Latest News

Thursday, August 30, 2012

Paus Benediktus XVI: Kita Mengerti Karena Kita Telah Percaya



Pada hari Minggu (26 Agustus 2012), Paus Benediktus berdoa Angelus bersama dengan umat beriman yang berkumpul di kediaman musim panas Paus di Kastil Gandolfo. Sebelum mendaraskan doa Marian, Bapa Suci berefleksi mengenai bacaan hari itu. Injil hari itu berhungan dengan cerita mengenai reaksi murid-murid Kristus terhadap pembicaraan Yesus mengenai Roti Hidup. Banyak murid-murid meninggalkan Yesus. Paus berkata hal ini karena wahyu Kristus bahwa Ia adalah �Roti Hidup yang turun dari surga� tidak dapat diterima oleh mereka. Mereka memahami kata-kata Yesus dalam sense materi (sense seperti Kanibalisme, red), ketika dalam realitas kata-kata tersebut adalah wahyu mengenai Misteri Paskah Yesus. Para Rasul, bagaimanapun juga, tetap bersama dengan Tuhan. Paus Benediktus, mengutip St. Agustinus, berkata bahwa Para Rasul memahami bahwa Yesus memiliki perkataan hidup yang kekal karena mereka telah lebih dulu percaya.


Salah seorang dari mereka tetap bersama Yesus, walaupun tidak percaya. Yudas, mengharapkan Mesias duniawi, merasa dikhianati oleh Yesus dan memutuskan untuk mengkhianati Yesus pula. Masalah Yudas, kata Paus Benediktus, adalah bahwa Yudas tidak percaya Yesus tetapi meskipun demikian Yudas tetap bersama dengan Yesus. �Masalahnya adalah Yudas tidak pergi dan kesalahannya yang paling serius adalah kebohongan (dusta) yang merupakan tanda Iblis.� Menutup itu, Paus Benediktus XVI berdoa semoga Maria �menolong kita untuk percaya pada Yesus, seperti yang St. Petrus lakukan, dan untuk tetap selalu tulus hati kepada Dia dan semua orang.�

Teks Penuh dari Pesan Angelus Paus Benediktus XVI dapat dibaca di bawah ini:

Saudara-saudari terkasih!
Dalam beberapa minggu yang lalu, kita telah merenungkan mengenai ceramah �Roti Hidup�yang Yesus ucapkan di Sinagoga di Kapernaum setelah memberikan makan ribuan orang dengan 5 roti dan 2 ikan. Hari ini, Injil menampilkan  reaksi para murid terhadap ceramah tersebut, sebuah reaksi yang Kristus sendiri pancing dengan sadar. Pertama-tama, Yohanes Penginjil � yang hadir bersama dengan Para Rasul lainnya � melaporkan bahwa �mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.� (Yoh 6:66). Mengapa? Karena mereka tidak percaya akan kata-kata Yesus ketika Ia berkata: �Akulah Roti Hidup yang turun dari Surga. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal� (bdk Yoh 6:51,54). Wahyu ini, seperti yang sudah saya katakan, tetap tidak dapat dimengerti oleh mereka karena mereka memahaminya dalam sense materi, sementara di dalam kata-kata ini dinubuatkan Misteri Paska Kristus di mana Ia akan memberikan Diri-Nya sendiri bagi keselamatan dunia: kehadiran baru dalam Ekaristi Kudus.

