Latest News

Wednesday, September 28, 2011

Beato Yohanes Paulus II berkata umat Katolik tidak boleh mengambil bagian dalam ibadat Protestan


�Umat beriman Katolik, sembari menghormati keyakinan agama dari saudara-saudari yang terpisah, pantas menghindarkan menerima komuni perayaan mereka, agar tidak timbul salah paham tentang hakikat Ekaristi, dan selanjutnya tidak menyalahi kewajiban menyaksikan kebenaran dengan jelas. Yang sebaliknya akan memperlambat kemajuan upaya menuju kesatuan nyata yang penuh. Mirip dengan itu, juga tak masuk akal menggantikan Misa hari minggu dengan perayaan sabda ekumenis atau ibadat doa bersama dengan umat kristiani dari jemaat-jemaat Gereja yang disebutkan di atas, atau bahkan dengan mengambil bagian dalam ibadat mereka. Perayaan dan ibadat seperti itu, kendati dalam keadaan tertentu pantas dipuji, sebagai persiapan bagi tujuan kesatuan yang penuh, termasuk komuni Ekaristi, namun tak pantas menggantikannya� (Paus Yohanes Paulus, Ensiklik Ecclesia de Eucharistia No. 30)

sumber: yesaya

Alasan mengapa umat Protestan tidak boleh menerima Komuni Kudus dalam Perayaan Ekaristi Gereja Katolik



Dapatkah umat Protestan menerima Komuni Kudus dalam Perayaan Ekaristi Gereja Katolik? TIDAK
Dapatkah umat Katolik menerima roti dan anggur perjamuan dalam ibadah Protestan? TIDAK
Baca penjelasannya berikut ini.
-------------------------

Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Dogmatis tentang Gereja menggambarkan Misa - �Kurban Ekaristi� - sebagai �sumber dan puncak seluruh hidup kristiani� (no. 11). Sebagai umat Katolik, kita sungguh percaya bahwa Kurban Misa, melampaui batas waktu dan ruang, secara sakramental menghadirkan kembali kurban Kristus: �Misa adalah serentak, dan tidak terpisahkan, kenangan kurban di mana kurban salib hidup terus untuk selama-lamanya perjamuan komuni kudus dengan tubuh dan darah Tuhan.� (Katekismus Gereja Katolik, No. 1382). Oleh kehendak Bapa Surgawi, dengan kuasa Roh Kudus, dan imamat Yesus Kristus, yang melalui Sakramen Imamat dipercayakan kepada imam-Nya yang bertindak atas nama-Nya, maka roti dan anggur sungguh menjadi (di-transsubstansiasi-kan menjadi) Tubuh, Darah, Jiwa dan Ke-Allah-an Kristus.


Salah satu buah terbesar dari Komuni Kudus, sesuai Katekismus No. 1396, ialah bahwa Ekaristi Kudus membangun Gereja:
�Siapa yang menerima Ekaristi, disatukan lebih erat dengan Kristus. Olehnya Kristus menyatukan dia dengan semua umat beriman yang lain menjadi satu tubuh: Gereja. Komuni membaharui, memperkuat dan memperdalam penggabungan ke dalam Gereja, yang telah dimulai dengan Pembaptisan.�
Karenanya, dengan menyambut Komuni Kudus kita sungguh dipersatukan dalam persekutuan umat beriman Katolik yang saling berbagi iman, ajaran-ajaran, tradisi, sakramen, dan kepemimpinan yang sama. 
Berdasarkan perinsip tersebut, kita dapat menjawab pertanyaan pertama: Dapatkah umat Katolik menerima komuni dalam suatu Gereja Protestan atau sebaliknya? Konsili Vatikan II memaklumkan bahwa gereja-gereja Protestan �'terutama karena tidak memiliki Sakramen Tahbisan, sudah kehilangan hakikat misteri Ekaristi yang otentik dan sepenuhnya' (UR 22). Karena alasan ini, maka bagi Gereja Katolik tidak mungkin ada interkomuni Ekaristi dengan persekutuan-persekutuan ini.� (Katekismus, No. 1400).
 
Pernyataan ini tidak beranggapan bahwa gereja-gereja Protestan tidak mengenangkan wafat dan kebangkitan Kristus dalam pelayanan perjamuan mereka atau percaya bahwa hal tersebut melambangkan persekutuan dengan Kristus. Namun demikian, teologi Protestan berbeda dengan teologi Katolik dalam hal Ekaristi Kudus mengenai kehadiran nyata Kristus, transsubstansiasi, kurban Misa, dan hakikat imamat. Karena alasan ini, kaum Protestan, meskipun mungkin Kristen yang saleh, tidak diperkenankan menyambut Komuni Kudus dalam Perayaan Misa, demikian juga umat Katolik tidak diperkenankan menerima roti dan anggur dalam kebaktian Protestan.

Bapa Suci kita, dalam ensikliknya yang indah, �Ekaristi dan Hubungannya dengan Gereja� (Ecclesia de Eucharistia) mengajarkan,
�Umat beriman Katolik, sembari menghormati keyakinan agama dari saudara-saudari yang terpisah, pantas menghindarkan menerima komuni perayaan mereka, agar tidak timbul salah paham tentang hakikat Ekaristi, dan selanjutnya tidak menyalahi kewajiban menyaksikan kebenaran dengan jelas. Yang sebaliknya akan memperlambat kemajuan upaya menuju kesatuan nyata yang penuh. Mirip dengan itu, juga tak masuk akal menggantikan Misa hari minggu dengan perayaan sabda ekumenis atau ibadat doa bersama dengan umat kristiani dari jemaat-jemaat Gereja yang disebutkan di atas, atau bahkan dengan mengambil bagian dalam ibadat mereka. Perayaan dan ibadat seperti itu, kendati dalam keadaan tertentu pantas dipuji, sebagai persiapan bagi tujuan kesatuan yang penuh, termasuk komuni Ekaristi, namun tak pantas menggantikannya� (No. 30).
Secara obyektif, jika kita mengetahui dan melanggar ketentuan ini dengan menerima komuni di gereja Protestan atau lalai merayakan Misa, kita berbuat dosa berat. 

