Latest News

Monday, March 23, 2015

Darah, Relikui St. Gennaro Setengah Mencair Saat Lawatan Paus Fransiskus di Naples


Darah, relikui St. Gennaro, santo pelindung Naples, kemarin secara ajaib setengah mencair di tangan Paus Fransiskus, pertama kalinya sejak tahun 1848.

"Darahnya mencair," ungkap Uskup Agung Naples, Kardinal Crescenzio Sepe, diakhir sambutan Paus Fransiskus kepada imam diosesan dan religius di katedral Naples. "Ini pertanda bahwa St Gennaro mencintai Paus, yang neapolitan seperti kita." tambahnya.

Paus Fransiskus memberikan tanggapan: "Uskup Agung mengatakan darahnya setengah mencair. Ini berarti Santo Gennaro sedang menunjukkan sebagian cintanya kepada kita. Maka kita semua harus terus berubah sehingga ia mencintai kita lebih lagi."

Kejadian yang menakjubkan hari ini sebuah keajaiban. Ini adalah pertama kalinya relikui St Gennaro itu mencair di hadapan Paus, keajaiban sebelumnya terjadi di hadapan Paus Pius IX pada tahun 1848.

Pius IX adalah paus paling lama memerintah dalam sejarah Gereja Katolik (31 tahun). Ia yang menyelenggarakan Konsili Vatikan I, merumuskan dogma infalibilitas kepausan; mendefinisikan dogma Immaculate Conception, yaitu Perawan Maria dikandung tanpa dosa asal, dan paus terakhir memegang kedaulatan negara kepausan sebelum akhirnya jatuh ke tangan Italia tahun 1870.

Saat pengungsian kerusuhan Mazzini tahun 1848, Paus Pius IX diselamatkan oleh sebuah kapal yang dikirim oleh Fransiskus II dari Bourbon, yang membawanya ke Royal Palace Portici. Paus meminta untuk berkunjung ke Katedral Naples, dan mendapati keajaiban St Gennaro di sana.

Sebagai ungkapan syukur, Paus menghadiahkan cawan emas kepada katedral Naples untuk menghormati santo tersebut. Cawan itu menjadi bagian dari "Sepuluh Keajaiban dari St Gennaro".

Sesaat setelah mendengar pernyataan Kardinal Sepe kemarin terkait keajaiban tersebut, seluruh jalan-jalan terdengar gemuruh teriakan orang-orang dengan penuh semangat "Ini Mujizat, ini sebuah Mujizat".


Anehnya, keajaiban ini jarang terjadi di luar tanggal "kanonik". Darah kering St Gennaro, yang diawetkan dalam dua botol kaca di Katedral Naples, biasanya mencair tiga kali setahun: yaitu pada pesta Santo Gennaro 19 September, peringatan martirnya sang orang kudus, kemudian 16 Desember yaitu peringatan letusan Gunung Vesuvius yang terjadi pada tahun 1631, yang secara ajaib berhenti tiba-tiba lewat devosi kepada St. Gennaro, kemudian hari Sabtu sebelum hari Minggu pertama bulan Mei.

St Gennaro adalah uskup Naples, martir dan orang kudus dalam Gereja Katolik dan Ortodoks Timur. Sejarah mencatat ia menjadi martir pada tahun 305 selama penganiayaan kaisar Diocletian.

Menurut legenda, darah St. Gennaro diambil oleh seorang wanita bernama Eusebia saat kematiannya. Praktek pengambilan darah sebagai relik adalah praktek umum pada masa penganiayaan orang-orang Kristen perdana, mencelupkan selembar kain ke dalam darah para martir atau, jika memungkinkan, ditampung dalam botol untuk keperluan menghormati sang martir. Di katakombe-katakombe botol dikuburkan bersama dengan jenazah. Kelak hal tersebut menunjukkan bahwa orang tersebut wafat sebagai martir.

Setelah pertemuannya dengan para imam dan upacara tahbisan di katedral Naples, Paus Fransiskus menyapa orang-orang sakit di Basilika Ges�, dilanjutkan dengan pertemuan dengan orang-orang muda di Caracciolo.

Diterjemahkan oleh : Raja Lontung

Thursday, March 19, 2015

Diberkati Uskup Agung, Patung Bunda Maria Menangis


Jika sebelumnya patung Bunda Maria di Israel membuat geger sebab dilaporkan menangis, kali ini giliran Patung Bunda Maria di Malaysia menangis. Air mata patung mengucur setelah diberkati oleh seorang Uskup Agung Malaysia, John Wong.

