silahkan sebarkan artikel ini kepada para imam kita sebab sebagai umat pun, kita mempunyai hak dan kewajiban untuk mengingatkan para imam kita agar mengusahakan kekudusan hidup mereka sendiri. Pax et Bonum

Artikel ini dimuat juga di Buletin Lentera Iman milik Komsos Keuskupan Agung Makassar edisi 41 Juni 2012

Friday, May 25, 2012

Katolik Kafetaria



Katolik Kafetaria? Apa itu? Aliran barukah? Gereja barukah?

Bukan, Katolik Kafetaria bukanlah aliran baru atau Gereja baru. Katolik Kafetaria bukanlah istilah resmi dalam Gereja Katolik, melainkan istilah yang dibuat oleh orang Katolik di barat sana untuk menggambarkan orang-orang Katolik yang memutuskan untuk taat dan mengimani  ajaran-ajaran Gereja Katolik yang mereka sukai dan menolak ajaran-ajaran Katolik yang mereka tidak sukai. Mereka menyukai suatu ajaran Katolik lalu menaatinya dan menggembar-gemborkannya kepada orang lain. Tetapi ajaran yang tidak mereka sukai, mereka tidak taati dan kemudian mereka abaikan serta tentu tidak mereka wartakan kepada orang lain.


Hal ini tentulah salah. Hal ini yang tepatnya dilakukan oleh Martin Luther dan Calvin pada abad ke-16. Martin Luther dan Calvin, dua "Bapa Reformator" pertama, mencintai dan mengimani ajaran-ajaran Katolik mengenai Bunda Maria, termasuk Bunda Maria Dikandung Tanpa Noda dan Bunda Maria Perawan Selamanya. Tetapi, Martin Luther dan Calvin menolak dan membuang ajaran Api Penyucian (Purgatorium) dan Keutamaan Paus yang telah diajarkan oleh Gereja selama 1500 tahun pada masa mereka. Tentu, Martin Luther dan Calvin tidak punya otoritas untuk menentukan ajaran yang benar dan yang salah tetapi mereka menekankan opini pribadinya. Luther sendiri juga menyebut Paus sebagai Antikristus, dan Gereja Katolik sebagai Pelacur Babilonia. Dengan kata lain, Luther adalah salah seorang Katolik Kafetaria.

Katolik Kafetaria masa sekarang tidak ada bedanya dengan Martin Luther dan Calvin, kecuali mereka tidak meninggalkan dan mendirikan gereja mereka sendiri yang dinamai dengan nama mereka. Tidak sedikit pula dari mereka yang menentang Paus dan menolak otoritas mengajar Gereja Katolik seperti yang tertulis pada Katekismus Gereja Katolik. Orang Katolik yang berpandangan liberal sangat menyukai ajaran Gereja mengenai keadilan sosial, imigrasi, dan pelayanan kesehatan, tetapi mereka sangat membenci ajaran Gereja Katolik mengenai kontrasepsi buatan, aborsi dan homoseksualitas. Jadi mereka dengan sendirinya menjadi �Paus� bagi diri mereka sendiri, menentukan apa yang benar dan apa yang salah bagi diri mereka sendiri.

Di sisi lain, orang Katolik yang berpandangan ultra-tradisional mencintai ajaran Gereja mengenai Perayaan Ekaristi, Para Malaikat, Liturgi tetapi mereka sendiri juga menolak Paus, terutama karena �Misa Baru� yaitu Misa Forma Ordinaria/Novus Ordo yang Gereja Katolik rayakan secara luas sekarang. Mereka juga menolak Konsili Vatikan II dan menganggap konsili ini sesat. Mereka hanya menginginkan Misa Latin Tradisional/Tridentinum dan percaya dalam hati mereka bahwa Misa yang sekarang adalah sesat. Mengenai hal ini, Gereja Katolik menyatakan bahwa Misa Forma Ordinaria/Novus Ordo dan Misa Forma Ekstraordinaria/Tridentinum/Misa Latin Tradisional adalah sama-sama sah dan tidak dilarang untuk dirayakan di seluruh Gereja Katolik yang ada di dunia. Mereka ini disebut sedevacantist, yaitu orang yang percaya bahwa Tahta St. Petrus saat ini masih kosong sejak tahun 1958 ketika Paus Pius XII meninggal. Bagi mereka, Paus sesudah Paus Pius XII adalah paus sesat (yaitu Paus Yohanes XXIII, Paus Paulus VI, Paus Yohanes Paulus I, Paus Yohanes Paulus II dan Paus Benediktus XVI)

Kedua tipe orang Katolik seperti ini adalah salah. Kita sebagai awam tidak mengambil dan memilih mana ajaran-ajaran Gereja Katolik yang ingin kita percayai dan mana yang tidak. Yesus mendirikan Gereja Katolik pada tahun 33 AD, di mana Ia memberikan kunci-kunci Kerajaan Surga kepada Petrus, yang meneruskan kunci-kunci tersebut kepada para paus penggantinya. Yesus berkata bahwa alam mau tidak akan menguasai Gereja-Nya. (bdk Mat 16:18-19). Berkata bahwa paus setelah tahun 1958 adalah sesat maka hal ini berarti bahwa alam maut telah berhasil melawan Gereja-Nya.

Yesus juga menjanjikan bahwa Roh Kudus akan membimbing Gereja-Nya kepada kebenaran. Meyakini bahwa ajaran Gereja salah mengenai kontrasepsi buatan dan aborsi, berarti meyakini bahwa Roh Kudus membimbing Gereja pada kekeliruan.

Gereja Katolik bukanlah seperti kafe di mana kita dapat memilih mana yang kita suka dan mana yang tidak. Dalam Gereja Katolik, kita tidak dapat memutuskan mana ajaran resmi Gereja yang benar dan mana yang tidak berdasarkan penafsiran kita pribadi atas Kitab Suci dan Tradisi Suci. Seperti kata Uskup Agung Charles Chaput, OFM. Cap., Uskup Agung Philadelphia: �If they don�t believe what the church teaches, they�re not really Catholic.� dan seperti kata St. Ignatius Loyola yaitu bahwa kita harus �berpikir bersama dengan Gereja, sentire cum Ecclesia�, mengikuti pikiran Gereja.

Beberapa ayat Kitab Suci mengenai Ketaatan:

Mat 16:18-19 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."

Mat 28:19-20 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Rom 1:5 Dengan perantaraan-Nya kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada nama-Nya.

2 Kor 9:13 Dan oleh sebab kamu telah tahan uji dalam pelayanan itu, mereka memuliakan Allah karena ketaatan kamu dalam pengakuan akan Injil Kristus dan karena kemurahan hatimu dalam membagikan segala sesuatu dengan mereka dan dengan semua orang,

2 Tes 2:15 Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada tradisi-tradisi yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis.

1 Yoh 4:6 Kami berasal dari Allah: barangsiapa mengenal Allah, ia mendengarkan kami; barangsiapa tidak berasal dari Allah, ia tidak mendengarkan kami. Itulah tandanya Roh kebenaran dan roh yang menyesatkan.

1 Pet 1:14 Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu,

1 Pet 1:22 Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu.


pax et bonum 


Friday, May 18, 2012

Ajaran Sesat Collyridianisme

St. Epifanius dari Salamis

Hampir semua ajaran sesat yang menyerang pada abad-abad pertama Gereja Katolik berkaitan dengan Tritunggal atau Kristologi. Namun ajaran sesat Collyridianisme berbeda. Ajaran sesat ini berkaitan dengan Mariologi di mana sekte Collyridianis ini mengajarkan penyembahan dan penuhanan terhadap Bunda Maria.

Bidaah ini hadir pada sekitar tahun 350-450 di wilayah Arabia. Tidak diketahui siapa pendiri sekte ini dan sedikit sekali informasi yang bisa kita ketahui sekarang tentang sekte ini. Selain itu, tampaknya karena bidaah ini hadir pertama-tama di Arabia, maka orang-orang di sana kemudian menyangka bahwa Allah Tritunggal adalah Bapa, Yesus Kristus dan Bunda Maria. Sampai sekarang pun kita masih bisa mendengar sangkaan seperti ini.


