Latest News

Tuesday, April 28, 2015

5 Kisah Mengharukan Mary Jane yang Akhirnya Batal Dieksekusi Mati


Merdeka.com - Terpidana mati asal Filipina, Mary Jane Fiesta Veloso batal dieksekusi mati. Mary dijebloskan ke penjara karena tertangkap membawa 2,6 kg sabu dalam tasnya.

Saat menanti detik-detik akhir hukuman mati, pemerintah tiba-tiba saja bermurah hati memaafkan Mary. Mary sendiri sudah dipindahkan dari Lapas Wirogunan Yogyakarta ke Nusakambangan pada Jumat (24/4) malam.

Sebelum berangkat Mary Jane sempat berdoa bersama dua petugas lapas Wirogunan yang kebetulan juga beragama Katolik. "Dia tidak menangis, dia malah sempat berdoa bersama dua anak buah saya, kebetulan sama-sama Katolik," ujar Kalapas Wirogunan, Zaenal Arifin.

Keharuan sebelum diberangkatkan ini adalah satu dari sekian banyak keharuan Mary Jane selama di lapas. Di lapas Mary Jane kerap kali meneteskan air mata, apa sebabnya? Berikut adalah lima ceritanya:


1. Diberi Rosario

Dalam kunjungannya ke Lapas Wirogunan, Yogyakarta, Selasa (31/3), rombongan Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Besar Filipina memberi Mary Jane sebuah Rosario yang merupakan sarana untuk berdoa bagi umat Katolik. Selain itu, mereka juga memberikan uang sebesar Rp 1,5 juta dan sebuah kamus Inggris-Tagalog.

Kalapas Wirogunan, Zaenal Arifin mengatakan dia hanya mengetahui barang-barang yang diberikan pada Mary Jane. Sementara soal isi perbincangan Mary Jane dengan rombongan pemerintah Filipina dia tidak tahu.

"Saya tidak paham apa yang mereka bicarakan pakai Tagalog," katanya.

Meski demikian dari apa yang dia lihat, Mary Jane tampak senang mendapat kunjungan dari pemerintah Filipina. Saat berbicang-bincang tampak berapa kali Mary Jane tertawa.

"Tadi ketawa-tawa orangnya, dia tadi dikasih kalung Rosario, uang dan juga kamus," ungkapnya.

Menurutnya saat ini Mary Jane sudah tahu perihal penolakan PK yang diajukannya. Mary Jane tahu dari keluarganya di Filipina saat menghubungi lewat telpon.

"Waktu pertama, keluarganya sempat menyangka Mary Jane akan dieksekusi pada 27 Maret, tapi setelah lewat tanggal 27, Mary Jane menelepon. Saat itu Mary Jane diberitahu PK-nya ditolak," jelasnya.

Saat mengetahui PK-nya ditolak Mary Jane menangis. Namun tak berselang lama dia sudah kembali seperti biasa. "Sekarang sudah biasa," tandasnya.


2. Menangis di persidangan

Mary Jane Fiesta Veloso (30) terpidana mati warga negara Filipina menangis dalam persidangan pemeriksaan permohonan PK di PN Sleman, Rabu (4/3). Dia menangis ketika diajak berdoa oleh Pastor Bernhard Kieser dari Gereja St Antonius Kotabaru, yang menjadi saksi dalam persidangan tersebut.

Seusai memberikan kesaksian, dia diminta Hakim Ketua Marliyus MS, untuk berdoa bersama dengan Mary Jane. Dia pun kemudian membimbing Mary Jane berdoa dalam bahasa Indonesia.

Di tengah doa tersebut Mary Jane menangis tersedu-sedu sembari berusaha terus melafalkan doa.

"Ampunilah kami, seperti mana pun kami mengampuni yang bersalah kepada kami, jangan masukan kami ke dalam percobaan" ucap Mary Jane sambil terisak.

Setelah doa selesai, Romo Bernhard pun kemudian meninggalkan ruang sidang. Dalam kesaksiannya, Romo Bernhard mengaku sudah mengenal Mary Jane sejak tahun 2011, saat dia melayani narapidana yang beragama Katolik di Lapas Narkotika Pakem.

Saat itu dia mengetahui bahwa Mary Jane tidak bisa berbahasa Indonesia atau pun bahasa Inggris. "Sangat sulit (berbahasa Inggris dan Indonesia)," kata Romo Bernhard di persidangan, Rabu (4/3).

