Latest News

Friday, May 30, 2014

Hari Ini Jokowi Kunjungi Julius, Korban Kekerasan FPI


JAKARTA - Calon Presiden Joko Widodo akan mengunjungi korban kekerasan Direktur Galang Press Julius Felicianus (54) di Yogyakarta. Demikian dikatakan anggota tim pemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla, Eva Kusuma Sundari ketika dikonfirmasi, Jumat (30/5/2014). "Pak Jokowi akan ke Jogja, Sabtu (30/5/2014), akan diatur menemui Pak Julius," tutur Eva Kusuma Sundari.

Eva mengatakan agenda Jokowi ke Yogyakarta bertemu dengan Sri Sultan Hamengkubuwono X. Namun, Jokowi juga akan menyempatkan diri mengunjungi Julius yang sedang dirawat di RS Panti Rapih, Yogyakarta. "Pak Jokowi akan memberikan penguatan. Pak Julius juga salah satu relawan Jaring Jogja Pro Jokowi," katanya.

Peristiwa kekerasan ini berawal saat ibadat doa rosario di rumah Julius digelar pada pukul 19.00 WIB. Satu jam kemudian, sekitar pukul 20.20 WIB, tiba-tiba sekelompok orang bergamis datang dan langsung melempari rumah Julius dengan batu. Lalu mereka juga merusak rumah Julius.

Sekelompok pria yang diduga berasal dari Front Pembela Islam (FPI) dengan berpakaian jubah gamis mengobrak-abrik kegiatan ibadat doa rosario yang biasa dilakukan umat katolik Santo Fransiscus Agung Gereja Banteng, yang digelar di Perum YKPN, Tanjungsari Desa Sukoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kamis (29/5) malam. 

Akibat aksi brutal tersebut, korban bernama Julius Felicianus (54) yang merupakan Direktur Galang Press menderita luka robek setelah dipukul benda keras. Korban juga mengalami luka lebam pada bagian muka dan mata. "Ada sekitar delapan orang yang mengroyok saya, tapi saya lihat ada banyak orang yang menggunakan pakaian serupa dan membawa alat pemukul dan senjata tajam," ujarnya.

Akibat kejadian itu, ia merasa keluarganya terancam. Julius mengaku tidak harus melapor ke polisi atas kejadian itu. Namun, polisilah yang harus menindaklanjuti kasus yang jelas sudah terjadi itu.  Selain menganiaya Julius, sekelompok massa itu juga menganiaya jemaat. Ada yang dipukuli dengan kayu, besi, dan bahkan ada pula yang disetrum.

Aksi brutal kelompok orang tak dikenal itu juga menimpa Mikael Irawan, wartawan Kompas TV yang bermaksud meliput kejadian itu, juga dihajar oleh kelompok massa itu. Selain mendapatkan penganiayaan, kamera video miliknya juga dirampas. "Kebetulan saya tinggal di dekat lokasi kejadian. Begitu mendengar ada keributan massa, saya langsung mendatangi lokasi. Tapi begitu mengambil gambar, saya dikeroyok dan kamera dirampas," ungkapnya.

Kejadian tersebut saat ini masih dalam penyelidikan Polres Sleman. Petugas yang mendatangi lokasi langsung memasang garis polisi.

Tindakan brutal sekelompok massa dengan senjata tajam dan tumpul itu merupakan tindak anarkis dan intoleran dalam kehidupan beribadah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Beberapa waktu lalu kejadian serupa juga terjadi di Gunung Kidul, yakni berupa penutupan sebuah gereja dan penganiayaan terhadap aktivis lintas agama.

Thursday, May 29, 2014

Umat Katolik Diserang FPI Karena Doa Rosario

Julius Felicianus, korban serangan FPI
YOGYAKARTA - Rumah Direktur Penerbitan Galang Press Julius Felicianus diserang dan dirusak oleh sekelompok orang yang diduga Front Pembela Islam (FPI), Kamis (29/5/2014) malam. Penyerangan terjadi ketika rumah tersebut dipakai untuk ibadat doa rosario.

Kejadian bermula saat jemaat menggelar acara ibadat rutin sekaligus peringatan Hari Kenaikan Isa Almasih. Sekitar pukul 20.30, segerombolan orang bergamis dengan mengendarai motor mendatangi rumah Julius Felicianus (54) yang menjadi tempat acara.

Sesampainya di lokasi, massa langsung melempari rumah dengan batu. Massa juga merusak motor milik jemaat yang terparkir di depan rumah. Tak hanya itu, massa kemudian memaksa untuk masuk ke dalam rumah dan bermaksud untuk membubarkan kegiatan doa tersebut.