Kesesatan Collyridian ini sederhana: Mereka menyembah Bunda Maria. Hal ini secara langsung bertentangan dengan pengajaran Gereja Katolik yang mengutuk penyembahan berhala yang juga telah dikutuk oleh Allah sendiri: �Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.� (Kel 20:3; Ul 5:7) Devosi terhadap Bunda Maria dalam sekte ini kemudian dikembangkan sebagai Penyembahan (Idolatri/Pemberhalaan) terhadap Bunda Maria. Gereja Katolik memang mengajarkan penghormatan tinggi (hiperdulia) terhadap Bunda Maria yang diyakini Perawan Selamanya, Bunda Allah, Pengantara Segala Rahmat, dll. Tetapi sekte ini melewati batas seharusnya dalam penghormatan terhadap Bunda Maria sehingga mereka malah jatuh kepada penyembahan terhadap Bunda Maria.

Detail mengenai Collyridianisme ini sangat sedikit tetapi secara spesifik kita bisa mengetahui bahwa sekte ini mempersembahkan Kurban Ekaristi kepada Bunda Maria. Hal ini bertentangan dengan Gereja Katolik yang selalu mempersembahkan Kurban Ekaristi kepada Allah dan tidak kepada yang lain termasuk Bunda Maria. Illustrasinya demikian: Dalam Doa Syukur Agung I (Pertama) terdapat teks:
Oleh karena itu ya Bapa, kami mengenangkan Yesus Kristus, Putera-Mu, yang telah menderita bangkit dari alam maut dan naik ke surga dengan mulia. Kami, umat-Mu, mempersembahkan kurban yang suci murni, yakni Roti Kehidupan Abadi dan Piala Keselamatan Kekal.�

Namun, dalam sekte ini, doa ini digubah sedemikian rupa sehingga kira-kira menjadi demikian untuk menunjukkan kurban Ekaristi dipersembahkan kepada Bunda Maria,
Oleh karena itu ya Bunda Maria, kami mengenangkan Yesus Kristus, Putera-Mu, yang telah menderita bangkit dari alam maut dan naik ke surga dengan mulia. Kami, umat-Mu, mempersembahkan kurban yang suci murni, yakni Roti Kehidupan Abadi dan Piala Keselamatan Kekal.�

Para Bapa Gereja Katolik dengan segera mengetahui keberadaan ajaran sesat ini dan mereka menolaknya. Tokoh terkemuka penentang ajaran Collyridianisme ini adalah Bapa Gereja Epifanius (315-403), Uskup Salamis. Epifanius terkenal sebagai orang yang sangat terpelajar dan pertapa suci. Ia adalah teman dekat St. Hieronimus, seorang Bapa Gereja Barat yang terkenal yang menerjemahkan Kitab Suci dari bahasa Yunani ke bahasa Latin atas perintah Paus St. Damasus I. Namun, Epifanius ini adalah orang yang dikenal sangat bertemperamen tinggi dan keras sehingga tidak sedikit pula uskup lain yang kesal terhadapnya.

Epifanius membuat tulisan melawan ajaran sesat Collyridianisme dalam buku apologetiknya yang terkenal, Panarion (artinya Kotak Obat-obatan). Buku ini berisi sanggahan-sanggahan Epifanius terhadap lebih dari 80 jenis ajaran sesat yang dia ketahui pada zamannya. Dalam buku ini, dia menyanggah dua ajaran sesat ekstrim dan saling bertolak-belakang mengenai Bunda Maria, yaitu Collyridianisme (yang menuhankan Bunda Maria) dan Antidicomarianitisme, sebuah sekte Arab yang merendahkan dan melecehkan status dan kebajikan Bunda Maria serta mengklaim bahwa Bunda Maria melakukan hubungan suami istri dengan Yosef sehingga Bunda Maria tidak dapat diyakini Yang Tetap Perawan Selamanya. (bdk: Panarion 78:1)

Anggota sekte Collyridianisme adalah pertama-tama para wanita yang mengembangkan kombinasi sinkretistik antara Tradisi Katolik dengan tradisi pemujaan terhadap dewi-dewi pagan. Epifanius menulis:
�Beberapa wanita di Arabia telah memperkenalkan pengajaran yang tak masuk akal dari Thracia: [yaitu] bagaimana mereka mempersembahkan kurban roti dalam nama Maria yang Perawan Selamanya, dan semua [dari mereka] mengambil bagian dalam roti ini.� (Panarion 78:13).

Epifanius menekankan perbedaan antara Bunda Maria dan Allah:
�Sekarang tubuh Bunda Maria memang adalah suci, tetapi itu bukanlah Allah; Perawan [Maria] memang adalah seorang perawan dan dihormati, tetapi ia tidak diberikan bagi kita untuk disembah, melainkan ia sendiri menyembah Dia yang lahir dalam daging dari ia. ... Menghormati Maria, tetapi hendaklah Bapa, Putera dan Roh Kudus disembah, hendaklah tidak seorang pun menyembah Maria, ... sekalipun Maria adalah tercantik dan kudus dan terhormat, tetapi ia ada tidak untuk disembah.� (Panarion 79:1,4)

Bersama Epifanius, kita dapat berkata bahwa siapapun yang menyembah Maria atau ciptaan lainnya berarti telah melakukan penyembahan berhala dan harus ditegur. Kita sebaiknya melihat ke dalam Kitab Suci, pada kasus di mana malaikat menegur St. Yohanes karena tindakannya menyembah malaikat: �Maka tersungkurlah aku di depan kakinya untuk menyembah dia, tetapi ia berkata kepadaku: Janganlah berbuat demikian! Aku adalah hamba, sama dengan engkau dan saudara-saudaramu, yang memiliki kesaksian Yesus. Sembahlah Allah! ... � (Wahyu 19:10) Tidak diragukan lagi bahwa Santa Perawan Maria sendiri akan berkata hal ini kepada siapapun yang berusaha menyembah dia.

Collyridianisme Modern

Collyridianisme dapat dilihat sekarang dalam berbagai bentuk. Kelompok �Hiper-Marian� dan para penulis yang terlalu meninggikan Bunda Maria dan sangat fokus terhadapnya sehingga tidak jarang mengecualikan Kristus dapat dikatakan bersalah atas usaha penyembahan berhala atau pemuliaan Maria melebihi Kristus. Di samping itu, muncul pula gerakan feminisme modern yang memuja seorang wanita sebagai yang ilahi dan berusaha menggambarkan kembali Allah dalam konteks dan istilah feminis seperti beberapa kelompok wanita Korea di Bandung yang menyebutkan �Allah itu ibu kita.� dsb.

Di samping itu, devosi yang berlebihan oleh umat Katolik dapat dianggap penyembahan berhala. Contoh sederhana ketika kita lebih memilih duduk berdoa Rosario di gua Maria ketimbang melaksanakan kewajiban kita mengikuti Perayaan Ekaristi pada hari Minggu. Dapat pula devosi berlebihan ini ditunjukkan oleh gelar dan ucapan kita kepada Bunda Maria. Tidak jarang kita mendengar umat Katolik menyebutkan, �Bunda Maria, sumber segala rahmat, ampunilah dosa kami.� Padahal, Sumber Segala Rahmat itu adalah Allah sendiri sedangkan Bunda Maria hanya dapat digelari Pengantara Segala Rahmat karena mengandung Yesus, Putera Allah, Sumber Segala Rahmat itu sendiri. Juga, kita tidak bisa memohon ampun dosa kepada Bunda Maria karena Bunda Maria tidak punya hak untuk itu. Kita dapat meminta Bunda Maria mendoakan kita atau melindungi kita, tetapi meminta ampun dosa tidak dapat kita lakukan kepada Bunda Maria.

Gereja Katolik dalam usaha mencegah devosi berlebihan dan keliru ini, menetapkan agar semua buku doa dan buku devosi mendapatkan Nihil Obstat dan Imprimatur dari hierarki setempat sehingga ada jaminan aman untuk digunakan oleh umat Katolik dan umat Katolik dapat mengetahui gelar apa dan ucapan apa yang diperbolehkan untuk kita berikan terhadap Bunda Maria. Hal ini juga untuk menunjukkan kepada umat non-Kristen Katolik bahwa Gereja Katolik tidak menyembah Bunda Maria seperti yang dilakukan oleh Collyridianis. Juga, umat Katolik dapat berargumen membela ajaran Gereja bahwa Katolik tidak menyembah Bunda Maria dengan menunjukkan fakta bahwa Ekaristi, Puncak Kehidupan orang Katolik, hanya dapat dipersembahkan kepada Allah, tidak kepada Bunda Maria.  