Oleh sebab itu, hingga perbedaan-perbedaan antara Katolik dan Protestan dipulihkan, �interkomuni� yang sesungguhnya tidak dapat terjadi. Di samping itu, dengan perinsip saling menghormati perbedaan dalam keyakinan masing-masing, seorang Katolik wajib menjauhkan diri dari menerima komuni dalam perayaan Protestan, demikian juga sebaliknya, seorang Protestan dalam Perayaan Misa Katolik. Saya ingat suatu ketika saya menghadiri pemakaman seorang teman di sebuah gereja Protestan, di mana diadakan perjamuan. Pendeta mengundang setiap orang untuk menerima komuni. Saya tidak ikut menerima komuni, karena saya menghormati keyakinan mereka dan keyakinan saya sendiri: saya tidak sepenuhnya menerima segala keyakinan atau praktek kebaktian mereka, demikian juga mereka tidak menerima segala keyakinan Gereja Katolik Roma. Karenanya, menerima komuni akan berarti menyatakan, �Aku ada dalam persekutuan mereka,� padahal sesungguhnya tidak. Lebih buruk lagi, jika saya menerima komuni tersebut, berarti saya menerima sesuatu yang kudus yang mengikat saya sebagai bagian dari persekutuan mereka - setidak-tidaknya begitulah menurut pandangan Katolik - padahal sesungguhnya saya tidak pernah ikut ambil bagian dalam kebaktian mereka sesudah itu. 

Kita patut ingat bahwa menyambut komuni tidak hanya menyangkut pada apa yang diyakini individu yang bersangkutan. Menyambut komuni berarti mengikat orang ke dalam suatu jemaat / gereja, mengidentifikasikan diri sebagai anggota gereja tersebut, dan mengikatnya pada ajaran-ajaran gereja tersebut. Dengan memahami peraturan-peraturan Gereja mengenai penerimaan Komuni Kudus, kita akan lebih menghargai karunia Sakramen Mahakudus, lebih menghargai keyakinan orang lain, dan berjalan menuju persatuan - inilah cinta kasih sejati. Mengabaikan peraturan-peraturan Gereja hanya akan menciptakan rasa persatuan yang semu dan mewujudkan kasih yang dangkal, yang sungguh merupakan musuh utama cinta kasih. 


Pax et Bonum

Monday, September 26, 2011

Keindahan Ajaran Kristus

Yesus Kristus dan St. Fransiskus Assisi


Kita dapat sampai kepada suatu keyakinan bahwa Yesus Kristus adalah Penebus terjanji, apabila kita memperhatikan isi pewartaan-Nya. Kita perhatikan beberapa aspek dari ajaran-Nya itu.

1. Kebahagiaan. Kristus datang bukan  hanya untuk mengajarkan kepada kita siapa Allah dan siapa manusia. Ia juga datang untuk menyampaikan kepada kita apa yang dilakukan Allah untuk kebahagiaan kita di mana kita dapat menemukan kebahagiaan itu dan kita dapat menemukan jalan-jalan mana yang kita butuhkan untuk mencapainya. Ia datang untuk menyampaikan kepada kita bahwa masih ada jalan kembali untuk mereka yang sudah mengasingkan diri dari Allah dan bahwa kita masih dapat mengambil bagian pada kehidupan Allah dan pada hal-hal ilahi. Khotbah-Nya tidak terdiri dari perkataan semata-mata, tetapi khotbah-Nya itu mencapai puncaknya pada perbuatan, ialah kematian-Nya di kayu salib. Hanya dengan dan di dalam dan melalui Kristus, kita dapat bersatu dengan Allah.

Dengan perantaraan kematian-Nya, Kristus telah mendirikan kerajaan Allah yang sekarang ini sudah berada di tengah kita. Di dunia yang fana ini, kerajaan Allah telah berada di tengah manusia yang lemah dan berdosa. Kita belum dapat melihat kemegahan kerajaan itu oleh karena masih ditantang oleh dunia dan masih disurami oleh dosa kita. Kita masih menantikan saat yang definitif, kemenangan terakhir dan manifestasi kerajaan ini dalam kemuliaannya pada akhir zaman apabila Kristus datang kembali.


2. Hukum Kesusilaan. Sebelum dan sesudah Kristus, dapat dicatat banyak pengkhotbah kesusilaan. Juga mereka mengemukakan hal yang bagus dan indah mengenai kesusilaan. Tetapi tidak ada seorang yang dapat melebihi Kristus.

Kristus tidak hanya menyampaikan garis-garis umum mengenai cinta kasih terhadap manusia, kebaikan terhadap sesama dan persamaan untuk semua orang. Ia menuntut bahwa kita harus mencintai sesama; kalau tidak, kita tidak mungkin mencintai Allah dengan sesungguhnya. Cintakasih itu sifatnya harus sedemikian umumnya sehingga mencakup juga musuh-musuh kita. Kita harus mengampuni penghinaan, membalas yang buruk denganyang baik, dan mengikuti Bapa Surgawi dalam belaskasihan-Nya. Cintakasih harus tanpa pamrih sehingga jika perlu kita berkorban bagi sesama kita dan menanggung dengan sabar segala ketidakadilan.

Kristus sangat menekankan nilai dan keperluan doa. Doa harus dilakukan dengan hormat, penuh pengharapan dan cinta kasih. Ia menghendaki agar doa dijalin menjadi satu dengan kehidupan. Kita harus berdoa terus-menerus. Doa harus mempertahankan pergaulan yang mesra antara kita dengan Allah.