"Anak saya telepon kalau rumah diserang. Lalu saya bersama tiga teman langsung meluncur ke rumah," ujar Julius di rumahnya, Kamis malam. Rumah ini berlokasi di kompleks perumahan STIE YKPN Nomor 07 Desa Tanjungsari, Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Ngaglik, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Julius bertutur, saat penyerangan terjadi, dia masih berada di kantor Galang Press. Di kantornya sedang berlangsung doa bersama umat beragama. Dia menerima telepon dari anaknya perihal penyerangan itu pada pukul 21.00 WIB.

Sesampai di rumah, Julius mendapai suasana sudah sepi. Namun, beberapa sepeda motor yang diparkir di halaman rumahnya terlihat berjatuhan dan rusak. Selain itu, kaca rumahnya pecah, dan ada batu berserakan. Namun, beberapa saat kemudian, belasan orang mengendarai sepeda motor kembali datang. Sebagian dari orang-orang itu mengenakan jubah. Saat itulah Julius diserang.

Begitu tahu ada Julius di situ, sekelompok orang tersebut langsung memukuli dia, bahkan menjatuhkan pot bunga ke kepalanya. "Mereka juga memukul bahu saya dengan besi," kata dia.

Akibat penyerangan tersebut, Julius dan beberapa warga jemaat mengalami luka serius karena dipukuli dengan besi dan dilempar pot. Saat ini, mereka sedang dirawat di Rumah Sakit Panti Rapih. "Mereka juga sempat mengobrak-abrik motor-motor jemaat sehingga membuat motor-motor tersebut rusak," pungkas Elga.

Menurut Julius, pemukulan juga terjadi terhadap para peserta kegiatan doa di rumahnya. "Ibu-ibu juga ada yang dipukuli. Total ada 7 korban, salah satunya wartawan," kata dia.

Soal alasan penyerangan, Julius mengaku tak bisa memperkirakannya. Dia merasa tak punya masalah dengan siapa pun. Menurut dia, selama ini warga di sekitar rumahnya juga tak mempermasalahkan kegiatan doa bersama di rumahnya.

"Tidak tahu apa alasannya, tetapi saya mengenali beberapa pelaku penyerangan," kata Julius. Saat ini, kasus tersebut sudah ditangani kepolisian. Para saksi sudah dimintai keterangan.

Sumber:

Sunday, May 18, 2014

Chelsea Olivia Kini Bersatu Dalam Gereja Katolik


Di sela kegiatan syuting, Chelsea Olivia aktif mengikuti kegiatan katekumen di Gereja Katolik. Selama masa katekumen, ia belajar mengenai agama Katolik. Ia belajar perihal doa-doa Katolik dan berbagai sakramen yang ada di Katolik. 

"Sebenarnya aku sering ke Gereja Katolik. Misalnya, kalau berdoa aku suka ke Gua Maria. Aku juga suka menjalani ibadah secara Katolik, lebih khidmat. Setelah aku berdoa dan minta petunjuk pada Tuhan, akhirnya aku ditunjukkan ke Katolik. Kebetulan Glenn penganut Katolik. Aku ikut katekumen untuk dibaptis," bilang Chelsea yang dulunya menganut Protestan.

Banyak hal yang didapatkan Chelsea selama beberapa bulan ikut katekumen. "Aku tak hanya belajar tentang apa yang aku enggak tahu (tentang agama Katolik), tapi juga banyak sharing tentang kehidupan. Puji Tuhan aku dipertemukan dengan guru yang benar-benar asyik. Terus terang, sekarang aku merasa lebih dekat dengan Tuhan," ucapnya.

Selesai menempuh katekumen, Chelsea tak hanya menerima sakramen baptis pada hari Natal mendatang, tapi juga menerima sakramen krisma, yang merupakan tanda kedewasaan iman seseorang. "Dapat dua nama sebenarnya, nama baptis dan nama krisma. Tapi kata guru aku, satu nama saja enggak apa-apa. Sekarang aku masih mencari  nama," terangnya.

Ibundanya Chelsea, Yuliana Agustine, yang pemeluk Protestan, sama sekali tak keberatan anaknya menjadi Katolik. Yuliana malah bangga anaknya belakangan makin religius dan sering pergi ke gereja. "Aku bilang kepada mama: 'Ma, nanti kalau aku baptis datang, ya ke gereja," bilang Chelsea yang kerap beribadah di Gereja Katolik Paroki Santo Stefanus di Cilandak, Jakarta Selatan, bersama sang kekasih dan keluarganya.

Friday, May 16, 2014

Inilah Empat Dogma Maria

Sumber: http://www.marysway.net
Terdapat empat dogma yang menyatakan hubungan pribadi Maria dengan Allah dan perannya dalam keselamatan manusia. Mari kita bahas satu persatu.