Pax et Bonum. Artikel ini ditulis oleh Indonesian Papist untuk memperingati Bulan Maria, Mei 2012.

Referensi:
Collyridianism oleh Patrick Madrid dalam Majalah Katolik, �This Rock� edisi tahun 1994 yang diterbitkan di Amerika Serikat.

Lihat juga:
Diskusi Indonesian Papist dengan umat Protestan yang menganggap Gereja Katolik menuhankan Bunda Maria karena Gereja Katolik mengajarkan Bunda Maria Tanpa Noda Dosa.

Thursday, May 17, 2012

Respon terhadap Respon Romo Daniel Bambang dari Gereja Orthodox Indonesia

Para Kepala Gereja Katolik Timur

Hari ini, Kamis 17 Mei 2012, tepat pada Hari Raya Kenaikan Yesus Kristus, saya menghadiri seminar sehari di Bandung yang diadakan oleh Gereja Orthodox Indonesia dengan Romo Daniel Bambang sendiri selaku Pemimpin Gereja Orthodox Indonesia sebagai narasumber utamanya (Di Ortodoks, terdapat pula hierarki seperti Diakon, Imam dan Uskup). Judul seminar itu adalah �Di Manakah Gereja Para Rasul Sekarang?�. Dalam seminar ini, hadir berbagai peserta dari berbagai latar belakang agama berbeda. Ada dari agama Islam, Protestan, Konghucu, Buddha dsb. Seminar ini diadakan hasil kerjasama Gereja Orthodox Indonesia bersama Jakatarub (Jaringan Kerja Antar Umat Beragama) dan komunitas Layar Kita.


Karena ini adalah seminar mengenai Ortodoks Timur, maka yang dibahas di sini tentulah sejarah, tradisi, dan teologi berdasarkan pemahaman Ortodoks Timur. Saya maklum soal ini. Tetapi, dalam seminar ini sendiri juga mau tidak mau pembahasan tentang agama lain juga ikut diangkat dan dibandingkan dengan Ortodoks Timur, termasuk mengenai Gereja Katolik.

Dalam artikel ini saya hendak membahas mengenai respon Beliau terhadap koreksi saya atas pernyataan Beliau. Artikel ini sengaja saya tulis dan publikasikan di blog agar dibaca lebih banyak orang. Hal ini karena kekeliruan tentang Ekklesiologi Katolik (mungkin karena ketidaktahuan) yang Beliau katakan di dalam seminar telah didengar oleh banyak orang dari berbagai agama sehingga berpotensi menimbulkan meluasnya pandangan yang keliru mengenai Gereja Katolik.

Dalam buku seminar yang dibagikan dan dalam pemaparan lisan Beliau selama seminar, saya membaca dan mendengar sebuah istilah yang sebenarnya tidak menggambarkan Gereja Katolik secara utuh. Istilah tersebut adalah �Kristen Roma Katolik� dan �Gereja Roma Katolik�. Contoh berikut saya kutip dari buku seminar halaman 9: �Setelah perpecahan itu (Skisma Timur, Red), Gereja Barat itu akhirnya disebut sebagai Gereja Roma Katolik sedangkan Gereja Timur disebut sebagai Gereja Orthodox.� Selanjutnya dalam pemaparan lisan, Beliau dalam usaha mengoreksi pemahaman kata �Kristen� yang kerap diidentikkan dengan Protestan mengusulkan pembedaan nama demikian, �Kristen Roma Katolik, Kristen Ortodoks, dan Kristen Protestan�.

Terminologi �Kristen Roma Katolik� dan �Gereja Roma Katolik� adalah terminologi yang sama sekali tidak menggambarkan Gereja Katolik seutuhnya bahkan hanya mereduksi Gereja Katolik menjadi sebatas Gereja Katolik Roma saja. Padahal, dalam kenyataannya Katolik Roma hanyalah satu dari 23 Gereja Partikular yang sui iuris (otonom/mandiri) di dalam Gereja Katolik (Gereja Universal) di mana Gereja Katolik adalah Bunda Gereja dan 1 Katolik Roma bersama 22 Katolik Timur adalah Puteri dari Bunda Gereja ini. Saya telah membahas mengenai Gereja Universal dan Gereja Partikular ini di artikel berikut ini. Dalam seminar ini, Romo Daniel Bambang telah menyampaikan hal yang keliru mengenai Gereja Katolik dengan menggunakan terminologi tersebut.

Menyadari kekeliruan ini, saya sengaja mengangkat tangan pada sesi tanya jawab untuk bertanya sekaligus mengoreksi kekeliruan ini secara terbuka. Apa yang saya katakan adalah bahwa istilah �Kristen Roma Katolik� bukanlah istilah yang tepat bagi Gereja Katolik karena sebagaimana yang kita ketahui bahwa Gereja Katolik bukan hanya Katolik Roma saja, tetapi ada pula 22 Gereja Katolik Timur di dalam Gereja Katolik. Gereja-gereja Katolik Timur ini memiliki tradisi yang relatif sama dengan Gereja Timur lainnya seperti Ortodoks (baik Timur maupun Oriental) dan Timur Assyria namun mereka berada dalam persatuan penuh dengan Paus Roma.

Saya pikir koreksi ini kemudian akan diiyakan oleh Sang Romo tetapi yang terjadi justru di luar dugaan saya. Romo Daniel malah menjawab: �Istilah �Kristen Roma Katolik� jangan dipandang dari sisi geografis (Dengan segala hormat, tampaknya Romo Daniel tidak menangkap esensi dari pertanyaan saya. Saya tidak berbicara hal ini dalam konteks geografis tapi dalam konteks ekklesiologi Gereja Katolik). Memang benar bahwa di dalam Roma Katolik ada Gereja Katolik Timur tetapi mereka secara pola pikir dan semangat sama seperti Roma Katolik. Mereka terikat pada hukum kanonik yang sama dengan Roma Katolik dan mereka tunduk pada otoritas Paus Roma. Mungkin mereka secara tradisi sama dengan Ortodoks Timur tetapi mereka secara semangat dan pola pikir adalah Roma Katolik. Mereka tidak sama dengan Ortodoks.�

Di atas adalah jawaban dari Romo Daniel Bambang merespon koreksi terbuka saya kepada Beliau. Menarik melihat bahwa Romo Daniel, dengan segala hormat, tidak memahami dan tidak mengerti tentang Gereja Katolik sehingga menekankan istilah �Kristen Roma Katolik� atau �Gereja Roma Katolik� sebagai istilah yang sesuai untuk Gereja Katolik. Gereja Katolik Timur, secara ekspresi teologi dan tradisi, lebih dekat dan lebih mirip dengan Ortodoks ketimbang dengan Katolik Roma. Gereja Katolik Timur mengimani semua dogma Katolik namun memahaminya berdasarkan teologi dan tradisi Timur mereka sendiri yang khas, bukan berdasarkan teologi dan tradisi Roma. Contoh sederhana adalah mengenai Dogma Maria Diangkat ke Surga. Dalam mengimani dogma ini, Gereja Katolik Roma menekankan pada Diangkatnya Maria ke Surga (Assumption) sementara Gereja Katolik Timur mengimani dogma ini pula tetapi menekankan pada Tertidurnya Maria (Dormition). Dari sini bisa terlihat bahwa ajarannya Katolik Timur dan Katolik Roma adalah sama tetapi ekspresi teologi dan tradisinya berbeda. Silahkan lihat East 2 West tentang pendekatan teologi dan tradisi terhadap dogma dan doktrin Gereja Katolik yang berbeda antara Katolik Roma dan Katolik Timur, namun memiliki inti ajaran yang sama.

Sementara itu, klaim Romo Daniel Bambang bahwa Gereja Katolik Timur terikat pada hukum kanonik yang sama dengan Katolik Roma juga adalah keliru karena Gereja Katolik Timur memiliki kitab hukum kanonik mereka sendiri yang berlaku untuk mereka sendiri, sementara Katolik Roma punya kitab hukum kanonik tersendiri pula. Kitab hukum kanonik Gereja Katolik Timur yang berlaku saat ini disebut Codex Canonum Ecclesiarum Orientalium (Kitab Kanonik Gereja-Gereja Timur). Sedangkan kitab hukum kanonik Gereja Katolik Roma yang berlaku saat ini disebut MCMLXXXIII Codex Iuris Canonici (Kitab Hukum Kanonik 1983). Isi antara kedua kitab hukum kanonik ini jelas berbeda satu sama lain.