Selanjutnya Kristus minta dari para pengikut-Nya cinta akan kebenaran, kejujuran, keadilan, kekuatan dan kebesaran jiwa, kemurnian, hormat terhadap kewibawaan karena ia berasal dari Allah, ketaatan terhadap Gereja yang memiliki otoritas mengajar, penyangkalan terhadap kefanaan dan matiraga. Tetapi di atas segala-galanya terdapat cintakasih, baik terhadap Allah maupun terhadap sesama karena keduanya merupakan satu kesatuan. Kristus tidak memberikan tuntutan yang mudah atau ajaran yang melempem.

3. Universalitas. Kebahagiaan yang dibawakan oleh Penebus dan ajaran yang ia khotbahkan diperuntukkan kepada semua orang. Sifatnya universal. Pertama sekali pada tingkat horizontal; untuk semua manusia dari semua zaman, semua bangsa, sukubangsa dan tingkat kemasyarakatan, semua pekerjaan, umur dan tingkat pengetahuan. Tetapi juga pada tingkat vertikal. Gereja Kristus adalah Gereja untuk seluruh manusia; Gereja itu memperhatikan aspek rohani dan jasmani. Gereja ini mempengaruhi kekuatan spiritual, perasaan dan hati manusia. Di samping itu, Gereja ini tidak mengabaikan badan. Ia menguduskan yang jasmani dan mempergunakannya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi. Kristus mau mendirikan di bumi ini kerajaan Allah di dalam Gereja yang kelihatan dengan hierarki yang kelihatan juga.

Kristus telah mempergunakan lambang-lambang jasmani sebagai jalan pengudusan dan kontak dengan Allah. Ia sendiri telah menjadi manusia dan telah mengambil sosok tubuh. Dengan demikian Ia telah menguduskan yang jasmani. Ia tidak meremehkan yang jasmani, oleh karena badan juga telah ditentukan untuk kemuliaan lahiriah apabila orang-orang terpilih akan mengambil bagian dalam kemuliaan Kristus.

Disadur dari buku Aku Percaya karya Pater H. Embruiru, SVD.

Pax et Bonum

Konsili Vatikan II adalah Konsili Pastoral bukan Konsili Dogmatis


Paus Benediktus XVI (ketika sebagai Kardinal Joseph Ratzinger) dengan jelas menyatakan bahwa sifat Konsili Vatikan adalah Konsili Pastoral bukan Konsili Dogmatis karena Konsili Vatikan II tidak mendefinisikan doktrin-doktrin secara tidak dapat salah / infallible. Beliau juga berusaha mempertahankan gambaran Konsili Vatikan yang lebih rendah dari konsili-konsili sebelumnya.

Paus Benediktus XVI
Konsili Vatikan II tidak diperlakukan sebagai bagian dari seluruh Tradisi yang hidup dari Gereja., tapi sebagai akhir dari tradisi, sebuah awal dari nol. Padahal sebenarnya adalah konsili ini tidak mendefinisikan dogma apapun, dan secara sengaja memilih untuk tetap berada pada level yang sederhana, hanya sebagai konsili pastoral; namun banyak yang memperlakukannya (Vatikan II) seakan-akan [Vatikan II] sendiri membuat dirinya (Vatikan II) menjadi suatu superdogma yang menghilangkan pentingnya semua [Tradisi hidup Gereja] yang lain. -- Cardinal Joseph Ratzinger, now Pope Benedict XVI, given July 13, 1988, in Santiago, Chile

Kata-kata Kardinal Ratzinger (sekarang Paus Benediktus XVI) di atas menggemakan kembali kata-kata Paus Paulus VI yang juga menyatakan bahwa Konsili Vatikan II murni bersifat pastoral dan tidak menerapkan kuasa infallibilitas Gereja (ketidakdapatsesatan Gereja) atau kalimat-kalimat deklarasi dogma pada dokumen-dokumen Konsili Vatikan II. Paus Paulus VI sendiri adalah Paus yang memimpin dan menutup Konsili Vatikan II ketika Paus pencetus Konsili Vatikan II, Beato Paus Yohanes XXIII, telah meninggal.

(Alm) Paus Paulus VI
Dalam pandangan sifat pastoral Konsili [Vatikan II], [Konsili] ini menghindari berbagai pernyataan dogma luar biasa yang disertai dengan catatan infallibilitas, tetapi [Konsili] ini tetap menyediakan pengajarannya dengan otoritas Magisterium biasa yang harus diterima dengan kepatuhan berdasarkan pikiran Konsili mengenai sifat dan tujuan setiap dokumen [Konsili Vatikan II].  -- Pope Paul VI, General Audience, 12 January 1966

Lalu mengapa hal ini begitu penting?
Sejak Konsili Vatikan II ditutup dan penetapan bentuk baru Misa Kudus lima tahun kemudian, banyak umat Katolik menganggap bahwa Konsili Vatikan II adalah penjelasan yang definitif mengenai ajaran Iman dan Moral Katolik untuk masa kita sekarang. Banyak umat Katolik juga memperlakukan Konsili-konsilinya sebagai konsili yang tidak relevan lagi atau bahkan tidak berlaku lagi sekarang ini. Menganggap bahwa konsili-konsili sebelum Konsili Vatikan II sebagai konsili-konsili yang tidak relevan saat ini merupakan salah satu bentuk pengaruh bidaah Modernisme Faktanya, menurut Paus Paulus VI dan Paus Benediktus XVI, Konsili Vatikan II berada pada level yang lebih rendah daripada Konsili-Konsili Ekumenis yang dogmatis sebelumnya seperti Konsili Vatikan I, Konsili Trente, Konsili Florence, dll.