Pemilik patung, Michael George (52), mengungkapkan bahwa patung ini didapatkannya dari sebuah toko suvenir di Filipina. Begitu dibawa ke Malaysia, patung itu diberkati oleh uskup agung yang berkunjung ke rumahnya.

"Putra bungsu saya, Melvin (14), adalah orang pertama yang melihat air mata di patung." kata George, seperti dikutip dari laman Mirror.

Pria bernama Michael George awalnya tidak percaya saat putranya mengatakan bahwa dirinya melihat sosok patung Bunda Maria yang menangis. Melihat keanehan tersebut, George pun membuktikan sendiri dan rupanya itu adalah hal yang benar adanya bahwa Patung Bunda Maria memang sedang menangis. George pun terkejut dan sempat berteriak karena kejadian tersebut.

"Saya tidak percaya sampai akhirnya saya melihat sendiri air mata dari patung itu. Saya terkejut. Ini benar-benar ajaib," ujarnya.

Bukan hanya saat itu, George juga mengatakan tetesan air mata muncul lagi pada hari berikutnya. Dan Patung Bunda Maria tersebut kembali menangis saat diberkati di Gereja yang berada di dekat rumahnya. Setelah melihat kejadian ajaib tersebut George pun langsung share cerita dan beberapa foto Bunda Maria menangis tersebut ke media sosial.

Kehadiran patung Bunda Maria menangis milik George langsung menggegerkan masyarakat setempat. Banyak warga mengunjungi kediaman George untuk melihat langsung fenomena tersebut dan berdoa rosario.

"Sekitar 100 orang setiap hari mengunjungi rumah saya. Mereka berdoa di hadapan patung," tuturnya.

Patung Bunda Maria menangis menghebohkan warga sekitar

Patung Diminta Gereja
Fenomena patung ini juga sampai menarik perhatian gereja. Pastor Jefferi Gumu, dari Katedral Hati Kudus Sabah bahkan sampai meminta agar patung itu disimpan di dalam gereja.

"Kami akan meminta pemiliknya agar mau menyimpan patung di dalam gereja," katanya.

"Dengan disimpan di dalam gereja, patung dapat dilihat oleh lebih banyak orang, dan lebih bernilai," dia menandaskan.

Sunday, March 15, 2015

Bom Bunuh Diri Serang Dua Gereja di Pakistan, 14 Orang Tewas

Laporan-laporan menyebutkan bom diledakkan di gerbang gereja.

LAHORE - Dua serangan bom di dekat dua gereja di kota Lahore, Pakistan, menewaskan sedikitnya 14 orang dan lebih dari 70 lainnya cedera, 30 di antaranya berada dalam kondisi kritis. Serangan ditujukan pada jemaat yang menghadiri kebaktian Minggu 15 Maret di gereja-gereja di kawasan Youhanabad.

Ledakan di dua gereja di timur Lahore tersebut terjadi berselang beberapa menit. Kelompok tersebut tampaknya menargetkan dua gereja, satu Gereja Katolik Roma dan satu Gereja Protestan yang letaknya saling berdekatan. Serangan itu menghantam Gereja Katolik St John dan Gereja Kristus di Youhanabad.

Kelompok ini sepertinya telah memperhitungkan dengan matang kapan aksi serangan itu harus dilakukan. Sebab, saat ledakan berlangsung, dua gereja sedang dipadati jemaat.

Menurut salah seorang pejabat Kepolisian Lahore,  Haider Ashraf korban jiwa termasuk di dalamnya seorang polisi. Diduga kuat polisi ini tewas akibat mencoba menghalangi pelaku masuk ke dalam gereja. "Mereka tak sanggup menghentikan pelaku pengeboman ketika memaksa masuk gereja."

Petugas berjaga-jaga usai terjadi ledakan bom di dekat sebuah Gereja di Pakistan, Minggu (15/3).
Kejadian di Youhanabad sendiri tengah menjadi sorotan dunia. Pemimpin umat katolik dunia Paus Fransiskus mengakui dia merasa sakit luar biasa ketika mengetahui kabar mengenai bom tersebut. "Kami dianiaya, saudara-saudara kami dianiaya karena mereka adalah kaum minoritas," sebut Paus seperti dikutip dari VOA News, Minggu (15/3/2015).