Gereja Katolik Timur tidak tunduk pada Paus tetapi bersatu penuh dengan Paus, bahkan mengatakan �Katolik Timur berada di bawah Paus� juga kurang tepat. Setiap Gereja Katolik Timur memiliki kepala Gereja mereka masing-masing. Sebagian dari Gereja-gereja Katolik, kepala Gereja mereka yang baru harus mengonfirmasi ulang persatuan mereka dengan Paus. Gereja Katolik Timur adalah Gereja sui iuris, Gereja yang otonom (self-governing) dan Paus tidak punya otoritas langsung atas Gereja-gereja Katolik Timur ini.

Demikianlah artikel ini saya buat untuk mengoreksi pemahaman yang tidak tepat mengenai Gereja Katolik. Mungkin bagi orang terkenal seperti Romo Daniel dan bagi orang-orang lain di luar sana, artikel ini tidak terlalu penting dan tidak perlu terlalu diperhatikan. Tetapi, dalam ketaatan terhadap Gereja Katolik, koreksi ini perlu saya lakukan dan publikasikan agar kita tidak jatuh atau terpengaruh pada pemahaman yang salah mengenai Gereja Katolik. Sekali lagi, Istilah �Kristen Katolik Roma� atau �Gereja Katolik Roma� sama sekali bukan istilah yang tepat untuk menyebut atau menggambarkan Gereja Katolik karena mereduksi Gereja Katolik menjadi sekadar Gereja Katolik Roma saja.

Pax et Bonum. Indonesian Papist.
Berbagai artikel tentang Katolik Timur bisa dibaca di link ini.

Tentang Kenaikan Yesus Kristus ke Surga


Pengarang Injil memberitakan kenaikan Yesus dengan sangat ringkas. Kisah Para Rasul menyampaikannya lebih luas. Ini berarti bahwa Para Rasul dan generasi Kristen pertama mempunyai kepercayaan yang kokoh dan kuat bahwa Yesus telah naik ke surga. Yesus telah hidup di surga. Kepercayaan mereka tentang hal ini tidak tergoyahkan lagi. Pandangan mereka hanya diarahkan ke atas, dari mana mereka mengharapkan kedatangan Penebus pada akhir zaman. Pemberitaan tentang kenaikan Yesus pada hari keempatpuluh tidak bersifat suatu perpisahan atau suatu pemutusan hubungan. Karena itu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita. (Luk 24:52).


Markus dan Lukas memberi kesan seakan-akan kenaikan Yesus berlangsung pada hari kebangkitan itu sendiri. Yohanes memberikan suatu jangka waktu yang lebih panjang, sedangkan Kisah Para Rasul berbicara tentang empat puluh hari.

Rupa-rupanya Para Rasul sudah lebih mengerti daripada sebelumnya. Mereka mengerti bahwa Yesus tidak datang untuk mendirikan kerajaan yang sifatnya duniawi, materiil dan politis. Walaupun demikian mereka masih melekat juga kepada kebesaran lahiriah dan masih memegang kuat pendirian yang bersifat nasional israelitis. Mereka belum dapat berpikir secara universal. Hal itu dapat dilihat dari pertanyaannya: �Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?�. (Kis 1:6). Jawaban Yesus memberikan mereka suatu pandangan yang tepat dan dengan demikian menghilangkan mentalitas keliru yang masih ada. Yesus berkata kepada mereka: �Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea  dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.� (Kis 1:7-8). Jadi Yesus menolak untuk menentukan waktu. Yesus tidak mau membuat sensasi. Yesus hanya menggarisbawahi bahwa kebahagiaan sifatnya universal dan bahwa tugasnya tidak terbatas. Tugas mereka sebagai saksi harus dibawa sampai ke ujung bumi; itu berarti bahwa tugasnya mencakup seluruh bumi. Tetapi untuk tugas itu mereka tidak perlu bersandar pada kekuatan pribadi. Mereka akan menerima bantuan dari atas dalam waktu yang tidak lama lagi. Karena itu: Jangan tinggalkan Yerusalem, tetapi nantikanlah janji Bapa, yang telah kamu dengar. Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus. (Kis 1:4)

Kisah Para Rasul melukiskan dengan sangat sederhana saat kenaikan Yesus ke surga. Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka. Kis 1:9

Kita dapat mengerti bahwa mata mereka terus mengikuti Yesus dan bahwa hati mereka sangat merindukan kelanjutan kehadiran-Nya. Tetapi harapan mereka hanya tinggal harapan. Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik, tiba-tiba berdirilah dua orang yang sedang berpakaian putih dekat mereka, dan berkata kepada mereka: �Hai, orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang naik ke surga meninggalkan kamu akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke surga.� (Kis 1:9-10). Para Rasul mendengar pesan itu. Di dalam hati mereka tidak ada lagi sesal dan duka. Mereka kembali ke Yerusalem. Setelah tiba di sana, naiklah mereka ke ruang atas, tempat mereka menumpang. Kis 1:13. Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa wanita serta Maria, Ibu Yesus dan dengan saudara-saudara Yesus. (Kis 1:14). Mereka menantikan kedatangan Roh Kudus.

Kenaikan Yesus berlangsung sangat sederhana. Tidak ada keanehan kosmis yang dramatis: langit tidak terbuka: orang tidak melihat malaikat turun menjemput Dia: orang tidak melihat cahaya di langit. Sungguh suatu perbedaan besar dengan kejadian pada saat Ia dibaptis di sungai Yordan dan pada saat Ia dimuliakan di gunung Tabor. Di sini, di tempat kenaikan-Nya orang tidak melihat tanda-tanda kemuliaan Yesus. Ia naik; suatu awan datang menyelubungi Dia dan sejak itu orang tidak melihat-Nya lagi. Hanya sekianlah cerita tentang kenaikan Yesus.

Tetapi kenaikan Yesus mempunyai aspek lain ialah aspek kepercayaan kita. Kristus telah bangkit, bukan untuk menerima kembali kehidupan duniawi, tetapi untuk masuk ke dalam kemuliaan, yang telah diperoleh-Nya melalui kesengsaraan-Nya. Dengan kenaikan itu, Yesus secara definitif dan secara sempurna menerima kemuliaan untuk kemanusiaan-Nya. Kodrat kita memang lemah dan hina, sangat jauh dari Tuhan dan kurang rohani. Tetapi kodrat ini telah dipilih oleh Tuhan dan setelah hilang, dipungut kembali oleh Tuhan, sekalipun harus melalui Jalan Salib dan kematian. Kenaikan Yesus harus memberi kita pengharapan, karena Kristus berada di sana dengan kemanusiaan-Nya. Ia tinggal di sana untuk mempersiapkan tempat bagi kita. Di dalam peristiwa kenaikan Yesus tersisip perjanjian dan jaminan untuk kebahagiaan kekal bagi kita. Di dalam peristiwa kenaikan Yesus tersisip pula suatu peringatan, bahwa mulai dari sekarang kita harus hidup secara surgawi dan harus berpikir secara surgawi.

Pater Herman Embuiru, SVD dalam bukunya �Aku Percaya� halaman 113 dan 114.

Tuesday, May 15, 2012

12 Alasan Mengapa St. Yosef Menikah dengan St. Maria



Doktor Taylor Marshall, seorang Katolik eks-Anglikan, mempublikasikan sebuah artikel berisi penjelasan-penjelasan St. Thomas Aquinas Sang Doktor Para Malaikat mengenai alasan dibalik pernikahan St. Yosef dan St. Maria. Artikel ini bagus untuk diterjemahkan tetapi karena bahasanya cukup sulit, Indonesian Papist akan memberikan sejumlah keterangan tambahan pada bagian yang belum terlalu jelas. Berikut ini terjemahan bebas dari artikel tersebut.


St. Yosef dan St. Maria tentu menikah secara sakramen. Mengatakan bahwa Kristus lahir dari �ibu tanpa suami� adalah tidak benar. Kristus dilahirkan dalam pernikahan suci � pernikahan yang paling suci dalam sejarah kemanusiaan.

Minggu lalu, kami meneliti bagaimana St. Yosef berada dalam aturan Persatuan Hipostatis (persatuan dua kodrat, Allah dan manusia, dalam Yesus Kristus) dan minggu ini kami mengkaji mengapa St. Yosef berada dalam aturan Inkarnasi (Penjelmaan Allah menjadi manusia) dan mengapa adalah hal yang layak dan sepantasnya St. Maria menikah dengan St. Yosef.