Konsili-konsili Ekumenis Dogmatis sebelum Konsili Vatikan II ini dengan jelas mendefinisikan dogma-dogma Gereja sementara Konsili Vatikan II semata-mata sebuah konsili pastoral yang menguraikan cara dan standar baru untuk berkarya dan berdialog dengan dunia sekarang ini tetapi tidak dengan cara menetapkan dogma baru atau mengubah dogma-dogma yang sudah ada sebelumnya. Umat Katolik perlu memahami bahwa Gereja tidak berubah oleh Konsili Vatikan II. Konsili Vatikan II HARUS dipahami dan diinterpretasikan dalam konteks yang lebih luas menurut Konsili-konsili Ekumenis Dogmatis lainnya terutama Konsili Trente, Konsili Florence dan Konsili Vatikan I. Menurut Paus, semua Konsili Ekumenis Dogmatis sebelum Konsili Vatikan II menduduki tempat yang lebih tinggi daripada Konsili Vatikan II itu sendiri.


Pax et Bonum

Friday, September 23, 2011

St. Yohanes Dari Damaskus Mengenai Islam

St. John of Damascus


St. Yohanes Damaskus adalah seorang saksi yang sangat penting atas permulaan [agama] Islam. Dia dilahirkan kepada sebuah keluarga yang berkedudukan di Damaskus (kakeknya merupakan seorang administrator kota ketika para Muslim merebut kota itu) dan dia tumbuh dan bekerja di pengadilan sang kalifah. Dia sangat mengenal Islam (sebuah nama yang pada saat itu belum dipunyai [ie. agama Islam dulu tidak disebut Islam, tidak ada sebutannya]), dan karenanya apa yang dikatakan {St. Yohanes Damaskus) tentang [Islam], dan konteks dimana dia menempatkannya, adalah sesuatu yang sangat penting [dalam bidang] sejarah. [Sebagai misal], [tulisan ini] adalah satu bab tersendiri dalam karyanya di On Heresies [Mengenai Bidaah], bagian dari karyanya yang lebih besar, The Fountain of Knowledge (Mata Air Pengetahuan). Karenanya, selama hidupnya, St. Yohanes [Damaskus] masih tidak memandang Islam sebagai sebuah agama yang terpisah, namun sebagai sebuah bidaah Kristen. In any case, dia menyebut beberapa surat dari Quran menurut nama-namanya, dan dengan sangat menarik, mengacu kepada satu [surat dari Quran] yang tidak ada lagi. St. Yohanes [Damaskus], di karya ini, sebagaimana karakternya, menahan tidak satupun tinjunya (perkataan di USA yang artinya tidak berkasihan).


~+~+~+~+~+~+~+~+~+~+~+~

Dan ada juga yang muncul sampai sekarang sebuah takhyul yang kuat dan menipu-orang dari para Ishmaelites, yang merupakan calon Antikristus. Dan [takhyul] ini lahir dari Ismael, yang lahir dari Hagar bagi Abraham, karena itu merekadipanggil Hagarenes dan Ishmaelites. Dan mereka memangilnya Saracens, yang berasal dari Sa??a? ?e??? (mereka yang kosong dari Sarah), karena apa yang dikatakan oleh Hagar kepada malaikat: "sarah telah mengusirku kosong." Dengan begitu, mereka [ie. Saracens] ini adalah pemuja berhala dan menghormati bintang pagi dan Aphrodite, yang mereka namai Khabar dalam bahasa mereka, yang artinya �agung.� Karenanya, sampai masa Heraclius, mereka hanyalah pemuja berhala. Sejak dari msa itu sampai sekarang datang diantara mereka seorang nabi palsu bernama Mamed, yang, setelah mengerti Perjanjian ama dan Baru, sepertinya, setelah berbincang dengan seorang Rahib Arian, dia [ie. Mamed] menyusunsendiri bidaahnya. Dan atas kesalehan sebagai sebuah pretext, menarik (?) orang-orang, dia melaporkan bahwa sebuah buku dikirimkan kepadanya dari Surga oleh Alah. Karenanya beberapa komposisi yang ditulisnya di sebuah buku, yang layak ditertawakan, yang dia serahkan kepada mereka [ie. Saracens] sebagai obyek untuk dihormati.

Dia [ie. Mamed] berkata bahwa ada satu Alah, Pencipta semua hal, yang tidak dilahirkan atau melahirkan. Dia berkata [bahwa] Kristus adalah Firman Allah dan RohNya, hanya sebuah ciptaan dan hamba, dan bahwa dia [ie. Kristus] dilahirkan tanpa bibit dari Maria saudara dari Musa dan Harun. Dia berkata bahwa Firman Allah dan sang Roh masuk ke dalam Maria dan dia melahirkan Yesus yang adalah seorang nabi dan hamba Allah. Dan bahwa para Yahudi, [yang] bertindak melawan hukum [Taurat], ingin menyalibkan dia [ie. Yesus] dan setelah menangkapnya, mereka menyalibkan bayangannya. Sebab Kristus sendiri, kata mereka, tidak disalib ataupun mati, karena Allah membawa dia kepada diriNya kedalam Surga karena Dia mencintaiNya.
Dan dia mengatakan ini, bahwa ketika Kristus naik ke Surga, Allah menanyainya, berkata, "Oh Yesus, apakah engkau berkata bahwa 'Aku adalah Putra Allah dan Allah?'Dan Yesus, kata mereka, menjawab, "Kasihanilah aku, Oh Tuhan; engkau tahu bahwa aku tidak mengatakan(nya), ataupun aku begitu membanggakan [diri] sebagai hambamu, tapi orang-orang telah berbalik dan menulis bahwa aku mengatakan perkataan ini dan berbohong mengenai aku, dan bertanya-tanya." Dan Allah, kata mereka, menjawabnya, "Aku tahu bahwa engkau tidak mengatakan perkataan ini." Dan banyak lagi perkataan-perkataan mengejutkan di tulisan yang sama, layak ditertawakan, [yang] dia [ie. Mamed] sombongkan telah dikirim Allah baginya.