Insiden di Youhanabad dilakukan oleh kelompok teror Taliban. Mereka menyatakan bertanggung jawab atas serangan di sana. "Serangan ini masih akan berlanjut sampai syariah ditegakkan," kata juru bicara Taliban Pakistan Ehsanullah Ehsan.

Bom bunuh diri ini merupakan serangan berdarah terburuk kepada kaum minoritas Pakistan sejak 2013. Sebelumnya, sebuah bom bunuh diri meledak di Gereja Protestan All Saints Church di Peshawar dan menelan 78 orang korban jiwa.


Minoritas agama lainnya di Pakistan didominasi Sunni Pakistan, termasuk Syiah, Ahmadiyah, Sikh dan Hindu, juga sering menjadi sasaran. Dari semua, ribuan anggota kelompok minoritas agama telah tewas dalam lima tahun terakhir.

Sumber :

ISIS Meminta Sandera Kristen Suriah Masuk Islam, tetapi Semua Menolak Meninggalkan Yesus Kristus

Warga Kristen Asiria memegang spanduk dan berbaris dalam solidaritas dengan orang Asyur yang diculik oleh pejuang Negara Islam di Suriah awal pekan ini, di Beirut, Lebanon, 28 Februari 2015. Militan di timur laut Suriah kini diperkirakan telah menculik sedikitnya 220 orang Kristen Asiria minggu ini.

Dua orang sandera dari 200 lebih warga Asyur yang diculik oleh Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) selama serangan terhadap desa-desa Kristen di sepanjang Sungai Khabur bagian timur Suriah pada bulan Februari telah memberikan keterangan soal penculikan mereka dalam wawancara baru-baru ini di mana salah satu mengungkapkan bahwa militan ISIS mencoba untuk memaksa para sandera Kristen untuk masuk ke Islam, namun para tawanan berani menolak.

Pada tanggal 23 Februari, kelompok teroris ISIS menyerang sekitar 35 desa Kristen yang berbeda di provinsi Hasakah dan menculik sekitar 263-373 pria, wanita dan anak-anak, menurut Asyur International News Agency. Tapi sekitar seminggu setelah penculikan, ISIS membebaskan beberapa sandera pada tanggal 1 Maret setelah menerima 1.700 dolar Amerika (setara Rp22,1 juta) per kepala.

Sebuah sandera dibebaskan pergi dengan nama "Robert" kata AINA bahwa ia diculik dari desanya dari Tel Goran, yang terletak di tepi selatan Sungai Khabur, bersama dengan 16 orang lain dan empat perempuan. Dia ingat militan menyerbu ke desanya di sekitar 05:00, mengetuk semua pintu dan membangunkan semua orang di atas.

Dia menjelaskan bahwa teroris ISIS menculik semua orang yang tersisa di desa dan menempatkan mereka semua ke dalam sebuah ruangan kecil, di mana mereka menunggu sampai pertempuran mereda antara pejuang ISIS dan pasukan Kurdi, yang terjadi di sisi utara sungai.

Robert menjelaskan bahwa pertempuran mereda sekitar tiga jam setelah ditempatkan di dalam ruangan, dan mengatakan para militan marah ketika lonceng gereja lokal berdering di tenang malam. Kemudian, para tawanan Asyur diangkut ke gunung Abdul Aziz, di mana mereka ditempatkan ke dalam dua kamar dan menghabiskan malam.

Warga Kristen Irak menghadiri misa di Gereja Katolik Mar Chaldean George di Baghdad, 1 Maret 2015. Mereka mengatakan tidak punya niat untuk meninggalkan negara itu meskipun penculikan baru-baru ini lebih dari 100 orang Kristen Asiria oleh Negara Islam. Gambar diambil 1 Maret 2015.

Sementara tinggal di gunung, Robert ingat bahwa hal pertama yang militan lakukan adalah permintaan bahwa sandera masuk Islam.

"Mereka meminta kami untuk masuk Islam. ... Ya, itu adalah gagasan pertama mereka bahwa kita harus masuk Islam," kata Robert. "Banyak orang berjenggot berbicara kepada kita, dan semua orang meminta kami untuk masuk Islam."

Ketika ditanya tentang berapa banyak militan telah berbicara kepada mereka tentang ajakan berpindah agama, Robert menjawab, "sangat banyak, semua orang berbicara kepada kita yang melihat kami."

Setelah menghabiskan malam dalam rumah di gunung Abdul Aziz, Robert mengatakan ia dan sisa sandera didorong sekitar empat jam ke utara di pegunungan. Ketika mereka tiba, para sandera ditempatkan ke dua rumah yang berbeda di mana mereka tinggal selama lima hari sampai mereka dibebaskan.