St. Thomas Aquinas memberikan kita 12 alasan untuk kelayakan dan kepantasan ikatan mereka (St. Maria dan St. Yosef) dalam pernikahan suci. Salah satu yang paling penting adalah supaya Maria Bunda Allah yang sedang mengandung tidak dirajam di bawah hukum Taurat Musa.

Empat alasan pertama adalah untuk kepentingan Kristus. Tiga berikutnya untuk kepentingan St. Maria Bunda Allah. 5 terakhir untuk kepentingan kita umat-Nya.

Adalah hal yang patut dan sewajarnya bahwa Kristus seharusnya lahir dari seorang perawan bersuami:

1. Pertama-tama untuk kepentingan Kristus sendiri; kedua, untuk kepentingan Ibu-Nya; ketiga untuk kepentingan kita. Untuk kepentingan Kristus sendiri, ada 4 alasan. Pertama, supaya Kristus jangan ditolak oleh orang-orang kafir (unbeliever/yang tidak percaya) sebagai anak tidak sah; karena St. Ambrosius dari Milan berkata mengenai Lukas 1:26-27: �Bagaimana mungkin kita menyalahkan Herodes atau kaum Yahudi bila mereka tampaknya menganiaya seseorang yang lahir dari perzinahan?� (tambahan dari Indonesian Papist: Maksudnya adalah bila Maria tidak menikah dengan Yosef, maka Yesus akan dipandang sebagai anak hasil perzinahan. Dan demikian Herodes dan orang-orang Yahudi berhak merajam St. Maria dan dengan demikian membunuh Kristus. Dengan demikian, kita tidak punya hak dan alasan untuk menyalahkan atau marah kepada Herodes dan orang-orang Yahudi karena mereka menjalankan hukuman tersebut dalam ketaatan mereka terhadap hukum Taurat.)

2. Kedua, agar dengan berdasarkan cara adat istiadat, silsilah Yesus dapat ditelusuri melalui garis pihak laki-laki. St. Ambrosius berkata mengenai Lukas 3:23, �Dia yang datang ke dunia, berdasarkan kebiasaan dunia harus terdaftar sekarang untuk tujuan ini. Adalah laki-laki yang diperlukan karena mereka mewakili keluarga dalam senat atau pengadilan lainnya. Kebiasaan Kitab Suci juga menunjukkan bahwa keturunan dari laki-laki selalu ditelusuri. (tambahan dari Indonesian Papist: Tradisi Patrilineal Yahudi memang menganggap penting silsilah seseorang dari ayahnya sehingga mereka bisa meyakini kredibilitas dan tentunya juga keabsahan identitas Yahudi seseorang tersebut. Demikian pula Yesus Kristus. Hal ini juga untuk menegaskan berdasarkan silsilah bahwa Yesus adalah Putera Daud)

3. Ketiga, untuk keselamatan Putera Allah, Yesus Kristus, yang baru lahir; agar jangan iblis dapat merencanakan luka serius terhadap Kristus. Oleh karena itu St.  Ignasius dari Antiokia berkata bahwa Bunda Maria dinikahi St. Yosef supaya cara dari kelahiran Kristus dapat tersembunyi dari iblis. (Tambahan dari Indonesian Papist: Bila Maria yang sedang mengandung tidak dinikahi oleh Yosef, maka tidak akan ada yang akan melindungi bayi Yesus Kristus. Iblis dapat merencanakan rencana busuk misalnya dengan membuat orang berpikir Bunda Maria harus dirajam sehingga bayi Kristus pun ikut meninggal. Tindakan Herodes yang memerintahkan pembunuhan bayi-bayi juga merupakan rencana iblis agar bayi Kristus ikut dibunuh. Bayangkan bila tidak ada yang membawa Kristus dan Maria mengungsi ke Mesir. Siapakah yang akan melindungi Kristus dan Maria bila Maria tidak memiliki suami?)

4. Keempat, supaya Kristus dapat dibesarkan oleh St. Yosef; yang karena itu disebut ayah-Nya.

Pernikahan St. Yosef dan St. Maria juga adalah layak dan sepantasnya untuk kepentingan Bunda Maria.

5. Pertama, karena dengan demikian ia dibebaskan dari hukuman yang dapat diberikan, yaitu �agar jangan ia (Maria) dilempari batu oleh orang-orang Yahudi sebagai seorang penzinah.� Seperti yang diajarkan oleh St. Hieronimus.

6. Kedua, bahwa dengan demikian Bunda Maria terlindungi dari cemooh atau cap negatif sebagai pezinah. St. Ambrosius berkata mengenai Lukas 1:26-27: �Bunda Maria dinikahi [oleh St. Yosef] agar jangan ia dilukai oleh cap negatif yang melanggar keperawanannya, di mana rahim yang mengandung akan dipandang buruk.�

7. Ketiga, seperti yang St. Hieronimus katakan agar St. Yosef dapat memberikan apa yang St. Maria butuhkan. (Tambahan Indonesian Papist: yang dibutuhkan seperti perlindungan, bantuan mendidik Yesus, menemani Maria menjaga Yesus dsb)

Pernikahan St. Yosef dan St. Maria adalah layak dan sepantasnya untuk kepentingan kita:

8. Pertama, karena Yosef dengan demikian menjadi saksi atas Kristus yang lahir dari seorang Perawan Maria. St. Ambrosius berkata: �Suaminya adalah saksi yang lebih dapat dipercaya mengenai kemurniannya (-nya = Maria), dalam arti bahwa ia akan menyesali �aib� tersebut dan membalas �aib� tersebut, bila ia tidak mengetahui misteri tersebut.� (Tambahan Indonesian Papist: Bila Maria dituduh sebagai seorang pezinah, maka St. Yosef sebagai orang yang tahu akan misteri iman yang terjadi akan maju membela Maria dari tuduhan zinah tersebut.)

9. Kedua, karena dengan demikian kata-kata dari Perawan Maria dipandang lebih kredibel yang mana ia menegaskan keperawanannya. St. Ambrosius berkata: �Keyakinan akan kata-kata Maria dikuatkan, motif untuk berbohong dihapus. Bila ia tidak dinikahi ketika mengandung, Maria akan dipandang berkeinginan untuk menyembunyikan dosanya dengan sebuah kebohongan [bahwa ia masih perawan]: bila dinikahi [oleh St. Yosef], Maria tidak punya motif untuk berbohong karena kehamilan seorang wanita adalah buah dari pernikahan dan memberikan kasih karunia untuk ikatan pernikahan.� Dua alasan ini menguatkan kita akan iman kita.

10. Ketiga, agar semua alasan dihapuskan dari para perawan, yang melalui keinginan daging, jatuh ke dalam kehinaan. St. Ambrosius berkata, �Hal ini tidak menjadi bahwa para perawan tersebut dapat mengekspos diri mereka terhadap kejahatan, dan melindungi diri mereka dengan alasan bahwa Bunda Allah juga telah diberikan cap negatif.� (Tambahan dari Indonesian Papist: Yang dimaksud adalah agar para perawan yang kemudian berzinah tidak menjadikan alasan ketidakmenikahan Bunda Maria sebagai alasan mereka untuk melakukan pembenaran terhadap tindakan zinah mereka. Oleh karena itu, untuk menghindari hal ini, Bunda Maria dinikahi oleh St. Yosef)

11. Keempat, karena dengan hal ini Gereja universal digambarkan; yang mana [Gereja] adalah perawan dan juga dinikahkan dengan satu Pria, Kristus, seperti yang St. Agustinus katakan. (De Sanc. Virg. XII) (Tambahan Indonesian Papist: Pernikahan St. Yosef dan St. Maria menggambarkan Kristus sebagai mempelai pria dan Gereja-Nya, Gereja Katolik, sebagai mempelai Kristus. Gereja dipandang perawan dalam artian bebas dari kesesatan ajaran.)