Melihat bahwa banyak murid-Nya pergi, Yesus bertanya kepada Para Rasul: �Apakah kamu tidak mau pergi juga?� (Yoh 6:67). Seperti di perkara-perkara lain, adalah Petrus yang menjawab mewakili Kedua Belas [Rasul]: Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.� (Yoh 6:68-69). Mengenai perikop ini kita memiliki komentar yang indah dari St. Agustinus, yang berkata dalam salah satu homilinya mengenai Yohanes 6: �Apakah kamu melihat bagaimana Petrus, oleh karena rahmat Allah, [dan] oleh karena inspirasi Roh Kudus telah mengerti? Mengapa Petrus mengerti? Karena dia percaya. Engkau memiliki perkataan hidup yang kekal. Engkau memberikan kamu kehidupan kekal dengan menawarkan tubuh-Mu dan darah-Mu, sungguh diri-Mu sendiri. Dan kami telah percaya dan mengerti. Ia (Yesus) tidak berkata bahwa kita telah mengerti baru kemudian kita percaya, tetapi kita percaya [lebih dulu] dan kemudian kita mengerti. Kita telah percaya supaya kita dapat mengerti; bila, dalam faktanya, kita ingin mengerti [lebih dulu] sebelum mempercayai, kita tidak dapat baik mengerti maupun mempercayai. Apa yang telah kita percaya dan apa yang kita telah mengerti? Bahwa Engkau adalah Kristus, Anak Allah, bahwa Engkau adalah sungguh hidup yang kekal dan bahwa Engkau memberikan hanya diri-Mu dalam daging dan darah-Mu.�

Akhirnya, Yesus mengetahui bahwa bahkan di antara Kedua Belas Rasul, ada seorang yang tidak percaya: Yudas. Yudas dapat pergi seperti para murid lain lakukan; tentu ia akan pergi bila ia jujur. Tetapi ia tetap bersama dengan Yesus. Ia tidak tetap tinggal karena iman atau karena cinta kasih tetapi dengan intensi rahasia untuk membalas Guru-nya. Mengapa? Karena Yudas merasa dikhianati Yesus dan memutuskan bahwa adalah giliran dia mengkhianati-Nya. Yudas adalah seorang kaum Zelot dan menghendaki Mesias yang jaya, yang akan memimpin sebuah pemberontakan melawan orang-orang Romawi. Yesus telah mengecewakan harapan-harapan tersebut. Masalahnya adalah bahwa Yudas tidak pergi dan kesalahannya yang paling serius adalah dusta, yang merupakan tanda dari Iblis. Inilah mengapa Yesus berkata kepada Kedua Belas Rasul: Seorang di antaramu adalah Iblis� (Yoh 6:70). Kita berdoa kepada Perawan Maria, untuk membantu kita percaya kepada Yesus, seperti yang St. Petrus lakukan dan untuk selalu tulus hati kepada Dia dan semua orang.


Diterjemahkan dari news.va oleh Indonesian Papist

Pax et Bonum

Monday, August 27, 2012

Tentang Blog Ini

Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.

Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.
Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.



Blog Katolik bernama Indonesian-Papist ini dibuat pada tanggal 11 Juli 2010 pada Peringatan Wajib St. Benediktus dari Nursia. Nama Indonesian-Papist ini memiliki arti orang Indonesia yang setia terhadap Paus, Uskup Roma. Nama ini dipilih karena dapat mewakili prinsip �100% Katolik dan 100% Indonesia�. Karya blog ini dipercayakan kepada perlindungan Santo Petrus dan Santo Paulus, dua orang Rasul utama Gereja Katolik.

Blog ini pada mulanya dibuat untuk menyimpan catatan-catatan facebook milik saya supaya tidak hilang seandainya akun facebook saya diblok oleh Facebook. Namun, seiring waktu, saya berencana untuk mengembangkan blog ini lebih luas lagi sehingga dapat membantu umat Katolik untuk semakin mencintai Kristus dan Gereja Katolik. Arus ajaran keliru seperti indifferentisme (menganggap semua agama sama-sama menyelamatkan) dan relativisme iman (kebenaran iman itu relatif bukan absolut) yang semakin kuat di dalam kehidupan banyak umat Katolik semakin memotivasi saya untuk terus mendorong kecintaan umat Katolik terhadap Gereja Katolik.

Materi-materi yang dapat pembaca temukan di blog ini secara garis besar mengenai Gereja Katolik yang adalah Gereja yang didirikan Kristus sendiri di atas St. Petrus (Mat 16:18). Sebagian artikel di blog ini adalah tulisan pribadi saya, sebagian artikel lain adalah tulisan dari pihak lain yang diterbitkan ulang, dan sebagian lagi adalah terjemahan dari artikel-artikel lain. Saya juga menyertakan link dari situs-situs Katolik, baik dalam maupun luar Indonesia, yang memiliki kredibilitas yang tinggi dan sering dijadikan sebagai sumber atausource oleh banyak umat Katolik.