Meskipun mereka berada di lokasi yang baru, tujuan militan masih mendapatkan sandera untuk diajak masuk Islam.

"Mereka terus menekan kita untuk masuk Islam. Itu terus-menerus mereka lakukan. Tapi kami tidak dianiaya." Robert melanjutkan. "Kami katakan kami tidak akan mengubah keyakinan. Mereka mengatakan Anda kemudian harus membayar jizyah (pajak untuk non-Muslim) atau meninggalkan negara. Itu adalah pilihan yang diberikan kepada kita. Kami katakan kami akan membayar jizyah tapi kami tidak akan mengubah keyakinan."

Meskipun sandera diberitahu bahwa mereka harus membayar, Robert mengatakan, militan seperti biasanya membebaskan mereka tanpa memaksa mereka untuk membayar pajak.

"Mereka mengatakan kali ini mereka tidak akan mengumpulkan jizyah karena kita tidak berperang melawan mereka. Mereka mengatakan bahwa ISIS akan membebaskan dengan satu syarat - Bahwa kita tidak kembali ke desa kami," tambah Robert. "Mereka mengatakan jika kami kembali dan mereka menangkap kami lagi mereka akan membunuh kita tanpa pilihan lain. Mereka akan memenggal kepala pria dan memperbudak para wanita."

Meskipun pejuang ISIS terus mencoba untuk mendapatkan orang-orang Kristen untuk mengubah keyakinan mereka, Robert mengatakan ia dan sisa sandera tidak dikasari atau tindakan kejam. Mereka diobati dan bahkan diberi segala sesuatu yang mereka butuhkan.

"Kami disediakan dengan semua kebutuhan - Fasilitas, makanan, air, mandi. Mereka membawa kami semua," Robert menegaskan.

Warga Kristen Irak menghadiri misa di Gereja Katolik Mar Chaldean George di Baghdad,
Sandera lain dibebaskan dari Tel Goran, pergi dengan nama "Peter," kata The Times ia dan para sandera lainnya diadili di pengadilan Syariah, tapi itu memutuskan bahwa mereka adalah bukan pejuang. The Times melaporkan bahwa seorang pemimpin suku Sunni membantu menegosiasikan pembebasan mereka.

Graeme Wood, seorang penulis dengan The Atlantic yang meliputi Negara Islam, mengatakan kepada CNN bahwa kesediaan ISIS untuk melepaskan para sandera dengan perintah pengadilan Syariah adalah upaya untuk membangun kredibilitas lebih religius.

"ISIS telah mengklaim untuk waktu yang lama untuk mengikuti aturan, dan mengklaim bahwa pengadilan syariah ini akan memberi batasan," kata Wood. "Mereka bisa mencoba untuk mendapatkan kredibilitas dengan menunjukkan bahwa mereka mengikuti aturan dan bahwa mereka memiliki semacam proses yang transparan yang mengikuti pelaksanaan khusus mereka berdasar hukum Syariah."

Robert menambahkan bahwa setelah dibebaskan, ISIS menyewa mobil untuk mengambil sandera ke kota Hasakah, di mana orang-orang Kristen lainnya dari daerah berlindung di gereja.

Seperti ISIS telah menyita banyak desa-desa di kawasan itu, Robert mengatakan ia dan banyak warga Asyur lain di wilayah ini berencana untuk melarikan diri ke Lebanon. Kontrol ISIS di daerah memberikan akses kelompok ke jembatan utama yang melintasi Sungai Khabur.

Meskipun Robert, Peter dan sisa sandera mereka dari Tel Goran dibebaskan, lebih dari 200 warga kristen Asiria tetap disandera ISIS di penangkaran setelah lebih dari dua minggu. Laporan lain menunjukkan bahwa ISIS mungkin telah mengeksekusi 15 sandera Kristen lainnya.

Seorang Suriah memegang spanduk dan berbaris dalam solidaritas dengan orang kristen Suriah yang diculik ISIS di timur laut Suriah awal pekan ini, di Beirut, Lebanon, 28 Februari 2015. Militan ISIS diperkirakan telah menculik sedikitnya 220 warga Kristen Suriah minggu ini. Banner berbunyi, "Kami tidak takut siapa membunuh daging, kami tidak takut siapa menghancurkan batu. Suriah dan menang."

Recent Post