Tapi kita berkata, "Dan siapa saksi bahwa Allah memberi tulisan kepadanya [ie. Mamed], atau nabi-nabi mana yang menubuatkan bahwa nabi seperti itu [ie. Mamed] akan muncul?" Dan mereka kehilangan kata-kata, karena Musa di Gunung Sinai menerima, dihadapan pandangan semua orang, Hukum Allah yang muncul dalam awan dan api dan kegelapan dan badai. Dan bahwa semua nabi-nabi, dari Musa dan seterusnya, menubuatkan kedatangan Kristus, dan bahwa Kristus adalah Allah, dan Putra Allah, sebagai daging, akan datang, dan akan disalib, dan akan mati, dan akan bangkit kembali, dan dia akan menghakimi yang hidup dan mati. Dan kita berkata, "Kenapa nabimu tidak datang dengan cara seperti ini, dengan orang-orang lain bersaksi mengenai dia, ataupun datang kepadamu sebagaimana Allah memberikan Hukum [Taurat] kepada Musa diatas sebuah gunung berasab dengan semua orang menyaksikan, dan seperti yang kau klaim, memberikan buku ini [ie. Quran], sehingga engkau juga bisa memiliki kepastian?" Mereka menjawab bahwa Allah bertindak seturut kehendakNya. Kita juga tahu ini, kita berkata. Tapi, kita bertanya, bagaimana tulisan itu turun kepada nabimu? Dan mereka menjawab bahwa sementara dia [ie. Mamed] tidur, dan tidak merasakan aktivitas apapun, karena dia [ie. Mamed] terpenuhilah perkataan populer ("Kau memutari aku mimpi-mimpi").

Sekali lagi kami bertanya, "Kenapa, ketika dia memerintahkan kita [ie. umat manusia] di tulisanmu [ie. Quran] untuk tidak melakukan apapun atau menerima apapun tanpa saksi-saksi, tidakkah kamu menanyakan kepadanya 'Pertama-tama engkau tunjukkan melalui saksi-saksi apakah engkau ini adalah seorang nabi, dan bahwa engkau datang dari Allah, dan Kitab Suci mana yang berkesaksian atas engkau?'" Mereka diam, merasa malu. Kepada mereka kita berkata, "[Sikap diam itu punya] alasan yang baik! Karena tidaklah diijinkan bagimu untuk menikahi seorang wanita tanpa saksi-saksi, ataupun untuk membeli, ataupun untuk memiliki barang-barang kepemilikan (?), ataupun kamu mengijinkan dirimu sendiri untuk memiliki seekor keledai atau seekor binatang tanpa disaksikan saksi. Karena kamu memang mempunyai istri-istri, dan barang-berang kepemilikan, dan keledai-keledai, dan semuanya melalui saksi-saksi, dan engkau hanya memiliki sebuah iman [ie. iman Islam] dan sebuah tulisan [ie. Quran] yang tak disaksikan saksi-saksi.. Karena dia yang menyerahkan ini kepadamu tidak memiliki jaminan, ataupun saksi-saksi sebelum dia [berkesaksian atasnya], tapi dia meneriman ini ketika tidur."

Dan mereka [ie. pengikut Mamed] memanggil kita Associators [catatan DeusVult: ini mungkin maksudnya "musryikin" atau "penyekutu"], karena, kata mereka, kita [ie. umat Kristen] memperkenalkan seorang associate [ie. sekutu] pada Allah dengan mengatakan bahwa Kristus adalah Putra Allah dan Allah. Kepada mereka kita berkata bahwa inilah apa yang disampaikan oleh Nabi-Nabi dan Kitab Suci. Dan kamu, dengan ngotot, menerima Nabi-Nabi tersebut. Karenanya, bila kita salah dalam mengatakan bahwa Kristus adalah Putra Allah, [maka] mereka yang mengajarkan dan menyampaikan pada kita, juga salah. Dan beberapa dari mereka [ie. pengikut Mamed] juga berkata bahwa kita meng-allegori-kan [tulisan] para Nabi, memasukkan [perkataan-perkataan] kepada mereka [ie. para Nabi]. Beberapa berkata bahwa orang Ibrani, membenci (kita [ie. orang Kristen]), [dan karenanya] menipu kita, dengan menulis [sesuatu yang tidak berasal dari Nabi-Nabi, sebagai sesuatu yang] berasal dari Nabi-Nabi, sehingga kita [ie. umat Kristen] menjadi hancur.

Dan sekali lagi kita berkata kepada mereka, "Kamu berkata bahwa Kristus adalah Firman Allah dan Roh. Kalau begitu bagaimana [mungkin] kamu menegur kami sebagai 'Associators' [ie. 'penyekutu']? Karena Firman dan Roh masing-masing tidak terpisahkan dari Dia [dan] didalamNya mereka [ie. Firman dan Roh] dilahirkan. Karenanya, kalau di dalam Allah adalah FirmanNya, adalah jelas bahwa dia juga adalah Alah. Tapi kalau dia berada diluar Allah, seperti menurut kamu, [berarti] Allah irasional (a?????) dan tak berkehidupan (ap????). Karenanya, untuk menghindari asosiasi [ie. penyekutuan] dengan Allah, kamu telah memotongNya. Tapi akan lebih baik bagimu untuk mengatakan bahwa Dia punya sekutu daripada memotongNya, dan mewakilkan Dia seperti sebuah batu, atau kayu, atau benda-benda tak bernyawa lain. Maka, memang, [dengan] menuduh kita [ie. umat Kristen] denmgan keliru, kamu memanggil kami 'Associators' [ie. 'penyekutu']. Tapi kami memanggilmu 'mutilator Allah.'"