Dia pun mengungkapkan saat itu dia nyaris tidak berkomunikasi dengan Mary Jane. Dia hanya datang mengajak berdoa bersama meski Mary Jane tidak memahami doanya.

"Pertemuan kami sangat singkat, 5 menit saja, saya mengutarakan kepada seorang yang terdakwa dukungan. Sejauh mana dia menangkap, saya tidak tahu," tandasnya.


3. Di Filipina lulusan SMP jadi PRT

Terpidana mati Mary Jane Fiesta Veloso (30) warga negara Filipina, ternyata berprofesi sebagai seorang pembantu rumah tangga (PRT) di negaranya. Mary Jane yang hanya lulus pendidikan setara SMP tidak lagi melanjutkan pendidikan dan kemudian bekerja.

Cerita terlibatnya Mary Jane dalam sindikat penjualan narkotika internasional ketika dia bertemu dengan seseorang bernama Christine. Saat itu Mary Jane dijanjikan akan diberikan pekerjaan oleh Christine jika mau membawa sebuah koper ke Indonesia.

Saat bertemu dengan Christine di Malaysia, Mary Jane kemudian diberi uang sejumlah USD 500 untuk keperluannya selama di Indonesia. Dengan uang tersebut Mary Jane pun kemudian terbang ke Yogyakarta dengan menggunakan pesawat AirAsia.

Dari fakta tersebut Penasehat Hukum Mary Jane, Agus Salim mengatakan bahwa Mary Jane hanyalah korban dari sindikat lalu lintas narkotika internasional.

"Mary Jane adalah korban sindikat lalu lintas narkotika internasional. Terdakwa diperalat untuk mengantarkan narkotika ke Indonesia dengan diiming-imingi pekerjaan," katanya dalam persidangan peninjauan kembali di PN Sleman, Selasa (3/3).

Fakta tersebut juga yang dijadikan bahan untuk melakukan peninjau kembali putusan hukuman mati yang dijatuhkan kepada Mary Jane.

"Kami memohon supaya fakta ini bisa dijadikan bahan untuk mempertimbangkan kembali putusan PN Sleman terhadap terdakwa Mary Jane, selain itu mengingat usia terdakwa yang masih muda memungkinkan terdakwa untuk berubah lebih baik," tandasnya.


4. Main sama anak

Keluarga terpidana mati Mary Jane Fiesta Veloso diam-diam sudah mengunjungi Mary Jane di lapas Wirogunan Yogyakarta pada hari Kamis (19/2) sampai Sabtu (21/2). Menurut pihak Kejaksaan Tinggi Negeri Yogyakarta, selama berkunjung keluarga Mary Jane selalu didampingi dari pihak Kejaksaan, perwakilan kedutaan besar Filipina dan seorang rohaniawan bernama Ignatius Suryadi.

Menurut Jaksa Penuntut Umum kasus Mary Jane, S Anggraeni, keluarga Mary Jane yang datang yaitu Cesar S Veloso Ayahnya, Culin Veloso Ibunya, Maritas Laurante saudara perempuannya dan Mark Daniele dan Mark Daren kedua anaknya.

"Kami kemarin hanya mendampingi saja, mereka bertemu sejak Kamis sampai Sabtu kemarin, ada orang tuanya, anaknya, kakak perempuannya tapi suaminya enggak ada," katanya pada wartawan, Senin (23/2).

Kunjungan tersebut merupakan kunjungan kedua kalinya sejak Mary Jane ditahan. Pertama kali Mary Jane dikunjungi ketika dia masih berada di lapas Narkotika Pakem, Sleman, dan yang kedua di Lapas Wirogunan.

"Mary Jane senang melihat keluarganya berkunjung. Dia sempat bermain-main dengan kedua anaknya. Kelihatan kangen sekali, anak-anaknya dipeluk berkali-kali," ujarnya.

Sementara itu pihak kedutaan Filipina, Ramon CM yang datang mendampingi berharap eksekusi mati Mary Jane ditunda.

"Pihak kedutaan Filipina bilang minta supaya ditunda, mereka bilang mereka menghargai hukum di Indonesia, tapi kalau bisa ditunda," tandasnya.


5. Batasi penjenguk

Terpidana mati Mary Jane Fiesta Veloso (30) warga negara Filipina membatasi diri dari penjenguknya di Lapas Wirogunan Yogyakarta. Pembatasan tersebut dilakukan supaya tidak ada kejadian-kejadian janggal lagi seperti yang terjadi saat persidangan permohonan PK di PN Sleman, Rabu (5/3) kemarin.