12. Alasan kelima dapat ditambahkan: karena Bunda Allah adalah seorang yang dinikahi dan seorang yang perawan, baik keperawanan maupun pernikahan dihormati dan dihargai dalam pribadi Maria. Hal ini untuk menentang para kaum sesat yang meremehkan salah satunya atau keduanya. (Tambahan dari Indonesian Papist: Ada bidaah yang menolak ikatan perkawinan dan ada bidaah yang menolak selibat atau niat untuk menjalani hidup secara perawan/perjaka bagi Kristus. Bidaah Nikolasianisme muncul pada abad pertama dan ditolak oleh St. Paulus dan St. Yohanes. Nikolasianisme memandang rendah perkawinan dan menganggapnya hanya sebagai hasil dari keinginan daging. Sementara bidaah menolak selibat muncul dalam sebagian cabang dari ajaran Protestantisme pada abad ke-16 yang menyerang kehidupan para imam dan biarawan/wati yang selibat dan menganggapnya tidak alkitabiah. Pribadi Maria menunjukkan bahwa baik menikah maupun selibat dapat membawa setiap orang kepada kekudusan.)

pax et bonum. Indonesian Papist


Kutipan Para Paus dan Uskup - 6


Dalam ekumenisme, kita seharusnya tidak menunjukkan sikap diam terhadap kebenaran istimewa karena ketakutan untuk tidak dapat tinggal bersama dengan yang lain. Sesuatu yang benar harus dikatakan secara terbuka, tanpa bayangan kepura-puraan. Kebenaran sempurna adalah satu aspek dari cinta sempurna. � Benediktus XVI, Paus dan Uskup Roma.

Maria menggentarkan kekuasaan neraka. Ia �dahsyat bagaikan balatentara yang siap sedia bertempur.� (Kidung Agung 6:10), sebab bagaikan panglima yang bijaksana, dia tahu bagaimana harus menggunakan kekuasaannya, kerahimannya maupun doa-doanya untuk mencerai-beraikan musuh dan melindungi para hambanya. � St. Alfonsus Liguori, Uskup Sant�Agata de� Goti dan Doktor Mariologi


Sebenarnya Maria sendirilah yang membawakan kerasulan di dunia ini, yaitu Dia yang datang untuk membawa api di dunia dan menghendaki agar menyala. Tugas Maria tidak dapat dikatakan selesai, jika ia sendiri tidak berada di tengah penampakan lidah-lidah api. Lidah-lidah api itu diturunkan oleh Roh Kudus atas para rasul untuk mengobarkan mereka dengan pewartaan sampai akhir zaman. Bagi mereka Pentakosta adalah Betlehem rohani Epifani baru. Sebagai ibu, Maria dikandung menunjukkan lagi Kristus Mistik, Puteranya kepada para gembala dan para raja. � alm. Fulton Sheen, Uskup Agung New York

Maria adalah Bunda Gereja, bukan hanya karena dia Bunda Kristus dan pendamping paling dekat dalam karya penyelamatan, yaitu ketika Putera Allah mengambil kodrat manusia daripadanya sehingga dalam misteri kemanusiaan-Nya membebaskan manusia dari dosa, tetapi juga karena: �Maria menunjukkan diri kepada seluruh umat pilihan sebagai model atau teladan segala keutamaan-keutamaannya. � alm. Paulus VI, Paus dan Uskup Roma

Tanah kami (Irak) adalah Tanah Abraham. Ia dipanggil pada saat mengalami kemandulan. Ini juga merupakan masa sulit dan Allah berkata kepadanya, �Lihatlah langit dan banyaknya bintang. Keturunanmu akan menjadi seperti ini.�, dan selalu demikian adanya. Allah memberikan kami tanda harapan di tengah-tengan penderitaan sehingga kami dapat mengandalkan Dia dan terus berjalan. Adalah sukacita bahwa kami selalu mengalami dan memuji Allah di tengah penderitaan kami. Di tengah krisis, Allah akan selalu memberi kita tanda harapan dan sukacita bahwa Dia berserta kita, Immanuel.Bashar Matti Warda, Uskup Agung  Erbil (Katolik Khaldea) di bagian utara Irak, berbicara mengenai penderitaan yang dialami oleh umat Kristen di Irak.

Bagi kami yang hidup di Tanah Suci ini, Kristus terus menderita dalam anggota Tubuh Mistik-Nya (yaitu Gereja Katolik); setiap kami dihadapkan dengan tidak adanya kebebasan bergerak dan perdamaian, dengan frustasi, penderitaan dan bahkan kemartiran. Kondisi hidup seperti ini melukai kami di jiwa kami paling dalam. Kami sangat lapar dan haus akan keadilan dan perdamaian. Kami bermimpi menjalani hidup normal sederhana. Kami adalah tawanan kebencian, ketidakpercayaan dan ketakutan manusia satu sama lain. Meskipun demikian, Tuhan meminta kita supaya meniru tindakan rendah hati, bukannya peninggian diri; kerendahan hati-Nya di tempat kesombongan; kerahiman-Nya di tempat kebencian dan cinta yang jauh lebih besar bagi-Nya dan bagi sesama. � Fouad Twal, Patriark Latin Yerusalem, dalam Homili Misa Kamis Putih 5 April 2012.

�Firman Allah memberi kita hidup� adalah motto saya dan saya ingin agar semua pria dan wanita memiliki kehidupan yang berasal dari pewartaan Firman Allah. Perikop Kitab Suci favorit saya adalah dari Bilangan 11:25-30, di mana saya berharap semua orang dipenuhi Roh Kudus. Saya ingin semua menjadi benar seturut Roh Allah; untuk �berkata-kata seperti nabi � menjadi pengkhotbah�. Dan ini akan membantu semua umat Allah menuju ke Tanah Terjanji. Dengan Firman Allah yang dikhotbahkan oleh semua orang, hal ini tentu akan membantu semuanya menuju ke surga. � Martin Munyanyi, Uskup Gweru (Zimbabwe)

Di tengah gelombang dahsyat samudera kehidupan yang mengamuk, di kiri dan kanan diterjang ombak... hanya satu yang kusayangi, hanya satu hartaku, satu hiburan yang membuatku lupa akan deritaku; itulah terang dari Tritunggal Mahakudus. � St. Gregorius dari Nazianzus, Uskup Nazianzus dan Doktor Gereja

Buatlah ya Tuhan supaya aku tetap setia akan apa yang kuakui dalam syahadat kelahiran-kembali diriku, ketika aku dibaptis dalam Bapa, dalam Putera dan dalam Roh Kudus. Semoga aku menyembah Engkau Bapa kami, dan Putera-Mu bersama dengan Dikau; semoga aku pantas menerima Roh Kudus-Mu yang berasal dari Engkau melalui Putera-Mu yang tunggal. ... Amin. � St. Hilarius dari Poitiers, Uskup Poitiers dan Doktor Gereja

Ketika kita memikirkan Yesus tinggal di dalam kita dan di antara kita, ketika kita mengasihi satu sama lain, kita sedang mengasihi Yesus dan hal itu memberikan kita motivasi lebih besar untuk meyakinkan kita membawa perdamaian bila terjadi perpecahan, bila komunitas kita terpecah dalam berbagai cara. Bila kita menemukan huru-hara di Gereja kita, kita masih dapat mengasihi dan hidup dalam kasih. Seperti yang St. Yohanes katakan kepada kita, kasih itu harus lebih dari sekadar kata-kata; kasih itu harus menjadi tindakan, dalam perbuatan � mengasihi satu sama lain. Begitulah cara bagaimana kita dapat merasakan damai di dalam hati kita dan di dalam Gereja. - Thomas Gumbleton, Uskup Agung Auksilier Emeritus Keuskupan Agung Detroit

Kami datang untuk menyatakan iman kami, kesetiaan kami dan cinta kami bagi Pengganti St. Petrus. Hari ini, perayaan kami adalah tanda kelihatan dari persekutuan iman yang menyebar di seluruh dunia dan bagaimana hal tersebut disatukan di sini di Roma, di mana Petrus tinggal, sekarang menggunakan nama Benediktus XVI. � Donald Cardinal Wuerl, Kardinal dan Uskup Agung Washington dalam Kunjungan Ad Limina Apostolorum ke Roma.

Kebahagiaan datang dari menghadapi kewajiban-kewajiban kita, melakukan tugas-tugas kita, khususnya dalam hal kecil dan secara teratur, sehingga kita dapat berkembang untuk menghadapi tantangan-tantangan yang lebih keras. ... Menjadi seorang murid Yesus memerlukan kedisiplinan, terutama kedisiplinan diri; sesuatu yang St. Paulus sebut pengendalian diri. Tindakan pengendalian diri tidak akan membuatmu sempurna, tetapi pengendalian diri penting untuk mengembangkan dan melindungi kasih di dalam diri kita dan menghindarkan orang lain, terutama keluarga dan teman kita, dari menjadi tersakiti oleh karena kejatuhan kita ke dalam kejahatan atau kemalasan. � George Cardinal Pell, Kardinal dan Uskup Agung Sydney, kepada orang muda Katolik dalam World Youth Day tahun 2008.