Mereka juga menuduh kita sebagai penyembah berhala karena menghormati Salib, yang mereka jijiki. Dan kita berkata kepada mereka, "Kenapa, memangnya, kamu menggosokkan dirimu pada sebuah batu di Khabatan-mu, dan suka mencium batu?" Dan beberapa dari mereka berkata bahwa Abraham mempunyai hubungan [suami-istri] dengan Hagar diatasnya, dan yang lain [mengatakan] bahwa dia [ie. Abraham] mengikat unta disekelilingnya ketika [Abraham] hendak mengorbankan Ishak. Dan kami menjawab kepada mereka, "Kitab Suci berkata bahwa ada sebuah gunung seperti sekumpulan pohon, dan kayu-kayu yang dari situ Abraham memotongnya untuk korban bakaran yang nantinya dia letakkan [dengan] Ishak, dan dia meninggalkan keledainya dengan hamba-hamba[nya]. Karenanya, dari sumber mana perkataanmu yang bodoh [itu]? Karena tidak ada kayu hutan yang ada di tempat itu [ie. Khabatan], atau perjalanan dengan keledai-keledai [catatan DeusVult: mungkin maksudnya didaerah Khabatan tidak bisa dijangkau dengan keledai]." Mereka memang malu [atas argumen tersebut]. Namun, mereka berkata bahwa batu itu berasal dari Abraham. Lalu kami [ie. umat Kristen] berkata, "Kalau [batu itu] berasal dari Abraham, seperti yang dengan bodoh kamu katakan, lalu apakah kamu tidak malu, mencium benda ini hanya karena Abraham berhubungan [suami-istri] dengan seorang wanita diatasnya, atau [hanya karena] dia mengikat seekor unta? Tapi kamu menegur kami [ie. umat Kristen] karena kami menunjukkan penghormatan kepada salib Kristus yang melaluinya kekuatan iblis dan tipuan sang Pendakwa [ie. Setan] dihancurkan?" Dan benda ini yang mereka katakan adalah sebuah batu adalah Aphrodite yang mereka hormati, yang juga mereka sebut Khabar, diamana diatasnya bahkan sampai sekarang bayangan sebuah ukiran masih muncul bagi pemerhati yang teliti [catatan DeusVult: mungkin maksudnya tulisan "Aphrodite" atau yang berkenaan dengannya masih ada secara samar di Khabar].

Seperti yang kita telah katakan, Mamed ini menulis banyak perkataan-perkataan bodoh, an dia memberikan masing-masing [tulisan itu] sebuah judul, seperti tulisan "Sang Wanita [ie. Al-Neesa, surat keempat di Quran]," dimana dia dengan gamblang meng-undang-undangkan (bagi laki-laki) untuk mengambil empat istri dan seribu selir jika dia mampu, sebanyak apapun [si laki-laki] ingin miliki, diluar empat istri tersebut. Dan dia [ie. Mamed] men-sah-kan peerceraian yang manapun yang dia [ie. Mamed] inginkan, atau kalau dia [ie. Mamed] ingin, juga mengambil [istri] orang lain, atas alasan [sebagai berikut]: Mamed mempunyai seorang sahabat bernama Ze�d. [Sahabat] ini mempunyai seorang istri yang cantik, yang dicintai Mamed. Karenanya, ketika mereka duduk bersama [ie. Mamed dan Ze�d], Mamed berkata, "Oh, sambil lalu, Allah memerintahkanku untuk mengambil istrimu." Atau, supaya kita bisa menceritakannya dari awal-awalnya, dia [Mamed] berkata kepadanya [ie. Ze�d], "Allah telah memerintahkan kepadaku, bagi engkau untuk menceraikan istrimu" Dan dia [ie. Ze�d] bercerai. Dan setelah beberapa hari, dia [ie. Mamed] berkata, "Tapi Allah telah memerintahkanku bahwa aku juga mengambilnya [ie. istri Ze�d]." Lalu dia mengambil(nya) dan melakukan perzinahan dengannya (dan) membuat hukum ini: "Dia yang berkehendak boleh menceraikan istrinya, tapi jika setelah perceraian, dia [ie. si suami] ingin kembali kepadanya [ie. si istri], orang lain harus menikahinya [si istri]; karena tidaklah diijinkan untuk mengambil[nya kembali] kalau dia belum dinikahkan dengan orang lain. Dan bahkan jika seorang saudara mencerai [istrinya], biarlah saudaranya menikahi [istri yang dicerai saudaranya tersebut], kalau dia berkehendak." Dan didalam tulisan yang sama, dia menyampaikan pesan ini: "Garaplah tanah yang telah diberikan Allah kepadamu, dan perindah [tanah itu]" dan [Mamed juga mengatakan untuk] lakukan ini, dan dengan cara ini�supaya aku [ie. penulis, St. Yohanes Damaskus] tidak mengatakan semua hal-hal yang kotor yang dilakukannya.