Menurut Kalapas Wirogunan, Zaenal Arifin, Mary Jane sendiri nantinya yang akan memberikan lima nama temannya yang boleh menjenguknya di Lapas. Namun sampai saat ini Mary Jane masih memikirkan lima nama temannya tersebut.

"Dia masih mikir, siapa yang boleh jenguk. Nanti kalau kita yang tentukan malah salah, setelah dipilih, ternyata malah enggak datang. Jadi biar Mary Jane yang menentukan kira-kira siapa temannya yang mungkin akan menjenguk," terangnya pada wartawan di Lapas Wirogunan, Kamis (5/3).

Sementara itu ketika ditanya tentang kondisi Mary Jane pasca sidang permohonan PK, Zaenal mengatakan kondisi Mary Jane biasa saja.

"Kondisinya biasa saja, orangnya memang pendiam. Tadi ini sudah ketawa-ketawa mikir siapa yang bisa jenguk dia," tambahnya.

Dalam keseharian di Lapas, Mary Jane paling suka bermain voli untuk mengisi waktu luang di Lapas. Selain itu dia juga senang ikut permainan tradisional gobak sodor bersama temannya. Dia menempati kamar di blok C bersama dua temannya.

Ibunda: Keajaiban Itu Nyata! 

Keluarga Mary Jane langsung berbahagia atas kabar penundaan mati puterinya itu.

"Keajaiban nyata telah datang untuk putriku," kata Ibunda Mary Jane, Celia seperti dikutip dari media Filipina, GMA News, dalam wawancara dengan radio dzBB, Rabu (29/4/2015).


Sementara Juru Bicara Departemen Luar Negeri Filipina Charles Jose, seperti diberitakan media Filipina lainnya Philpstar.com, telah mendapat konfirmasi soal penundaan eksekusi mati bagi warga negaranya di Nusakambangan, Jawa Tengah.

"Kami lega bahwa pelaksanaan (hukuman mati) Mary Jane Veloso tidak dilakukan malam ini. Tuhan telah menjawab doa-doa kita," ucap Charles Jose.

#MaryJaneLives Bergema di Twitter

Di sosial media twitter, tagar #MaryJaneLive menggema masuk dalam trending topic dunia hingga sekitar pukul 02.00 WIB, meski setelah itu peringkat tagar kembali turun di tangga trending topic twitter.

"Now the whole world knows how powerful a prayer is," tulis salah seorang dengan tagar #MaryJaneLives.

Di publik Filipina, kabar ditundanya eksekusi mati Mary Jane tak kalah bersukacita. Tagar #MaryJaneLive masih menduduki peringkat 1 hingga pukul 03.05 WIB. Kemudian ada juga tagar #Bali9 dan Widodo yang masuk tranding topic.

Sementara di Indonesia, kabar ditundanya eksekusi MaryJane juga disambut suka cita, terutama jaringan buruh migran yang secara terus menerus menyuarakan agar Mary Jane tak dieksekusi mati karena dianggap korban.

"Saya bersama teman-teman sangat senang sekali keputusan yang sementara ini, tidak sia-sia di mana kita hampir sebulan ini mengunjungi beberapa gereja, beberapa organisasi, lembaga negara dan melobi pemerintah untuk menghentikan eksekusi Mary Jane," kata Aktivis JBMI, Iweng Kersiweng di Dermaga Wijayapura, Cilacap, Jawa Tengah, Rabu (29/4/2015) dini hari.

Tagar #BiarkanHidup yang disuarakan jaringan buruh migran sejak sehari ini untuk meminta Presiden Jokowi tak mengeksekusi Mary Jane, kembali menduduki tranding topic nomor 1 jelang pagi ini.

Sumber :

Gereja Katolik: Tolak Narkoba, Tolak Hukuman Mati!

Sembilan terpidana mati kasus narkoba
Cilacap - Gereja Katolik Indonesia dan KWI tetap bersikap tegas untuk menolak segala bentuk penyalahgunaan dan peredaran narkoba, termasuk pula menolak hukuman mati.

"Gereja dan saya pribadi pun selalu mengatakan Tolak Narkoba Tolak Hukuman Mati," tegas Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan (HAK) Romo Aloys Budi Purnomo Pr, Senin (27/4) malam.