1. Keibuan Ilahi

Keibuan Ilahi Maria diumumkan pada Konsili Efesus tahun 431.
Berbagai nama digunakan untuk menjelaskan peran Maria sebagai Bunda Yesus. Dia disebut �Bunda Allah� yang menerjemahkan istilah Yunani yang menyatakan secara lebih akurat: �Theotokos� atau �Birthgiver of God� [Yang Melahirkan Allah].

Konsili Efesus (431) menautkan gelar Bunda Allah kepada Maria. Hal ini perlu dibaca seturut deklarasi Konsili bahwa dalam Kristus terdapat dua kodrat, satu ilahi dan satu manusia, namun hanya satu orang. Bahkan menurut Konsili, Sang Perawan Suci adalah Bunda Allah karena dia memperanakkan Sabda Allah menurut daging sehingga menjadi daging. Keputusan ini dijelaskan lebih lanjut oleh Konsili Khalsedon (451) yang mengatakan berkaitan dengan keibuan Ilahi Maria:

�� diperanakkan dari Bapa sebelum adanya waktu dalam hal keallahannya, dan dalam hari-hari terakhir ini, hal yang sama, karena kita dan karena keselamatan kita, diperanakkan oleh Perawan Maria, Theotokos, dalam hal kemanusiaannya; Kristus yang satu dan sama, Putera, Tuhan, hanya-diperanakkan

Keibuan Ilahi Maria bukanlah obyek dari suatu deklarasi dogmatis yang independen atau eksklusif. Pernyataan ini tertanam dalam teks-teks yang mendefinisikan pribadi dan kodrat Yesus Kristus. Dengan demikian, dogma Keibuan Ilahi menjadi bagian integral dari dogma kristologis. Namun hal ini tidak mengurangi karakternya yang definitif dan mengikat. Dogma Keibuan Ilahi ini secara umum diterima oleh semua denominasi Kristen.

2. Keperawanan Abadi

Ekspresi keperawanan abadi, perawan-selamanya, atau sederhananya �Maria Sang Perawan� merujuk terutama pada konsepsi dan kelahiran Yesus. Dari rumusan iman yang pertama, khususnya dalam rumusan pembaptisan atau pernyataan iman, Gereja mengakui bahwa Yesus Kristus dikandung tanpa benih manusia melainkan oleh kuasa Roh Kudus saja. Di sini terletak makna absout dari ekspresi seperti �dikandung dalam rahim Perawan Maria�, �konsepsi keperawanan Maria�, atau �kelahiran perawan�. Rumusan pembaptisan awal (sejak abad ke-3) menyatakan keperawanan Maria tanpa penjelasan lebih lanjut, tetapi tidak ada keraguan mengenai arti fisiknya. Laporan selanjutnya lebih eksplisit. Maria mengandung �tanpa kerusakan apapun pada keperawanannya, yang tetap tidak terjamah bahkan setelah kelahiran-Nya� (Konsili Lateran, 649).

Meskipun tidak pernah dijabarkan secara rinci, Gereja Katolik mempertahankannya sebagai dogma bahwa Maria tetap Perawan sebelum, selama dan sesudah kelahiran Kristus. Hal ini menekankan hal-hal baru yang mendasar mengenai Inkarnasi dan Maria yang tidak kurang dedikasinya mendasar dan eksklusif untuk misinya sebagai bunda dari Putranya, Yesus Kristus. Vatikan II menegaskan kembali pengajaranan mengenai Maria, Sang Perawan-Selamanya, dengan menyatakan bahwa kelahiran Kristus tidak mengurangi keutuhan keperawanan Maria, melainkan menguduskannya. Katekismus Gereja Katolik merenungkan makna yang lebih dalam dari Sang Mempelai Perawan dan Keperawanan Abadi (499-507). Hal ini juga mendukung bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya anak Maria. Yang disebut �saudara dan saudari� adalah hubungan dekat.

3. Dikandung Tanpa Dosa

Pernyataan resmi mengenai Maria Yang Dikandung Tanpa Dosa, seperti halnya Keibuan Ilahi dan Keperawanan Abadi, dinyatakan sebagai bagian dari doktrin kristologis, namun dipromulgasikan sebagai sebuah dogma yang independen oleh Paus Pius IX melaui Konstitusi Apostolik �Ineffabilis Deus� (8 Desember 1854). Meskipun menyoroti keistimewaan Maria, konstitusi apostolik ini sebenarnya menekankan kemuliaan dan kekudusan yang diperlukan untuk menjadi �Bunda Allah.� Hak istimewa Dikandung Tanpa Dosa adalah sumber dan dasar bagi semua kekudusan Maria sebagai Bunda Allah. Lebih khusus, dogma Dikandung Tanpa Dosa menyatakan �bahwa Perawan Maria Yang Paling Terberkati, sejak saat pertama dia dikandung, oleh kasih karunia yang luar biasa dan hak istimewa dari Allah Yang Maha Kuasa dan mengingat jasa Yesus Kristus, telah dijaga bebas dari setiap noda dosa asal.�

Dogma ini memiliki arti �negatif� dan �positif� yang saling melengkapi satu sama lain. Arti �negatif� menekankan bebasnya Maria dari dosa asal berkat kasih karunia yang mendahului atau yang berlaku surut (di sini disebut pencegah) dari tindakan penebusan Kristus. Dengan cara yang sama, dogma tersebut memberi kesan kekudusan Maria yang menyeluruh. Arti �positif� ini merupakan konsekuensi dari ketiadaan dosa asal. Hidup Maria terkait secara permanen dan intim dengan Allah, dan dengan demikian dia adalah suci secara keseluruhan.

Meskipun sulit dijelaskan, dosa asal memprovokasi kekacauan dalam pikiran dan perilaku, terutama berkaitan dengan keunggulan kehadiran Allah dalam hidup kita. Akibatnya, dalam pendeklarasian Maria yang dikandung tanpa dosa, Gereja melihat tanda terkecil dari cinta dalam diri Maria sebagai orang yang tidak pernah membantah Allah. Jadi, dogma ini menyatakan bahwa dari awalnya Maria sangat suci dan dalam persatuan yang tetap dengan rahmat pengudusan dari Roh Kudus.

4. Pengangkatan

Dogma ini dinyatakan oleh Paus Pius XII pada tanggal 1 November 1950 dalam Ensiklik Munificentissimus Deus.

Pembedaan perlu dibuat antara Kenaikan dan Pengangkatan. Yesus Kristus, Putera Allah dan Tuhan Yang Bangkit, telah naik ke Surga, sebuah tanda kekuasaan Ilahi. Maria, sebaliknya, dinaikkan atau diangkat ke Surga oleh kuasa dan kasih karunia Allah.

Dogma ini menyatakan bahwa �Maria, Bunda Allah Yang Tak Bercela, Perawan Selamanya, setelah menyelesaikan perjalanan hidupnya di bumi, diangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surgawi�. Definisi ini sebagaimana definisi Dikandung Tanpa Dosa, tidak hanya menjadi referensi terhadap persetujuan yang universal, pasti dan tegas dari Magisterium tetapi juga menjadi kiasan yang sesuai keyakinan kaum beriman. Pengangkatan Maria ini telah menjadi bagian dari spiritual Gereja dan warisan doktrinal selama berabad-abad. Pula telah menjadi bagian dari refleksi teologis dan dari liturgi serta bagian dari rasa kaum beriman.

Dogma ini tidak memiliki dasar langsung dalam Kitab Suci. Namun hal itu dinyatakan �terungkap secara ilahi�, yang berarti bahwa hal itu secara implisit terkandung dalam Wahyu ilahi. Ini mungkin bisa dipahami sebagai kesimpulan logis dari tugas Maria di bumi, dan cara dia menghidupi kehidupannya dalam persatuan dengan Allah dan misinya. Pengangkatan Maria ini bisa dilihat sebagai konsekuensi dari Keibuan Ilahi. Menjadi terusan, bersama, dan untuk Putranya di bumi, tampaknya sesuai juga untuk Maria yang menjadi terusan, bersama, dan untuk Putranya di Surga. Dia berada di bumi menjadi sekutu yang murah hati dari Putranya. Pengakatannya ini mengatakan kepada kita bahwa hubungan ini berlanjut di Surga. Maria terus menerus dihubungkan dengan Putranya di atas bumi dan di dalam Surga.

Di Surga, keterlibatan aktif Maria dalam sejarah keselamatan berlanjut: �Diangkat ke Surga, dia tidak mengesampingkan tugas penyelamatannya � Dengan cinta kasih keibuannya ia memperhatikan saudara-saudara Puteranya yang masih dalam peziarahan perjalanan di bumi� (LG). Maria adalah �ikon eskatologis Gereja� (KGK 972), yang berarti Gereja merenungkan di dalam Maria waktu akhirnya sendiri.

Definisi dogma ini tidak mengatakan bagaimana transisi dari kehidupan duniawi Maria ke kehidupan surgawinya itu terjadi. Apakah Maria mati terlebih dahulu? Apakah ia terangkat ke surga tanpa terpisahnya jiwa dari tubuh terlebih dahulu? Pertanyaan itu tetap terbuka untuk diskusi. Namun, pendapat bahwa Maria melewati kematian sebagaimana Putranya perbuat, memiliki dukungan yang lebih kuat dalam tradisi.