Akhir kata, selamat menikmati blog sederhana ini dan semoga bermanfaat bagi para pembaca semua. Salam damai dari seorang manusia yang diikat oleh Sang Jalan dan Kebenaran dan Hidup di dalam Tiang Penopang dan Dasar Kebenaran yang IA sendiri dirikan di atas Sang Batu Karang.

Tentang Pemilik Blog

Saya, Robby Kristian Sitohang, adalah seorang Katolik berusia 21 tahun dari Paroki St. Agustinus Sungai Raya, Keuskupan Agung Pontianak. Saya baru saja menamatkan kuliah saya Juli 2013. Di Bandung, saya menjadi umat Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria di Buah Batu. Saya dibaptis pada tanggal 14 April 1994 dengan nama Kristian oleh Pater Bart Janssen, OFM. Cap. di Paroki St. Agustinus Sungai Raya dan saya dikrismakan oleh Uskup Hieronimus Bumbun, OFM. Cap. pada tanggal 11 Februari 2009 dengan nama Servasius di Paroki St. Sesilia Pontianak.

Aktivitas rohani di dunia nyata saya adalah menjadi anggota Legio Mariae (Update: Saya tidak aktif di Legio Maria lagi karena kesibukan kuliah yang makin padat) dan Ordo Fransiskan Sekuler (Fransiskan Awam) di Keuskupan Bandung.  Tahun 2011 lalu hingga sekarang, saya menjadi sukarelawan pengajar agama Katolik untuk kelas 2 SMP bagi siswa-siswi Katolik yang bersekolah di sekolah negeri atau sekolah non-Katolik. (Update: Saya tidak mengajar agama lagi, tapi tergabung di seksi pewartaan Paroki Buah Batu, Bandung, sebagai pembantu pengajar katekumen). Sedangkan di dunia maya, saya diberi kepercayaan untuk menjadi administrator sejumlah facebook page Katolik seperti page Gereja Katolik, Iman Katolik dan Katolik Menjawab. Saya juga menjadi anggota redaksi sebuah buletin Katolik bulanan, Buletin Lentera Iman, milik Komsos Keuskupan Agung Makassar. 

Saya terjun dalam dunia apologetika (pertanggungjawaban iman) dan katekese dunia maya sejak September 2009. Kala itu saya diundang ke sebuah grup diskusi Kristen-Islam di facebook oleh teman saya. Seiring berjalannya waktu, saya melihat sebuah kebutuhan yang mendesak untuk lebih menguatkan iman saudara-saudari Katolik saya ketimbang berapologetika kontra agama atau gereja lain. Sampai saat ini saya memang masih melanjutkan kegiatan apologetik saya terutama untuk mengevangelisasi saudara-saudari Protestan supaya bersedia bersatu kembali dalam Gereja Katolik, tetapi sebagian besar aktivitas saya di dunia maya ini saya curahkan untuk mendukung usaha Gereja Katolik meneguhkan dan menguatkan umat-umat Katolik di Indonesia ini. 

Saya menjalankan blog ini secara swadaya saya sendiri dengan menyisihkan waktu, tenaga serta uang bulanan kiriman orang tua saya. Sekadar info, orang tua saya sendiri belum tahu bahwa saya menjalankan aktivitas apologetika dan katekese dunia maya. Tapi biarlah mereka untuk saat ini belum mengetahui akan hal ini. ^_^ 

Setiap hari saya mengusahakan waktu membaca satu hingga dua artikel tentang apologetika dan katekese serta bila ada waktu luang yang banyak, saya mencoba menulis artikel dan mempublikasikannya di blog ini dan di fanpage Katolik tempat saya berkarya. Ada sebuah kepuasan batin tersendiri yang bisa saya rasakan ketika saya, oleh karena rahmat Allah, dapat menguatkan iman saudara-saudari Katolik saya. Tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa saya ini manusia yang lemah dan bisa patah semangat juga. Oleh karena itu, saya mohon supaya saudara-saudari sekalian bersedia mendoakan saya kepada Allah, Tuhan kita.