Baca juga: Hukum Mati Bandar Narkoba, Gereja Katolik Kecam Presiden Jokowi

Menurut Romo Budhenk panggilan akrab Aloys Budi Purnomo Pr, keadilan tidak akan pernah bisa ditegakkan dan diwujudkan dengan membunuh nyawa seseorang dengan hukuman mati.

"Apapun alasannya tidak pernah kita boleh membunuh kehidupan manusia sebab hidup mati kita di tangan Tuhan," tegasnya.

Apakah eksekusi mati efektif meredam atau meminimalisir peredaran narkoba di tanah air, menurut Romo, hal itu bukan jaminan.

"Kita lihat sendiri fakta, berapa orang sudah dieksekusi mati baik dalam kasus narkoba maupun kasus lain misalnya terorisme, namun toh narkoba jalan terus dan kian parah," tegasnya.

Maka, menurut Romo Budhenk, hukuman mati bukan solusi untuk meredam atau meminimalisir peredaran narkoba di negeri ini.

Mary Jane Fiesta Veloso (kanan)

Umat Katolik di Magelang Gelar Doa untuk Terpidana Mati Mary Jane

Umat Katolik yang mengikuti misa harian di Gereja Santa Maria Fatima Kota Magelang, Jawa Tengah, Senin (27/4/2015), mendoakan Mary Jane Fiesta Veloso, warga Filipina yang bakal menghadapi eksekusi mati di Pulau Nusakambangan, Kabupaten Cilacap, karena perkara narkoba.

"Mari kita berdoa Salam Maria tiga kali untuk Mary Jane," kata Kepala Gereja Paroki Santa Maria Fatima Kota Magelang Romo Supriyanto yang memimpin misa harian tersebut.

Umat dan sejumlah biarawati kemudian mengucapkan doa Salam Maria sebanyak tiga kali, setelah Romo Supriyanto menyampaikan khotbah singkat dalam misa tersebut.

Peristiwa yang menimpa Mary Jane, kata Supriyanto, mengingatkan umat kepada ungkapan kuno dalam bahasa latin, "homo homini lupus", yang artinya manusia adalah serigala bagi sesama manusia.

Dia menyebut, heroin yang ditemukan petugas bandara dalam tas Mary Jane bukan milik perempuan pekerja berasal dari Filipina di luar negeri tersebut.

Mary Jane ditangkap petugas Bea dan Cukai Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta pada 2010 saat turun dari pesawat terbang tujuan Kuala Lumpur-Yogyakarta, karena membawa heroin seberat 2,6 kilogram senilai Rp 5,5 miliar.

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menjatuhkan vonis hukuman mati kepada Mary Jane. Setelah grasinya ditolak oleh Presiden Joko Widodo, ia kemudian mengajukan permohonan Peninjauan Kembali atas perkara tersebut.

Melalui sidang PK yang digelar Pengadilan Negeri Sleman beberapa waktu lalu, Mahkamah Agung memutus menolak permohonan tersebut, dan menyatakan tetap pada putusan PN Sleman.

Pada Jumat (24/4), wanita itu dibawa dari Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Yogyakarta, tempatnya selama ini ditahan, ke Pulau Nusakambangan Kabupaten Cilacap, Jateng, untuk menjalani eksekusi bersama sembilan terpidana mati lainnya, seperti dirilis oleh Kejaksaan Agung.

Sebanyak 10 terpidana kasus narkoba yang segera dieksekusi, adalah Andrew Chan (warga negara Australia), Myuran Sukumaran (Australia), Raheem Agbaje Salami (Nigeria), Zainal Abidin (Indonesia), Serge Areski Atlaoui (Prancis), Rodrigo Gularte (Brazil), Silvester Obiekwe Nwaolise alias Mustofa (Nigeria), Martin Anderson alias Belo (Ghana), Okwudili Oyatanze (Nigeria), dan Mary Jane Fiesta Veloso (Filipina).


Para Uskup Filipina Minta KWI Membantu Mary Jane

Konferensi Waligereja Filipina (CBCP) telah meminta Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) untuk membantu menyelamatkan Mary Jane Fiesta Veloso, seorang wanita Filipina yang telah dijatuhi hukuman mati di Indonesia.

Ketua Presidium CBCP, Mgr Socrates Villegas, uskup agung Lingayen-Dagupan, telah mengirim surat kepada Ketua Presidium KWI, Mgr Ignatius Suharyo Dirdjoatmodjo, uskup agung Jakarta, meminta bantuan KWI untuk  membebaskan Mary Jane.