Dimuliakan dalam tubuh dan jiwa, Maria sudah berada dalam kondisi yang akan menjadi milik kita setelah kebangkitan orang mati.

Keterangan Gambar:

Berdasarkan keterangan dari sini, gambar ini dibuat untuk Paus Yohanes Paulus II pada �World Family Day Celebration� [Perayaan Hari Keluarga Sedunia] di Filipina tahun 2003. Gambar tersebut menggambarkan kesemua 4 dogma yang berkenaan dengan Maria plus �Our Lady Mediatrix of All Graces� [Bunda Maria Pengantara Segala Rahmat], yang menurut rencana akan dipromulgasikan sebagai Dogma ke-5.

Gambar dilukis oleh seorang Katolik Ukraina, visioner Maria, Josyp Terelya, yang secara ajaib diselamatkan oleh Santa Perawan Maria. Keempat dogma yang dilukiskan dalam gambar tersebut mulai dari kiri atas yang menggambarkan Yesus dalam rahim Maria [dogma "Sang Perawan Abadi"] hingga kanan bawah yang menggambarkan Yesus di atas tahta-Nya di Surga [dogma "Maria Diangkat ke Surga"].
 

Friday, May 9, 2014

Bunda Maria Penolong Abadi


Bunda Maria Penolong Abadi atau bisa juga disebut Santa Maria Penolong Senantiasa (dalam Bahasa Inggris Our Lady of Perpetual Help atau Our Lady of Succcour juga dalam Bahasa Latin Mater de Perpetuo Succursu) adalah sebuah sebutan kepada Bunda Maria terkait juga dengan sebuah ikon seni periode Byzantium dengan sebutan yang sama pada masa abad ke-13 atau 14 masehi, atau 15 masehi. Ikon ini sudah berada di Roma sejak akhir abad ke-15 dan berada di Gereja St. Alphonsus Liguori, Roma. Di Gereja Ortodoks ikon ini dikenal sebagai Virgin of the Passion atau Theotokos of the Passion

Para Redemptoris yang ditunjuk sebagai misionaris ikon ini menjadikannya sangat dikenal luas di Gereja Katolik Roma dan kemudian banyak disalin dan dibuat ulang. Replika ikon pada masa kini terpasang di rumah-rumah dan dimana saja. Selama berabad-abad Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks melakukan devosi kepada Santa Perawan Maria sebagai Bunda dari Yesus Kristus. Pada masa kini penghormatan kepada Bunda Maria Penolong Abadi dilakukan setiap tanggal 27 Juni.


Penjelasan

Lukisan asli dipasang pada altar dengan ukuran 45cm x 53m dan dicat pada kayu walnut dengan latar belakang warna daun keemasan. Lukisan ini menggambarkan Santa Perawan Maria memakai baju merah gelap dengan mantel biru dan memakai cadar. Di sisi kiri terdapat Malaikat Mikhael membawa Tombak Suci (Holy Lance) dari penyaliban Yesus. Di sisi kanan terdapat Malaikat Gabriel yang membawa Salib Patriarkal (Patriarchal cross) dan kuku suci (holy nails). Di kepala Bunda Maria terdapat bintang yang menandakan perannya sebagai Bintang Laut (Stella Maris) sementara salib di sebelahnya dianggap sebagai penanda dari ikon ini. Ikon ini kemudian menjadi semacam Hodegetria atau komposisi Bunda Maria sebagai tuntunan hidup, dimana Bunda Maria menuntun Putranya. Dikenal dengan istilah Theotokos. Kanak-kanak Yesus digambarkan sedang berlindung dari penderitaan dalam pelukan Bunda Maria. Ekspresi wajah Bunda Maria sangat khidmat dan memandang langsung kedepan bukan ke anaknya. Yesus digambarkan sedang berlindung dalam pelukan dengan satu sandalnya lepas menggantung. Tulisan Yunani di atasnya dibaca sebagai Bunda Tuhan MP-OY, Malaikat Mikhael OAM, Malaikat Gabriel OAT, dan Yesus Kristus IC-XC.

Lukisan di kayu walnut dengan latar belakang keemasan ini kemungkinan dibuat di Kreta, yang dikuasai oleh Republik Venesia. Sekolah Kreta adalah sumber dari banyak ikon yang masuk ke Eropa di abad pertengahan sampai Renaisans. Ikon ini dibersihkan dan direstorasi pada 1866 dan kemudian lagi di 1940.