Kemudian lagi, ada tulisan Unta Allah [Camel of God], yang tentangnya dia [ie. Mamed] berkata bahwa dulu ada seekor Unta dari Allah, dan dia ["she," betina] meminum satu sungai utuh, dan dia [ie. Unta betina itu] tidak dapat lewat diantara dua gunung yang mana dia tidak cukup [untuk melewatinya]. Karenanya, dia [ie. Mamed] berkata, sekumpulan orang dulu berada dalam posisi seperti itu, dan memang pada suatu hari mereka akan meminum air dan Unta itu berikutnya. Dan sementara meminum air, dia [ie. si Unta betina] memelihara (?) orang-orang itu dengan menyediakan susu, bukannya air. Karenanya orang-orang itu, karena [mereka] fasik, bangkit, kata dia [ie. Mamed], dan membunuh Unta itu. Tapi ada Unta kecil yang merupakan keturunannya [ie. si Unta betina] yang, kata dia [ie. Mamed], ketika induknya dibereskan [ie. dibunuh], berteriak kepada Allah, dan Dia mengambilnya [ie. si Unta kecil]. Kepada mereka [ie. pengikut Mamed] kita berkata, "Darimana Unta [betina] itu?" Dan mereka berkata bahwa Unta [betina] itu berasal dari Allah. Dan kita berkata, "Apakah ada yang lain yang menggauli Unta [betina] ini?" Dan mereka berkata, "Tidak." Kita berkata, "Karenanya, bagaimana dia [ie. si Unta betina] melahirkan? Karena kami lihat Untamu tanpa bapak, tanpa ibu, tanpa ada garis keturunan. Dan setelah melahirkan, dia [ie. si Unta betina] menderita [perlakuan] jahat. Tapi tidak ada si peng-gaul [ie. yang meng-gauli si Unta betina itu] muncul, dan si Unta kecil diambil keatas [oleh Allah]. Karenanya, kenapa nabimu, kepada siapa Allah berbicara, sesuai perkataanmu, tidak mencari tahu mengenai Unta itu: dimana dia [si Unta kecil yang jenis kelaminnya ternyata betina] merumput, dan apakah ada yang meminum susu (?) dengan memerah dari dia ini? Atau tidakkah dia pada satu waktu, seperti induknya yang menemui orang fasik, dihancurkan? Ataukah dia masuk ke Firdaus, sebagai pendahulu-mu, [dan] dari [susu] dialah, sungaimu [yang] kamu katakan dengan bodoh itu [menjadi berisikan] susu? Karena kamu mengatakan tiga sungai mengalir bagimu di Firdaus: berisi air, anggur dan susu. Kalau Unta pendahulumu berada diluar Firdaus, jelaslah bahwa dia telah kering karena kelaparan dan kehausan, atau karena yang lain menikmati susunya. Dan nabimu menyombongkan dengan bodoh telah berbicara kepada Allah, karena misteri Unta tidak diwahyukan kepadanya. Dan kalau dia [si Unta betina kecil] di Firdaus, dia lagi-lagi meminum air, dan [Firdaus akan] tanpa air, kamu akan mengering di tengah suka cita Firdaus. Tapi kalau kamu menginginkan anggur dari sungai [anggur] yang mengalir, karena tidak ada air yang mengalir, karena si Unta meminum habis semuanya, engkau akan terbakar (?) meminum anggur yang tidak dicampur [catatan DeusVult: adat jaman dahulu adalah mencampur anggur dengan air supaya tidak terlalu keras], dan pingsan (?) dalam kemabukan, dan tertidur. Dan juga, karena kepala menjadi berat setelah tertidur, dan karena menderita pusing kepala karena anggur, engkau akan melupakan kenikmatan Firdaus. Karenanya, kenapa nabimu tidak berpikir mengenai hal-hal ini yang mungkin terjadi di Firdaus-sukacita-mu? [Mengapa nabimu juga tidak] mempertimbangkan mengenai si Unta, dimana sekarang dia hidup. Tapi tidak satupun kamu tanyakan kepadanya [ie. Mamed], sebagaimana sang pencerita-mimpi [ie. si Mamed] menceritakan kepadamu mengenai tiga sungai. Tapi kami mengatakan kepadamu dengan pasti, untamu yang bagus itu telah berlari mendahuluimu kedalam jiwa-jiwa keledai-keledai, dimana kamu akan sesegeranya hidup seperti binatang-binatang. Dan di tempat itu adalah kegelapan luar, dan hukuman tak berkesudahan, api yang berkobar-kobar, cacing-cacing yang tak tidur dan iblis-iblis Tartarus.

Mamed berbicara lagi (di) tulisan Sang Meja [ie. Al-Maedah, surat kelima di Quran]. Dan dia berkata bahwa Kristus meminta pada Allah sebuah meja, dan Dia memberikannya kepadanya. Karena Allah, katanya [ie. Mamed], berkata kepadanya [ie. Kristus] bahwa "Aku telah memberimu dan kepadamu sebuah meja yang tak-terusakkan." [catatan DeusVult: bandingkan Quran surat 5:114-115]

Kemudian lagi, tulisan Sang Sapi [ie. Al-Baqarrah atau disebut juga Al-Tauwbat, surat kedua di Quran], dan beberapa perkataan bodoh lainnya yang layak ditertawai, aku pikir aku harus melewatkannya karena jumlah tulisan-tulisan itu yang banyak. Dia [ie. Mamed] meng-undang-undangkan bahwa mereka [ie. pengikut Mamed] untuk disunat, termasuk para wanita, dan juga memerintahkan untuk tidak mentaati [hari] Sabat, atau dibaptis, dan [tidak] memakan beberapa [makanan] yang dilarang dalam Hukum [Taurat], dan [juga] untuk menghindari (beberapa) [makanan] yang [sebenarnya] diijinkan [Hukum Taurat]. Dan dia secara total melarang minum anggur.

sumber: ekaristi.org

GEREJA KATOLIK ADALAH IBUKU YANG KEKAL

Ikon Gereja sebagai Ibu

KASIH IBU SEPANJANG MASA HIDUPKU DAN HIDUPNYA, TAPI KASIH GEREJAKU KEKAL ABADI SELAMANYA. Ibuku melahirkan tubuhku, tapi Gerejaku melahirkan jiwaku untuk mengenal Tuhan dari ibuku. Ibuku membesarkan tubuhku, tapi Gerejaku membesarkan jiwaku; Ibuku memakaikan pakaian pada tubuhku tapi Gerejaku memakaikan perlengkapan pada jiwaku; Semua cinta ibuku akan berakhir tapi cinta Gerejaku akan membawaku ke tempat di mana Kepala Gereja itu berada. Karena itu, benarlah bahwa tubuh tanpa kepala adalah mati. Mengapa? Karena Tubuh tidak dapat dipisahkan dari Kepala. Kristus sebagai Kepala Gereja tak dapat dipisahkan dari Gereja yang adalah Tubuh-Nya sendiri. Anda boleh menafsirkan dengan caramu tentang arti gereja bagimu, tapi bagiku, Gereja, yang adalah Tubuh Kristus adalah "GEREJA KATOLIK."