�Bolehkah saya meminta bantuan Konferensi Waligereja Indonesia untuk memohon Presiden Indonesia mengubah hukuman keras itu yang dijatuhkan kepada Mary Jane dan membiarkan anak-anaknya tumbuh dalam pelukan penuh kasih dari ibu mereka,� kata Uskup Agung Villegas dalam pernyataan.

Prelatus itu menyatakan bahwa Mary Jane tidak diberikan pengadilan yang adil karena ia tidak memiliki penerjemah yang baik.

�Penyelidikan misi diplomatik Filipina di Indonesia, kami diberitahu bahwa Mary Jane memiliki penerjemah meskipun mampu memahami dan berbicara bahasa Inggris dan Bahasa, namun ia benar-benar tak memahami bahasa Tagalog yang dibicarakan Mary Jane. Bahasa ini mungkin belum benar-benar dipahami oleh pihak pengadilan,� kata Uskup Agung Villegas.

Dia menambahkan, �Mary Jane adalah salah satu dari ribuan pekerja Filipina di luar negeri yang meninggalkan keluarga-keluarga mereka dengan harapan bahwa pengorbanan mereka akan memungkinkan orang yang mereka cintai untuk hidup lebih baik. Mary Jane sebenarnya seorang ibu rumah tangga dan tidak ada seorang ibu yang akan meninggalkan anak-anaknya ke negeri orang kecuali sangat termotivasi oleh keinginan untuk memperbaiki kehidupan keluarganya.�

Uskup Agung Villegas yakin bahwa Gereja Katolik akan terus mendidik dan membimbing para pekerja Filipina di luar negeri untuk menghindari masalah seperti yang dialami Mary Jane, yang menjadi korban sindikat internasional.

�Kami akan melakukan yang terbaik terhadap pendidikan yang layak untuk para pekerja Filipina di luar negeri agar peristiwa malang tersebut tidak terulang lagi.�

Ketua CBCP juga menegaskan kembali sikap Gereja terhadap hukuman mati.

Baca juga : Gereja Katolik dan Hukuman Mati

Sebelumnya, Luis Antonio Kardinal Tagle, uskup agung Manila, telah meminta pemerintah Indonesia untuk memberikan kesempatan kepada Mary Jane yang dituduh melanggar hukum Indonesia, untuk menjalankan sidangnya yang baik dan adil.

�Saya mengimbau bahwa Mary Jane Veloso diberikan proses hukum yang baik. Saya sangat menghormati hukum negara-negara lain, saya memohon atas nama semua orang yang akan ditangkap agar hak-hak mereka dihormati dengan proses yang baik,� kata Kardinal Tagle.

Sumber :
http://www.beritasatu.com/nasional/269187-rohaniwan-gereja-tolak-narkoba-dan-hukuman-mati.html
http://www.tribunnews.com/regional/2015/04/27/umat-katolik-di-magelang-gelar-doa-untuk-terpidana-mati-mary-jane
http://indonesia.ucanews.com/2015/04/20/para-uskup-filipina-minta-kwi-membantu-mary-jane/ 

Monday, April 27, 2015

Runtuhnya Katolik Jerman: Imam Mengaku Dosa Setahun Sekali, Bagaimana dengan Kesetiaan Iman?

Gereja Katolik Saint Adelaide di Geldern, Utara Rhine-Westphalia,
Keuskupan M�nster - dihancurkan pada tahun 2008 untuk diserahkan ke senior center
Umat awam Jerman mengkonfirmasi keinginan mereka untuk melakukan evolusi dalam Gereja: menurut dokumen yang dibuat di situs Konferensi Waligereja, jawaban atas kuesioner antara Sinode menunjukkan bahwa umat Katolik dari Jerman mengharapkan keterbukaan besar dari Sinode tentang Keluarga. Terutama pada masalah paling sulit: "mereka meminta untuk diperbolehkannya bercerai dan menikah lagi dengan Ekaristi, sebuah perkembangan iman dan moral bagi pastoral untuk menerima orang homoseksual dan memberkati pernikahan keduanya."