Asal-usul dan Penemuan

Tulisan paling lama mengenai ikon ini dalam Bahasa Latin dan Bahasa Italia pada plakat yang terletak di gereja San Matteo di Via Merulana dimana pertama kali dikunjungi masyarakat pada tahun 1499. Penulis awal tentang ikon ini tidak diketahui, namun berdasar pada perkamen yang menyertai ikon ini, lukisan dicuri oleh seorang pedagang dari Kreta yang berlayar ke Roma. Pedagang tersebut berlayar dan menyembunyikan lukisan tersebut sampai badai menghantam kapalnya dan para pelaut berdoa di depan lukisan tersebut untuk meminta pertolongan. Ketika pedagang tersebut sampai di Roma kemudian jatuh sakit, dan ketika dalam sekarat dia meminta pada pedagang lainnya untuk meletakkan lukisan tersebut di gereja agar bisa dihormati. Pada mulanya pedagang tersebut mengambil kembali lukisan tersebut sampai empat kali sampai pedagang lainnya menceritakan tentang lukisan ini ke istri pedagang pertama. Setelah melihat lukisan yang indah ini istri pedagang pertama mengambilnya dan menggantungnya di rumahnya sendiri. Selanjutnya anak si pedagang, neneknya dan para tetangga tahu mengenai lukisan Bunda Maria ini, dan memohon untuk menyerahkan lukisan tersebut ke paroki. Diceritakan bahwa Santa Perawan Maria kemudian menampakkan diri kepada seorang gadis kecil yang meminta lukisan tersebut ditaruh di antara Basilika Santa Maria Maggiore dan Basilika Santo Yohanes Lateran. Istri pedagang lalu menyerahkan lukisan tersebut kepada Ordo Santo Agustin (Augustinian Friars). Pada 27 Maret 1499 lukisan ini kemudian dipindahkan ke gereja San Matteo hingga 300 tahun kemudian.


Pemindahan dan Restorasi

Pada 1978 Andr� Mass�na yang kemudian menjadi gubernur Roma menutup dan menghancurkan beberapa gereja di Roma. Gereja San Matteo di Via Merulana termasuk salah satunya. Santo Agustin kemudian memindahkan lukisan ini ke gereja St. Eusebius, kemudian memasangnya di altar gereja Santa Maria di Posterula. Puluhan tahun kemudian Paus Pius IX mengundang Konggregasi Penebus Mahakudus (Congregation of the Most Holy Redeemer) atau para pastor Redemtoris untuk mendirikan sebuah gereja Maria di Roma, sebagai tanggapan dibangunlah Gereja St. Alphonsus Liguori di Roma. Para pastor Redemtoris yang berada di Via Merulana tidak menyadari bahwa lokasi tersebut pernah menjadi Gereja San Mateo dan menjadi tempat penghormatan kepada lukisan tersebut. Seorang pastor Redemtoris kemudian mendengar cerita tentang lukisan tersebut dan dimana lukisan tersebut pernah dihormati.

Pemelihara saat ini

Pimpinan para pastor Redemtoris, Pastor Nicholas Mauron menjelaskan pada Paus Pius IX yang selanjutnya memutuskan bahwa lukisan tersebut harus ditunjukkan pada masyarakat. Berlokasi di Gereja St. Alphonse, dimana lukisan tersebut pernah dihormati. Tahun 1866 Paus Pius IX menulis memo singkat untuk meminta lukisan tersebut diserahkan pada para Redemtoris. Sebagai gantinya para Redemtoris kemudian memberikan sebuah salinan yang serupa dari lukisan tersebut kepada para Augustinian. Pada penyerahan ini Paus Pius IX memberi nama ikon lukisan ini Bunda Maria Penolong Abadi. Pada 23 Juni, 1867 lukisan ini dimahkotai oleh Dekan Basilika Santo Petrus sebagai penghormatan dan penanda resmi ikon lukisan ini telah mempunyai sebuah nama. Pada 21 April 1866 pimpinan para Redemtoris memberikan satu dari salinan pertama ikon ini kepada Paus. Salinan ini disimpan dengan baik di kapel Redemtoris di Roma. Ikon asli masih dibawah perawatan para Redemtoris di Gereja St. Alphonsus.


Penghormatan Agama

Sejak itu, Santa Perawan Maria sebagai Bunda Maria Penolong Abadi dihormati, menjadi banyak dikenal di banyak budaya dan mendapat banyak nama dari berbagai bahasa (dalam Bahasa Filipina Ina ng Laging Saklolo). Juga menjadi santa pelindung negara Haiti sejak abad ke-19.