Pax et bonum sit semper vobiscum . Semoga damai dan segala yang baik selalu bersama kalian.
Sang Jalan, Kebenaran dan Hidup telah mengikatku di dalam Tiang Penopang  dan Dasar kebenaran yang IA sendiri dirikan di atas Sang Batu Karang. by Indonesian Papist

Saturday, August 25, 2012

Homili Minggu Biasa Ke-21 (26 Agustus 2012) oleh Pater Phil Bloom


Yesus Memberikan Komuni Kudus di Lidah Para Rasul - Luca Signorelli (1512)
Yesus menawarkan keselamatan baik material maupun spiritual. Ia mengundang kita kepada perjamuan-Nya � Perjamuan Anak Domba. Seperti yang akan kita lihat, perjamuan ini memiliki dimensi fisik dan spiritual.

Kita telah mempelajari Yohanes, Pasal 6 � Yesus Sang Roti Kehidupan. Lebih jauh kita telah melihat: 1) bahwa Yesus sendiri Roti yang dapat memuaskan rasa lapar kita, 2) bahwa Yesus adalah �Roti yang turun dari Surga� untuk penebusan � sehingga kita dapat memasuki hubungan dengan Bapa dan 3) bahwa menerima Yesus dalam Kurban Kudus Ekaristi adalah perlu untuk kehidupan kekal. �... jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.� (Yoh 6:53)


Terdapat pengajaran-pengajaran yang sangat keras, bahkan mengejutkan, seperti yang Yesus tunjukkan kali ini. Kita dapat memahami mengapa banyak orang mengundurkan diri dari Dia. Perhatikan bahwa Kristus tidak berkata, �Kembalilah. Saya hanya bermaksud simbolis saja.� Tidak, Kristus justru bertanya kepada para rasul-Nya, �Apakah kamu tidak mau pergi juga?�

Itulah pertanyaan yang Yesus berikan di hadapan kita sekarang: Apakah kita siap untuk menerima Yesus � tidak hanya secara spiritual tetapi juga secara fisikal?

Selama berabad-abad, orang-orang menghendaki untuk menspiritualisasikan Yesus � untuk membuang jauh-jauh aspek fisik-Nya. St. Yohanes mengingatkan kita mengenai mereka: �Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia.� (2 Yoh 1:7 ; bdk 1 Yoh 4:1-6). Kita dapat melihat bahwa hal ini terlalu menspiritualkan Yesus terutama dalam Gnostisisme � ajaran sesat kuno yang masih berlangsung sampai sekarang. Gnostik berpikir bahwa mereka memilik sebuah pengetahuan rahasia (dalam bhs Yunani �gnosis�) yang membuat mereka lebih tinggi dibanding sesamanya. Mereka tidak memerlukan pembaptisan. Mereka tidak memerlukan Ekaristi. Mereka memiliki sebuah rahasia, pengetahuan superior. Gnostik berpikir bahwa pengetahuan itu � pencerahan itu, adalah semua yang ia butuhkan.

Umat Kristiani selalu menolak pendekatan spiritual berlebihan ini. Bagi kita, keselamatan membutuhkan baik spirit maupun materi. Di sinilah bagaimana C.S. Lewis mengekspresikan hal itu: �Ada tiga hal yang mewartakan kehidupan Kristus kepada kita: pembaptisan, keyakinan dan tindakan-tindakan misteri yang umat Kristiani sebut dengan nama-nama yang berbeda � Komuni Kudus, Misa Kudus, Perjamuan Anak Domba.� Keyakinan adalah spiritual tetapi Pembaptisan dan Komuni adalah peristiwa fisik � sakramen-sakramen (tanda kehadiran Allah yang kelihatan). Kita membutuhkan materi (hal-hal fisik) untuk keselamatan. Seperti yang Lewis tunjukkan, �Allah menyukai materi. Ia menemukannya.�

Untuk menerima realitas Kristus secara fisik dan materi berarti bahwa keselamatan memerlukan kerendahan hati. Saya tidak memiliki pengetahuan yang superior. Saya diselamatkan sama seperti orang-orang biasa � dengan dibersihkan dalam pembaptisan dan dengan makan Roti dan Anggur. Tindakan-tindakan ini adalah tindakan rendah hati seseorang, tetapi dalam kata-kata himne yang indah, �Ini adalah karunia untuk menjadi sederhana, ini adalah karunia untuk menjadi bebas, ini adalah karunia yang turun di mana kita seharusnya berada.�

Menerima material-material berarti bahwa keselamatan melibatkan sesuatu sebagai tambahan terhadap kerendahan hati. Keselamatan membutuhkan disiplin. Menerima sakramen-sakramen membuat kita menjadi bagian dari komunitas manusia. Hal itu memerlukan disiplin dan kerja keras. Tanyakan saja pada pasangan-pasangan yang sudah menikah.

Dalam bacaan kedua, St. Paulus berbicara mengenai komunitas perkawinan. Dia memberitahu istri untuk mempraktikan kerendahan hati. Sekali waktu seorang ibu memberitahu saya, �Bapa, Saya mencoba untuk menjadi istri yang rendah hati, tapi masalahnya adalah saya selalu benar dan suami saya selalu salah.� Saya tahu itu, tapi bagaimanapun juga tetaplah mempraktikkan kerendahan hati. Dan St. Paulus memberitahu suami untuk mencintai istrinya seperti Kristus mencintai Gereja. Kristus mencintai mempelai-Nya, yaitu Gereja, dengan memberikan hidup-Nya bagi Gereja sampai pada titik darah penghabisan. Dan Darah-Nya membawakan pengampunan dan membuat kita mampu memaafkan satu sama lain.

Adalah mudah untuk melihat mengapa orang-orang lebih mementingkan sebuah pendekatan spiritual secara murni [dan mengabaikan fisik]. Pendekatan seperti ini menghindarkan mereka dari berbagai pekerjaan rumit untuk membentuk sebuah komunitas.

Untuk menerima Yesus secara fisik � untuk memakan daging-Nya dan meminum darah-Nya dalam kehadiran Misa setiap minggu atau setiap hari � memerlukan usaha (kerja keras), sebuah upaya yang membutuhkan infusi (pemasukan) rahmat. Tetapi, saya memohon kepada anda, saudara-saudari, janganlah menyerah. Usaha ini akan membawakan sebuah hadiah, sebuah reward yang berada di luar bayangan kita.

Ketika saya menyampaikan seri homili ini, saya berbicara kepada anda mengenai bagaimana kita semua menginginkan surga dan bagaimana iblis mencoba untuk mengecoh kita dengan menawarkan surga duniawi kepada kita � sebagai contoh melalui obat-obatan, alkohol, hal-hal porno, perjudian dan lain-lain. Iblis tidak ingin membawakan kita kebahagiaan, melainkan kesengsaraan.

Yesus di sisi lain memanggil kita untuk rendah hati dan bekerja keras, tetapi ia memberikan kita damai yang membuat kita bertahan. Dan Ia menawarkan kita sekarang mencicipi surga [dalam Misa Kudus].

Dr. Scott Hahn telah menulis sebuah buku yang berguna berjudul �Perjamuan Anak Domba: Misa sebagai Surga di bumi.� Dia menunjukkan kepada kita bagaimana Kitab Wahyu dapat memperdalam pemahaman kita mengenai apa yang terjadi saat Misa dan bahwa Misa memberikan kita sebuah kunci untuk membuka Kitab Wahyu. Seperti yang dikatakan Dr. Hahn, �Menghadiri Misa adalah untuk memperbaharui perjanjian kita dengan Allah, seperti saat pesta perkawinan � karena Misa adalah Perjamuan Kawin Anak Domba.�

Misa adalah puncak dari seluruh kehidupan Kristiani. Di sini kita menerima Yesus tidak hanya secara spiritual tetapi juga secara fisik � Daging dan Darah-Nya. Terberkatilah mereka yang dipanggil hadir ke dalam Perjamuan Anak Domba. Amin.