Apakah permintaan ini merupakan ekspresi penegasan serius atau apakah mereka menunjukkan sikap yang lunak, iman katolik akan dikalahkan? Ini adalah pertanyaan yang wajar, terutama jika melihat apa yang muncul dari survei lain yang melaporkan pada Kamis lalu. Sekali lagi di situs Konferensi Waligereja, ada data juga hasil analisis lain yang dilakukan pada 8.000 pekerja pastoral dari seluruh Jerman. Sampel ini terdiri dari 48% dari para imam, 22% dari pimpinan paroki, 18% dari pembantu pastoral dan 12% dari diakon, harus memberikan informasi tentang tingkat kepuasan kehidupan mereka dan soal pekerjaan mereka. Survei dilakukan oleh beberapa akademisi dari pusat studi penting, diperoleh hasil bahwa mungkin membantu kita untuk menafsirkan jawaban atas kuesioner Sinode.

Para imam Katolik di Jerman, hanya setengah memilih kehidupan selibat lagi, seperempat tidak lagi ingin hidup selibat dan seperempat menyatakan diri "ragu-ragu". Tidak sedikit para imam berbicara tentang masalah yang berasal dari "perasaan kesepian" karena tidak memiliki hubungan jangka panjang dengan orang lain. Menurut apa yang dilaporkan, penyelidikan Tagesspiegel menunjukkan bahwa beberapa imam mengakui [mereka memiliki] "hubungan dewasa dengan seksualitas mereka, atau dengan orientasi seksual mereka."

Pengumpulan data dilakukan antara tahun 2012 dan 2014 dan memiliki hasil yang sangat luas. Studi ini dapat dibeli secara online, tetapi laporan yang luas tersedia di situs [dari Keuskupan Agung Cologne] domradio.de. Secara umum, para pekerja pastoral berada di tingkat kepuasan yang sama ditampilkan juga dalam kategori sosial lainnya, namun, pada saat yang sama, mereka menunjukkan masalah berupa stres dan ketidaknyamanan yang khas untuk zaman kita. Namun, beberapa data memberikan hasil untuk merefleksikan "kehidupan iman" dari masyarakat Katolik Jerman. Semacam keduniawian tampaknya telah mengakar terus selama menjadi imam, terlihat bahwa 54% dari imam menyatakan bahwa mereka melakukan pengakuan dosa hanya sekali setahun (atau bahkan kurang) dan hal itu sama untuk 70% dari diakon. Persentase tersebut naik mencapai 91% untuk para "pembantu pastoral". Hanya 58% dari imam mengatakan bahwa mereka "berdoa setiap hari atau beberapa kali sehari".

Untuk data ini, kita dapat menambahkan bahwa survei lain pada umat Katolik Jerman beberapa bulan lalu, kali ini dilakukan oleh Allensbach Institute. Untuk pertanyaan, "Mengapa kamu Katolik?", 68% umat Jerman menjawab "Karena itu memungkinkan kita untuk merayakan peristiwa penting dalam hidup", dan kemudian, "itu adalah tradisi keluarga". 60% orang beriman mengatakan mereka tidak percaya pada kehidupan setelah kematian, dan hanya sepertiga percaya dalam Kebangkitan Kristus. Satu dari empat orang di Jerman percaya bahwa jika seekor kucing hitam melintasi mereka, itu akan membawa kesialan. Kita harus ingat bahwa statistik Gereja di Jerman selama beberapa dekade telah menunjukkan penurunan terus menerus dalam data yang mengacu pada jumlah imam dan jumlah umat pada Misa Minggu.

Dari data dan ringkasan ini, cukup menunjukkan kesehatan Gereja Katolik di Jerman. Kita ingat kata-kata Kardinal Marx ketika ia menyatakan bahwa para uskup Jerman ingin membuat keputusan pastoral otonom pada tema Sinode ini. Kata Kardinal, "Gereja Jerman tidak hanya "cabang" dari Gereja Roma." Tanpa masuk ke pertanyaan tentang hubungan antara Vatikan dan Uskup Konferensi, namun keraguan tetap ada, apakah permintaan ini termotivasi oleh kearifan otentik atau oleh keinginan duniawi untuk menyelamatkan apa yang diselamatkan.

Sumber : http://rorate-caeli.blogspot.com/2015/04/the-german-catholic-collapse-priests.html 

Thursday, April 23, 2015

Takut Murtad, Warga Malaysia Larang Gereja Memasang Salib


Sejumlah warga Muslim di Kuala Lumpur memprotes gereja yang memajang gambar salib pada bangunannya. Pemasangan salib itu dianggap menentang Islam. 

Sekitar 50 demonstran melakukan aksinya pada Minggu (19/4). Mereka berunjuk rasa meminta pihak gereja menurunkan gambar salib tersebut. Menurut demonstran, gambar salib itu menentang Islam dan bisa mengganggu keimanan anak muda.