Penghormatan warga Filipina

Dalam Gereja Katolik di Filipina dan banyak komunitas Filipina di seluruh dunia, Bunda Maria Penolong Abadi sangat dihormati. Gereja Katolik Roma menyelenggarakan ibadat Novena, misa dan Sakramen Mahakudus setiap Rabu untuk penghormatan kepada Santa Maria atas gelar ini. Di Filipina National Shrine of Our Mother of Perpetual Help dipenuhi umat setiap hari Rabu dengan ribuan warga Filipina dan dari banyak negara. Setiap Rabu, banyak permohonan dan surat syukur dibacakan dari umat Filipina dari seluruh dunia sebagai intensi pada Santa Maria Penolong Abadi. Selanjutnya Rabu Novena Penolong Abadi juga dilakukan dan diikuti banyak gereja Katolik lainnya di Filipina. Novena yang sama berasal dari buku yang diterbitkan oleh para pastor Redemtoris dari Irlandia yang mengenalkan ikon ini kepada masyarakat Filipina di awal abad ke-20. Banyak paroki dengan banyak umat Filipina di seluruh dunia juga mengadaptasi tradisi doa Novena hari Rabu ini.

Tuesday, May 6, 2014

Gereja Katolik Dibakar Orang Tak Dikenal, Salib Yesus Utuh Tak Tersambar Api

Di antara meja persembahan dan altar yang hangus terbakar, salib Yesus kokoh berdiri tanpa hangus sedikit pun

Sebuah peristiwa yang nyaris tidak terekam media terjadi di sebuah daerah pinggiran Pasaman, Sumatra Barat. Minggu pagi, 4 Mei 2014 telah terjadi pembakaran gereja oleh orang tidak dikenal.

Menurut penuturan sumber informasi, diduga peristiwa pembakaran Gereja Katolik St Maria Diangkat Ke Surga itu telah direncanakan. Hal itu dimungkinkan mengingat ada gelagat mencurigakan sejak hari Sabtu, 3 Mei 2014. �Sabtu sore ada seorang warga yang sedang mencari rumput. Melihat ada orang tidak dikenal yang sedang mengitari gereja, warga tersebut mendatangi. Orang tidak dikenal tersebut memakai helm. Ketika ditanya, orang tidak dikenal itu mencari tempat sabung ayam. Setelah dijawab warga tidak ada tempat untuk sabung ayam, orang tidak dikenal itu pergi naik motor Vario warna hitam.�

Warga sama sekali tidak menaruh curiga atas keberadaan orang tidak dikenal itu. Minggu pagi, sekitar pukul 06.00, ada warga lain yang melihat ada orang yang berada di dekat jendela. Warga tersebut berpikiran positif. Ia mengira orang tersebut adalah petugas gereja yang akan membersihkan gereja mengingat siangnya akan dipakai untuk kebaktian rutin. Oleh karena itu, warga tersebut tidak mendekati dan menyapa orang itu.

Sekitar pukul 06.10, ada warga yang hendak pergi ke ladang. Sesampai di dekat gereja, warga ini melihat nyala api dan asap yang keluar dari dalam gereja. Teriakan kebakaran membuat warga yang lain berdatangan dan berusaha memadamkan api. Kesigapan warga menjadikan api cepat dipadamkan dan tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar.

�Dari tanda-tanda yang masih tersisa, tempat ini dibakar dengan menggunakan bantal misdinar yang diguyur dengan minyak tanah� ungkap sumber informasi. Akibat pembakaran ini meja kecil yang biasa dipakai untuk meletakkan persembahan umat dan meja altar rusak parah. Lampu-lampu yang ada di atas meja altar pun rusak. Tetapi nampak keanehan, �Salib yang berdiri di samping meja altar utuh, tidak ada tanda-tanda tersambar api. Padahal tempat sekitarnya terbakar.

Baca juga: Patung Yesus Berdiri Tegak Meski Dihantam Topan Haiyan

Menurut penuturan warga yang lain, sebelum gereja diketahui terbakar, ia sempat berpapasan di jalan depan rumah dengan seseorang yang tidak dikenal mengendarai motor Vario warna hitam. Sayangnya, ia tidak mengingat nomer kendaraannya. Namun, ia masih ingat wajah orang itu.

Gereja St Maria Diangkat ke Surga tampak dari depan. Gereja ini dibangun di daerah mayoritas Katolik (kurang lebih 80%)

Kini, peristiwa pembakaran gereja yang berada di wilayah Paroki Keluarga Kudus Pasaman itu telah ditangani kepolisian. Pihak kepolisian pun telah melakukan olah TKP. Umat Katolik tidak perlu emosi. Menanggapi berbagai usaha provokasi, umat Katolik harus mampu menahan diri sembari memperkuat iman. Sejarah telah membuktikan bagaimana Gereja Perdana justru semakin kuat di kala berada dalam penganiayaan. Ketekunan mereka untuk bersekutu dalam doa menjadikan Gereja Perdana mampu bangkit dan memberikan kesaksian hidup.

Monday, May 5, 2014

Tata Tertib Sakramen Mengenai Komuni di Tangan




Tahta Suci, sejak 1969, seraya mempertahankan cara tradisional dalam membagikan komuni, juga memberikan kepada Konferensi-konferensi Waligereja yang memintanya, fasilitas untuk membagikan komuni dengan menempatkan hosti di tangan umat beriman.