Kita tidak dapat membatasi karya Roh Kudus. Ini sebuah kebenaran, dan tidak ada seorangpun yang bisa menyangkalnya. Atas alasan ini pun setiap orang boleh mengatakan apa saja tentang kebenaran iman dan gerejanya. Tapi bagiku inilah yang kuimani dan kumiliki; 

"Kita tidak dapat melihat Bait Allah yang adalah Tubuh Kristus sendiri di dunia ini. Dimana Yesus sedang mengundang kita untuk melihat Tubuh-Nya? Dia sedang mengundang kita untuk datang ke Gereja-Nya, menikmati sakramen-sakramen yang diadakan-Nya di dalam Gereja sebagai rahmat pemberian-Nya. Kita memang tidak dapat melihat lagi Tubuh manusiawi-Nya, Tubuh  yang lahir dari rahim Bunda Maria dan terpaku di salib, tetapi Tubuh-Nya, Gereja-Nya, tetapi ada sepanjang masa. Teringatlah aku akan sabda-Nya; "...dan alam maut tidak akan menguasainya (Mat.16;18), dan sungguh, sabda ini benar adanya, karena sesungguhnya perpisahan kepala dari tubuh adalah kematian. Gereja tetap hidup sepanjang masa menjadi bukti jelas bahwa Kristus sebagai Kepala tidak pernah berpisah dengan Gereja sebagai Tubuh-Nya, karena bila Kristus meninggalkan Gereja sebagai Tubuh-Nya, maka itu berarti kematian untuk Gereja sebagai tubuh.

Karena itu, bersyukurlah bahwa Anda terpilih dari sekian banyak orang di dunia ini untuk mengenal dan tinggal di dalam Gereja yang didirikan oleh Yesus sendiri. Bagaimana dengan gereja/agama lain...silakan bertanya kepada mereka karena aku tidak tahu.....Aku lebih suka berbicara tentang iman dan Gerejaku daripada iman dan keyakinan saudara lain yang aku sendiri tidak tahu.....Maaf atas ketidaktahuanku.  

Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,

***Duc in Altum***

Yesus Turun Ke Tempat Penantian


1. Fakta. Yesus menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya. Harga tebusan sudah dibayar dan kehidupan duniawi-Nya sudah berlalu. Sekarang Ia melewati ambang pintu kematian dan masuk ke dalam suatu fase baru penuh rahasia. Apakah yang terjadi pada saat itu? Apabila seorang manusia meninggal maka badan yang tidak berjiwa itu tertinggal. Kebenaran itu berlaku juga bagi Kristus. Orang menguburkan badan itu. Tetapi di manakah jiwa-Nya? Ia sudah menyerahkan jiwa ke dalam tangan Bapa-Nya. Ia menerima apa saja sesuai dengan kehendak Bapa. Jiwa itu turun ke Tempat Penantian. Situasi apakah yang dimaksudkan dengan perkataan �Tempat Penantian� itu? Dalam Perjanjian Lama perkataan itu pada umumnya menunjukkan suatu tempat di mana jiwa orang mati tinggal: yang saleh dan yang berdosa. Lama-kelamaan orang mengadakan pembedaan: yang berdosa dihukum di tempat itu dan yang saleh mengenyam kebahagiaan. Mereka ini berada di dalam tangan Tuhan, mereka berada dalam ketenteraman, mereka berharap akan kebebasan, kebangkitan  dan kebakaan. Dalam kelompok inilah jiwa Kristus menggabungkan diri.


Tempat Penantian ini bukanlah neraka jahanam, tetapi juga diberi nama ruang depan neraka. Tempat ini bukan juga tempat kebahagiaan sempurna, tetapi suatu tempat pengharapan akan kebahagiaan kekal yang akan datang. Sebelum Kristus masuk ke dalam kebahagiaan kekal, tidak ada seorang yang dapat masuk ke dalam surga.
Khotbah Petrus pada pagi hari Pentakosta berisikan kejadian ini.
Allah telah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu. Sebab Daud berkata tentang Dia: �Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak sorai, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram, sebab engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati dan tidak membiarkan orang kudus-Mu melihat kebinasaan......� Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan bahwa Dia tidak ditinggalkan dalam dunia orang mati dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan. (Kis 2:24-27,31)
Perkataan Kristus yang ditujukan kepada kaum farisi dan ahli taurat menjadi makin terang bagi kita ketika Ia berbicara tentang nabi Yunus. Seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam (Mat 12:40). Badan-Nya sudah dikubur di dalam bumi; jiwanya sudah turun ke tempat penantian.

2. Keadaan Kristus selama beberapa hari antara kematian dan kebangkitan merupakan rahasia besar. Di ruang depan neraka, Kristus mengalami suasana tenang tenteram; Ia hidup dalam pandangan Bapa; sakit dan duka tidak mengganggu-Nya lagi. Ia hanya merindukan kedatangan saat di mana karena kekuasaan ilahi, Ia dapat bersatu lagi dengan badan lalu bangkit dari antara orang mati dengan kodrat yang dimuliakan.

3. Arti daripada turunnya Kristus ke Tempat Penantian. Setiap perbuatan Kristus selalu berkaitan dengan keselamatan dan kebahagiaan kita. Demikian juga di sini. Walaupun ada persamaan di antara Kristus dan manusia lain, namun selalu ada suatu perbedaan besar. Jiwa Kristus datang dan tinggal di sana bukan seperti jiwa-jiwa lain. Di dalam roh itu juga, Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, yaitu kepada roh-roh yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah (1 Petr 3:19-20). Kehadiran Kristus di tempat itu merupakan penyampaian kebahagiaan bagi jiwa yang saleh. Ia menyampaikan hasil pengorbanan-Nya kepada mereka. Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan: Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia. Bukankah �Ia telah naik� berarti bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah? (Ef 4:8-9)

Oleh Pater H. Embruiru, SVD dalam �Aku Percaya� Art. 5 No. 1

Recent Post