Pax et Bonum, dikumpulkan oleh Indonesian Papist.

Monday, May 14, 2012

Diskusi Indonesian Papist dengan umat Protestan mengenai Bunda Maria Tanpa Noda Dosa

St. Maria Bunda Allah
Beberapa waktu lalu (Minggu, 13 Mei 2012) di suatu grup di facebook, saya terlibat diskusi dengan seorang Protestan mengenai ketidakberdosaan Bunda Maria.

Dia membuat topik demikian:
"Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus ". [ Lukas 1 ayat 30-31 ] Adakah yang bisa menjelaskan: apakah benar, menurut ajaran Katolik, Maria adalah orang suci yang tidak punya dosa?


Topik ini sudah ditanggapi oleh orang Katolik lainnya dan sudah terjadi diskusi antara pembuat topik tersebut (dan ada juga dari kalangan Protesan lainnya) dengan sejumlah orang Katolik. Saya ikut bergabung di tengah-tengah diskusi tersebut. Tanggapan saya dalam warna biru sedangkan pernyataan atau argumen pembuat topik berwarna merah. Pernyataan dari orang lain dalam warna hijau. Huruf tebal saya berikan untuk menunjukkan poin penting dari argumen saya.

Berikut ini respon pertama saya terhadap pernyataan pembuat topik di atas:
Allah mampu membuat Maria dikandung tanpa noda karena Ia mahakuasa. Ketidakbernodaan Maria bukanlah hasil usaha Maria tetapi rahmat Allah. Ketidakbernodaan Maria tidak menjadikan Maria tidak memerlukan Juru Selamat. Justru sebaliknya, ia terlebih dahulu diselamatkan Allah sebelum terkena noda asal. Ia menjadi tidak bernoda karena ia diselamatkan. Tidak ada manusia yang mampu membuat dirinya dikandung tanpa noda. Maria pun tak mampu, hanya Allah yang mampu.

Analogi penyelamatan Maria: A sedang berjalan kaki bersama B. Dalam rute perjalanan mereka, ada lubang besar brlumpur. A saking menikmati perjalanan dan tidak melihat dan tidak sadar ada lubang di depannya. A kemudian terjatuh ke lubang berlumpur itu lalu diselamatkanlah ia oleh si B, dibantu naik ke atas. Di sini kita melihat penyelamatan B terjadi setelah kejatuhan. Si A diselamatkan setelah terkena noda lumpur.

Tapi, ada bentuk penyelamatan lain yang dapat dilakukan B terhadap A. Sesaat sebelum jatuh ke lubang, si B segera menyelamatkan A dengan menarik badan A menghindari lubang. Apakah A diselamatkan setelah terkena noda lumpur? Tidak, ia diselamatkan sebelum ia jatuh dan terkena noda lumpur. Kira-kira beginilah penyelamatan Allah terhadap Maria sehingga Maria dikandung tanpa noda.

Salah seorang Protestan lainnya merespon:
semua manusia itu punya dosa termasuk maria, karena Yesus dikandung oleh Roh kudus jadi Yesus tidak punya dosa. Kalau ditelusuri : misal maria tidak punya dosa (dosa turunan) tentu ayah & ibu maria juga tidak punya dosa, karena ayah dan ibu maria tidak punya dosa maka nenek & kakek maria juga tidak punya dosa, dst.. --> ini jelas tidak mungkin, jangankan dosa turunan, saya rasa maria juga manusia biasa yang dapat melalukan dosa "kecil".

Dan demikian tanggapan saya kepadanya:
Maria tidak mampu membuat ibu dan ayahnya, Ana dan Yoakim, dikandung tanpa noda karena Maria tidak punya kuasa itu. Ana tidak mampu membuat ibu dan ayahnya dikandung tanpa noda karena Maria tidak punya kuasa itu.dst dst dst. Tetapi Yesus Sang Firman Allah, sungguh Allah sungguh Manusia, mampu membuat Maria ibu-Nya dikandung tanpa noda sebab Sang Firman yang berinkarnasi mengambil kodrat manusia-Nya dari Maria. Dan karena kita tahu bahwa Allah tidak dapat bersatu dengan dosa/noda, maka kodrat manusia yang Ia ambil haruslah yang tanpa noda, benar-benar suci. Yesuslah yang membuat Maria dikandung tanpa noda.

Ada yang sebenarnya mengganjal di terjemahan LAI.
Luk 1:28 Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau."
bandingkan dengan :
Lk 1:28 And the angel being come in, said unto her: Hail, FULL OF GRACE, the Lord is with thee: blessed art thou among women.
Lc 1:28 et ingressus angelus ad eam dixit have GRATIA PLENA Dominus tecum benedicta tu in mulieribus

terjemahan LAI mengapa tidak menggunakan kata "Penuh Rahmat", malah menggunakan "yang dikaruniai"? mungkin karena ini jadi sulit memahami kepenuhan rahmat yang diterima Maria.

Kata Yunani yang digunakan adalah Kecharitomene yang secara literal bermakna: Penuh dengan Rahmat yang telah diterima sebelumnya.
"Kecharitomene. Perfect passive participle of charitoo and means endowed with grace (charis), enriched with grace as in Ephesians 1:6 . . . The Vulgate gratiae plena [full of grace] "is right, if it means 'full of grace which thou hast received'; wrong, if it means 'full of grace which thou hast to bestow' " (A.T. Robertson, Word Pictures in the New Testament, p. 14)
Whereas, Kecharitomene, the perfect passive participle, shows a completeness with a permanent result. Kecharitomene denotes continuance of a completed action (H. W. Smyth, Greek Grammar [Harvard Univ Press, 1968], p. 108-109, sec 1852:b; also Blass and DeBrunner, p. 175).

Argumen saya yang mengangkat kata Kecharitomene ini selama beberapa waktu dalam diskusi belum direspon sama pembuat topik atau orang Protestan lainnya.

Pembuat topik kemudian melempar pertanyaan lagi:
apakah ajaran Katolik mengajarkan : MARIA = TUHAN ?

Respon saya:
Gereja Katolik tidak pernah mengajarkan bahwa Maria = Tuhan. Yang mengajarkan demikian adalah bidaah Collyridianisme. Bidaah ini muncul pada abad ke-5 dan ditentang keras oleh Para Bapa Gereja Katolik, yang paling terkenal yaitu St. Epifanius, Uskup Salamis di Siprus. Bidaah Collyridianisme mengajarkan Latria (Penyembahan) kepada Maria dan Latria kepada Maria adalah bidaah melawan Gereja Katolik. Contohnya adalah Liturgi dan persembahan mereka ditujukan juga kepada Maria selain kepada Allah. Mereka di sini mengilahikan Maria. Padahal dalam Upacara Liturgi dan Perayaan Ekaristi Gereja Katolik, hal ini dilarang dan merupakan penyembahan berhala. Tetapi Hiperdulia (Devosi tingkat tinggi) kepada Maria bukanlah bidaah. Sulitkah membedakan Latria dan Hiperdulia? Kalau menghayati Liturgi dan Devosi di dalam Gereja Katolik, bisa terlihat dengan jelas perbedaannya.

Pembuat topik kemudian melemparkan sebuah pernyataan demikian:
jika Maria tidak berdosa, maka MARIA = TUHAN

Respon saya:
Ini jelas teologi yang salah sekali.  Adam dan Hawa diciptakan free dari dosa, lantas kamu mau bilang mereka Tuhan karena diciptakan free dari dosa?
Apa yang membuat Maria tidak sama dengan Tuhan adalah ketidakbernodaan Maria adalah rahmat yang diberi oleh Tuhan, berasal dari Tuhan, dari kuasa Tuhan. Ketidakbernodaaan Maria bukan berasal dari kuasa Maria sendiri.
Allah adalah sumber segala rahmat dan Maria bukan sumber segala rahmat. Tetapi Allah yang adalah sumber segala rahmat ini membuat Maria penuh rahmat sehingga ia free dari dosa. Dan satu lagi, Maria itu ciptaan Allah.