Fasilitas ini ditetapkan dengan Instruksi Memoriale Domini dan Instruksi Immensae caritatis (29 Mei 1969: AAS 61, 1969, 541-546; 29 Januari 1973; AAS 65, 1973, 264-271) dan dengan Ritual De sacra Communione yang diterbitkan 21 Juni 1973, n. 21. Namun demikian, tampaknya tepat untuk memberikan perhatian pada point-point berikut:    

1. Komuni di tangan hendaknya menunjukkan, sama seperti komuni di lidah, penghormatan yang pantas terhadap kehadiran nyata Kristus dalam Ekaristi. Oleh karena alasan ini hendaknya diberikan penekanan, seperti yang dilakukan oleh para Bapa Gereja, pada wibawa gerakan orang yang menyambut komuni. Demikianlah, pada akhir abad keempat kepada mereka yang baru dibaptis diajarkan untuk mengulurkan kedua tangan, �tangan kiri sebagai tahta bagi tangan kanan, yang menyambut sang Raja� (Katekese mistagogis Yerusalem yang kelima, n. 21: PG 33, kol. 1125, atau Sources chret., 126, h. 171; St Yohanes Krisostomus, Homili 47: PG 63, kol. 898, dll.) (Dalam praktek, petunjuk yang sebaliknya yang harus diberikan kepada umat beriman: tangan kiri ditempatkan di atas tangan kanan, agar hosti kudus dapat dimasukkan ke dalam mulut dengan tangan kanan.)

2. Lagi, seturut ajaran para Bapa Gereja, penekanan perlu diberikan atas pentingnya kata �Amin� sebagai tanggapan atas rumusan pelayan komuni, �Tubuh Kristus�; Amin ini adalah suatu penegasan iman: �Cum ergo petieris, dicit tibi sacerdos `Corpus Christi' et tu dicis `Amen', hoc est `verum'; quod confitetur lingua, teneat affectus� (St Ambrosius De Sacramentis, 4, 25: SC 25 bis, h. 116).

3. Orang yang menyambut komuni, yang telah menerima Ekaristi di tangan, wajib menyantap hosti sebelum kembali ke tempatnya, mengambil satu langkah ke samping dengan tetap menatap altar, demi memungkinkan orang berikutnya datang kepada pelayan.

4. Dari Gereja-lah umat beriman menyambut Ekaristi kudus, yang adalah communio dalam Tubuh Tuhan dan dalam Gereja; oleh sebab itu orang yang menyambut komuni tidak diperkenankan mengambil dari patena atau siborium, seperti yang akan dilakukan orang terhadap roti biasa, melainkan kedua tangan wajib diulurkan untuk menyambut komuni dari pelayan komuni.

5. Demi hormat terhadap Ekaristi, tangan wajib bersih, anak-anak perlu diingatkan akan hal ini.

6. Penting bahwa umat beriman menerima katekese yang efektif mengenai masalah ini, dan bahwa penekanan perlu diberikan atas perasaan sembah sujud dan hormat yang pantas terhadap Sakramen Mahakudus ini (bdk. Dominicae cenae, n. 11). Wajib diberikan perhatian agar serpihan hosti yang telah dikonsekrasikan tidak hilang (bdk. Kongregasi untuk Ajaran Iman, 2 Mei 1972: Prot. N. 89/71, in Notitiae 1972, h. 227).

7. Umat beriman tidak diwajibkan menerapkan praktek komuni di tangan; setiap umat beriman bebas untuk menyambut komuni di lidah atau di tangan.

Ketentuan-ketentuan ini dan juga ketentuan-ketentuan seperti dinyatakan dalam dokumen-dokumen yang disebutkan di atas bertujuan untuk mengingatkan kembali kewajiban untuk menghormati Ekaristi dan menerapkan secara independen cara dengan mana komuni disambut.

Mereka yang berkewajiban untuk memelihara jiwa-jiwa wajib menekankan tidak hanya pentingnya disposisi batin bagi penerimaan komuni yang bermanfaat, yang dalam perkara-perkara khusus membutuhkan pertolongan Sakramen Rekonsiliasi, melainkan juga sikap lahiriah yang mengungkapkan rasa hormat pada umumnya dan mengekspresikan secara istimewa keyakinan umat beriman terhadap Ekaristi.

Dari Kongregasi untuk Ibadat Ilahi, 3 April 1985.

+Augustin Mayer, O.S.B.
Uskup Agung Titular Satriano
Pro-Prefect

+Virgilio Noe
Uskup Agung Titular Voncaria
Sekretaris

_____________________ 

Recent Post