Menanggapi aksi itu, beberapa jam kemudian, pihak gereja memutuskan menurunkan gambar salib dari fasad bangunan. Namun meski gereja memutuskan menurunkan gambar salib, protes Muslim Malaysia itu mendapat tentangan.

Pengacara gereja tersebut, New Sin Yew, mengatakan gereja memiliki hak untuk memasang simbol salib, dan hak itu dilindungi oleh konstitusi federal Malaysia. "Berdasarkan UU Federal Pasal 11, semua orang Malaysia memiliki hak untuk mempraktikkan agama mereka sendiri dan salib merupakan bagian integral dan tak terpisahkan dari iman Kristen, sehingga berada di bawah hak-hak Malaysia," kata  New Sin Yew.

Pengacara ini juga mempertanyakan argumen yang diajukan oleh para demonstran di Taman Medan, Minggu kemarin, bahwa melihat salib di daerah mayoritas Muslim dianggap menantang Islam dan dapat mempengaruhi keimanan anak muda.

Baca juga : Takut murtad ke Katolik? Memang "semudah" apa sih masuk Katolik?

"Anda perlu bukti kuat dan kredibel untuk membuktikan bahwa menggantung salib di luar gereja merupakan propaganda iman Kristen kepada umat Islam. Sungguh tidak masuk akal untuk menunjukkan bahwa menggantung salib di luar gedung dihitung sebagai menyebarkan agama Kristen ke Islam," kata pengacara.

Pengacara ini juga mempertanyakan hak massa yang main hakim sendiri. "Mereka tidak boleh main hakim sendiri dan mengabaikan sistem hukum secara keseluruhan. Mereka harus melaporkan hal tersebut kepada pihak berwenang setempat yang relevan atau mengajukan gugatan di pengadilan dan membiarkan badan-badan publik yang relevan memutuskan," katanya menambahkan.

Sementara itu, Pengerusi Lujnah Perpaduan Nasional PAS Datuk Dr Mujahid Yusof Rawa berkata, perkara itu tidak boleh dilihat dari sudut sentimen agama karena Malaysia mengamalkan kebebasan beragama menurut UU Federal Pasal 3 dan 11 dalam Perlembagaan Persekutuan.

"Jika semua pihak mempertikaikan simbol agama masing-masing maka akan musnahlah sikap tasamuh (toleran) dan hormat menghormati antara agama di negara ini," katanya.
Pengerusi Lujnah Perpaduan Nasional PAS Datuk Dr Mujahid Yusof Rawa berkata, perkara itu tidak boleh dilihat dari sudut sentimen agama kerana Malaysia mengamalkan kebebasan beragama menurut semangat Perkara 3 dan 11 dalam Perlembagaan Persekutuan.
"Jika semua pihak mula mempertikaikan simbol agama masing-masing maka akan musnahlah sikap tasamuh (toleran) dan hormat menghormati antara agama di negara ini.
- See more at: http://www.themalaysianinsider.com/bahasa/article/selesaikan-secara-hikmah-isu-salib-gereja-taman-medan-kata-pas#sthash.CSralniO.dpuf

Pengerusi Lujnah Perpaduan Nasional PAS Datuk Dr Mujahid Yusof Rawa berkata, perkara itu tidak boleh dilihat dari sudut sentimen agama kerana Malaysia mengamalkan kebebasan beragama menurut semangat Perkara 3 dan 11 dalam Perlembagaan Persekutuan.
"Jika semua pihak mula mempertikaikan simbol agama masing-masing maka akan musnahlah sikap tasamuh (toleran) dan hormat menghormati antara agama di negara ini.
- See more at: http://www.themalaysianinsider.com/bahasa/article/selesaikan-secara-hikmah-isu-salib-gereja-taman-medan-kata-pas#sthash.CSralniO.dpuf
Pengerusi Lujnah Perpaduan Nasional PAS Datuk Dr Mujahid Yusof Rawa berkata, perkara itu tidak boleh dilihat dari sudut sentimen agama kerana Malaysia mengamalkan kebebasan beragama menurut semangat Perkara 3 dan 11 dalam Perlembagaan Persekutuan.
"Jika semua pihak mula mempertikaikan simbol agama masing-masing maka akan musnahlah sikap tasamuh (toleran) dan hormat menghormati antara agama di negara ini.
- See more at: http://www.themalaysianinsider.com/bahasa/article/selesaikan-secara-hikmah-isu-salib-gereja-taman-medan-kata-pas#sthash.CSralniO.dpuf

Friday, April 3, 2015

Paus Fransiskus Membasuh dan Mencium Kaki 12 Narapidana di Roma

Paus Fransiskus saat mencium kaki narapidana di penjara Rebibbia di Roma (2/4). Ritual 'pembasuhan kaki' ini dijalani Paus seperti yang dilakukan Yesus kepada murid-muridnya.