Pembuat topik berkata:
Bagaimana mungkin ciptaan sejajar dengan penciptanya, sama-sama tidak berdosa?

Respon saya:
Berarti Adam dan Hawa pada suatu waktu sejajar dengan Allah karena diciptakan tanpa dosa? Terlalu jauh menyimpulkan seorang manusia langsung sejajar dengan Allah hanya karena ketidakbernodaannya, apalagi dengan mengabaikan dari mana sumber rahmat ketidakbernodaan itu dsb.
Whereas, Kecharitomene, the perfect passive participle, shows a completeness with a permanent result. Kecharitomene denotes continuance of a completed action (H. W. Smyth, Greek Grammar [Harvard Univ Press, 1968], p. 108-109, sec 1852:b; also Blass and DeBrunner, p. 175).
"Padahal Kecharitomene, bentuk perfect passive participle, menunjukkan sebuah kepenuhan dengan hasil yang permanen/tetap." (terjemahan ringkas dari Bahasa Inggris di atas) Maria penuh rahmat dan hal ini sifatnya permanen.

Pembuat topik:
Saya juga meyakini bahwa Maria masuk surga. Namun saya keberatan dan menyangkal jika mengatakan Maria semasa hidupnya adalah orang yang tidak berdosa, karena tidak seorangpun seperti Tuhan. Lain halnya dengan YESUS KRISTUS. semasa did unia, DIA tidak tunduk pada dosa karena YESUS KRISTUS adalah TUHAN.

Respon saya:
Gereja Katolik mengimani bahwa Maria tidak bernoda dosa asal dan tidak bernoda dosa pribadi. Seperti yang sudah saya jelaskan di atas, ketidakbernodaan Maria itu sama sekali tidak membuatnya sejajar atau sama dengan Allah.
Karena Maria itu Kecharitomene/Gratia Plena/Penuh Rahmat dan ini bersifat permanen, maka kami yakin dan mengimani Maria tidak bernoda sejak dia dikandung hingga akhir hayatnya. Kepenuhan rahmat inilah yang melindungi Maria dari jatuh ke dalam dosa.
Maria tidak seperti Tuhan karena ketidakbernodaan Maria bukan berasal dari diri Maria sendiri tetapi berasal dari Tuhan. Maria tidak seperti Tuhan sebab Tuhan adalah sumber segala rahmat sedangkan Maria menerima rahmat penuh dari Tuhan sumber segala rahmat tersebut. Apakah hal yang sesederhana ini tidak bisa dimengerti juga? :)

Pembuat topik:
so, nats Alkitabnya mana yang mengatakan seperti itu ? kalo gak ada dalam alkitab, lalu ajaran siapa yang mengatakan seperti itu ? apakah karenna tradisi ?

Respon saya (cukup panjang, meliputi juga argumen Kecharitomene dan kali ini masih juga tidak disanggah atau direspon dengan argumen dari pembuat topik):

Luk 1:28 Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau."
bandingkan dengan :
Lk 1:28 And the angel being come in, said unto her: Hail, FULL OF GRACE, the Lord is with thee: blessed art thou among women.
Lc 1:28 et ingressus angelus ad eam dixit have GRATIA PLENA Dominus tecum benedicta tu in mulieribus

terjemahan LAI mengapa tidak menggunakan kata "Penuh Rahmat", malah menggunakan "yang dikaruniai"? mungkin karena ini jadi sulit memahami kepenuhan rahmat yang diterima Maria.

Kata Yunani yang digunakan adalah Kecharitomene yang secara literal bermakna: Penuh dengan Rahmat yang telah diterima sebelumnya.
"Kecharitomene. Perfect passive participle of charitoo and means endowed with grace (charis), enriched with grace as in Ephesians 1:6 . . . The Vulgate gratiae plena [full of grace] "is right, if it means 'full of grace which thou hast received'; wrong, if it means 'full of grace which thou hast to bestow' " (A.T. Robertson, Word Pictures in the New Testament, p. 14)
Whereas, Kecharitomene, the perfect passive participle, shows a completeness with a permanent result. Kecharitomene denotes continuance of a completed action (H. W. Smyth, Greek Grammar [Harvard Univ Press, 1968], p. 108-109, sec 1852:b; also Blass and DeBrunner, p. 175).

Of course karena Maria Penuh Rahmat, ia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Ini salah satu dasarnya, karena Maria Penuh Rahmat maka ia tak bernoda.
Alasan lain adalah tipologi Maria dengan Tabut Perjanjian Lama, di mana Maria adalah Tabut Perjanjian Baru yang langsung membawa Allah sendiri di dalam kandungannya. Berikut ini penjelasannya:

Apa yang membuat Tabut Perjanjian begitu spesial? Tabut Perjanjian adalah kehadiran spesial Allah yang diwujudkan oleh shekinah atau awan kemuliaan yang menaunginya (episkiazo, dalam Septuaginta). St. Lukas dengan cerdas mengajarkan bahwa Tabut Perjanjian adalah prefigur / tipe / gambaran awal dari Bunda Maria. St. Lukas menjelaskannya dalam dua cara. Pertama, St. Lukas menggunakan kata Yunani yang sama, episkiazo, untuk menggambarkan kuasa Allah yang mahatinggi yang akan menaungi Bunda Maria dalam Konsepsi / Pengandungan Yesus di dalam rahim Maria.

Luk 1:35 Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi (episkiazo) engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Kedua, St. Lukas dengan cerdas menarik kesamaan antara Tabut Perjanjian yang datang ke Yerusalem ( 2 Samuel 6:1-16) dan kunjungan Maria kepada Elisabet (Luk 1:39-56).

Tabut Perjanjian: Ke Yerusalem di tanah Yehuda (2 Sam 6:12, 15-16)
Bunda Maria: Ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. (Luk 1:39)

Tabut Perjanjian: Di rumah Obed-Edom (2 Sam 6:10)
Bunda Maria: Di rumah Zakaria (Luk 1:40)

Tabut Perjanjian: Daud menari-nari dengan sukacita (2 Sam 6:14)
Bunda Maria: Yohanes melonjak-lonjak di rahim Elisabet (Luk 1:41)

Tabut Perjanjian: Daud bertanya, "Bagaimana tabut TUHAN itu dapat sampai kepadaku?" (2 Sam 6:9)
Bunda Maria: Elisabet bertanya, �Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?� (Luk 1:43)

Tabut Perjanjian: Daud dan orang-orang bersorak-sorai (2 Sam 6:15)
Bunda Maria: Elisabeth berseru dengan suara nyaring (Luk 1:42)

Tabut Perjanjian: Tabut Perjanjian tinggal di rumah Obed-Edom selama 3 bulan (2 Sam 6:11)
Bunda Maria: Bunda Maria tinggal di rumah Zakaria selama 3 bulan (Luk 1:56)

Tabut Perjanjian dalam Perjanjian Lama adalah sesuatu yang suci, kudus dan tentu dipandang tak bernoda sehingga imam Lewi yang hendak menyentuhnya haruslah menyucikan diri. Demikianlah Maria Sang Tabut Perjanjian Baru tidak bernoda. Semoga bisa dimengerti. :)

Statement penutup pembuat topik:
Berdasarkan nats yang disampaikan diatas, artinya, terjadi perbedaan penafsiran Alkitab ( hermeunetika) dan ini yang membuat Tuan Luther mereformasi. Kalau saya hidup di zaman Tuan luther, saya akan mendukungnya karena ini berpengaruh terhadap KESELAMATAN.

Pernyataan di atas jika ditanggapi akan berlanjut kepada topik otoritas penafsiran terhadap Kitab Suci, penafsiran Gereja yang resmi atau penafsiran pribadi setiap orang. Saya memilih tidak merespon pernyataan ini karena dengan demikian akan keluar dari topik. Statement ini sendiri sama sekali tidak menyanggah argumen saya mengenai ketidakbernodaan Bunda Maria, melainkan keluar dari topik. Saya kemudian memutuskan off karena saya mesti belajar untuk UAS keesokan harinya.

Dari diskusi ini, bisa kita lihat bahwa ajaran Bunda Maria tidak bernoda dosa adalah ajaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara biblis, memiliki pondasinya pada Kitab Suci. Demikian arsip diskusi ini saya buat. Semoga bermanfaat dan bisa membantu anda sekalian umat Katolik untuk mampu memberi pertanggungjawaban akan iman kita sendiri. 

Pax et bonum, Indonesian Papist.

Recent Post