ROMA - Kalau biasanya Paus menjadi sosok yang diagung-agungkan, kini ia justru ingin melayani. Paus Fransiskus mengatakan, ia berhasrat menjadi sosok yang sangat membutuhkan masyarakat. Karena itu ia rela membasuh dan mencium kaki 12 orang laki-laki maupun perempuan di penjara Roma.

Itu merupakan bagian dari Kamis Putih atau Kamis Suci, hari pertama dalam perayaan Paskah. Tradisinya, setelah misa dan Perjamuan Kudus pastur akan mencuci kaki umatnya. Dahulu, Yesus juga pernah mencuci kaki murid-Nya dalam Perjamuan Terakhir, sebagai bentuk pelayanan menjelang kematian-Nya.

Seperti dikutip dari situs Times of Malta, Jumat (3/4/2015), Paus kembali tak menjalankan 'tradisi' Vatikan, ia tidak menggelar ritual di Basilika Santo Petrus dengan mencium 12 kaki pastor terpilih.

Namun yang dilakukan Paus Fransiskus lebih dari itu. Kaki yang dicucinya milik para penjahat yang menghuni rumah pemasyarakatan. Diberitakan Reuters, ini merupakan tahun ketiga Paus tidak memeringati Paskah di dalam basilika atau gereja besar tua. Alih-alih, ia justru mendekatkan diri pada masyarakatnya.

Sebelum Paus Fransiskus menjabat, perayaan Paskah selalu dilakukan di Vatikan atau Basilika St. John Lateran. Masyarakat yang mendatangi Paus untuk dibasuh kakinya. Paus Fransiskus melanjutkan tradisi yang dimulainya saat masih menjadi uskup di Buenos Aires.


Ia yang mendatangi masyarakat kecil dan miskin di Roma, membaur dengan orang biasa.

Pada Kamis (2/4) malam, terlihat Paus berlutut di depan enam narapidana laki-laki dan enam narapidana perempuan. Ia menuangkan air ke kaki masing-masing tahanan, mengeringkannya dengan kain, lalu menciumnya. Salah satu tahanan, perempuan Afrika, sampai berkaca-kaca. Paus bahkan membasuh dan mencium kaki anak sang narapidana yang sedang dipangkunya.

Aksi Paus Fransiskus yang sering nyeleneh, termasuk melibatkan perempuan bahkan beragama Islam, membuat geram Katolik konservatif. Dua tahun lalu, di sebuah penjara remaja Paus membasuh dan mencium kaki seorang Muslim.

Paus Fransiskus mengatakan, budak membasuh kaki majikan mereka sebagai perlambang pelayanan terhadap orang lain. Dalam Alkitab, itu juga berarti pembersihan spiritual. Meski seorang paus, ia juga butuh pembersihan pribadi. "Saya ingin lebih menjadi budak dalam pelayanan masyarakat," katanya mengungkapkan.

Menurut televisi resmi uskup Katolik Italia, salah satu pelayan altar dalam misa itu adalah narapidana kasus pembunuhan. Sementara 12 narapidana yang dibasuh kakinya oleh Paus Fransiskus, dipilih mewakili 2.100 tahanan dari Italia, Nigeria, Kongo, Ekuador, Brasil.

Informasi dari sumber di Roma mengatakan seluruh penjara menyambut dengan kegembiraan dan antusiasme. Sekitar 150 tahanan laki-laki dan 150 tahanan perempuan akan berada di dalam kapel dengan Paus. Sementara 400 lainnya akan berada di luar dengan relawan dan staf penjara, menonton misa yang disiarkan di beberapa televisi layar lebar.

Menjelang Paskah yang jatuh pada 5 April mendatang, Paus Fransiskus disibukkan kegiatan keagamaan. Kamis pagi, ia merayakan misa di Basilika St. Petrus. Jumat Agung (3/4), Paus Fransiskus memimpin dua layanan.

Sumber :

Recent Post