Pater Phil Bloom adalah Pastor Paroki St. Mary of the Valley, Monroe
Homili di atas diterjemahkan dari situs resmiparoki tersebut.

Pax et Bonum

Friday, August 24, 2012

Respon Singkat Atas Artikel Mengenai Kejatuhan Konstantinopel


Kaisar Constantine XII - Pengepungan Konstantinopel oleh Sultan Mehmet II
Seorang teman menanyakan kebenaran cerita mengenai kejatuhan Konstantinopel yang dijelaskan secara singkat dalam teks berikut ini terutama pada bagian bahwa syarat untuk mendapatkan bantuan dari Kristen di barat adalah menundukkan diri kepada Paus Roma.
Pada tahun 1453 Konstantinopel ibukota negeri Kristen di Timur yang gereja-gerejanya bertaburan indah ditaklukkan tentara Muslim Turki di bawah pimpinan Sultan Mehmet II. Kaisar Byzantium semula sudah berusaha meminta bantuan pasukan Kristen dari Eropa Barat. Tetapi syarat menundukkan diri ke Roma dalam hirarki Paus di Roma (Uskup Roma) terlalu berat dirasakan umat Kristen Ortodoks Timur di Konstantinopel. Uskup Konstantinopel waktu itu akhirnya berkata, "Lebih baik kota ini diperintah Sultan Turki berserban itu daripada topi uskup Roma!" Sejarah akhirnya meninggalkan kepada kita warisan menyedihkan dalam dunia kekristenan kita; hanya oleh karena saling klaim sebagai bigbos, gereja hancur. Sultan Mehmet II begitu bergembira pada waktu pasukan tempurnya berhasil menghancurkan pasukan yang masih setia kepada Kaisar Byzantium.

Sultan begitu kota itu berhasil takluk, turun dari kudanya dan bersujud; memerintahkan hari itu juga untuk mengubah Kathedral Agung Hagia Sophia menjadi Masjid Aya Sofia; merusak patung-patung, ikon, altar, lonceng dan mimbar gereja yang sudah berusia ribuan tahun itu. Pada hari Jumat, Mei 1453 Sholat Jumat langsung diadakan di dalam bekas Katedral yang sudah diubah menjadi masjid itu. Menara masjid kemudian dibangun di samping kiri kanan bekas Gereja. Tahun 1923 Kemal Ataturk merubah masjid menjadi museum sampai sekarang! Kota itu kemudian diubah nama menjadi Istanbul (Kota Islam).
Respon Indonesian Papist:
Penjelasan di atas kurang tepat. Kekristenan Barat tidak mensyaratkan umat Kristen di Timur tunduk pada Paus Roma agar diberi bantuan karena faktanya Konsili Florence yang diadakan tahun 1439 sebelum penaklukan Konstantinopel telah lebih dulu membawa Ortodoks Timur (Konstantinopel dkk) bersatu [sementara waktu] dengan Roma. 2 Patriark Konstantinopel dari tahun 1439-1443 (Joseph II dan Metrophanes II) meninggal dalam status seorang Katolik (atau kalau mau disebut, Ortodoks dalam Persatuan dengan Roma). Kaisarnya juga, Constantine XII (1448-1453), meninggal dalam persatuan dengan Katolik.

Barulah sesudah kejatuhan Konstantinopel, penguasa Islam Turki (dalam usaha memuluskan niat mencegah/merusak persatuan antara barat dan timur yang telah dicapai dalam Konsili Florence) mengangkat Scholarius, kemungkinan seorang awam, untuk menjadi Patriark Konstantinopel (terhitung sejak kejatuhan Konstantinopel - 1456). Scholarius inilah yang dihormati oleh Ortodoks Timur sekarang sebagai Gennadius Scholarius. Scholarius ini anti-Roma. Hasil Konsili Florence baru secara resmi ditolak oleh Ortodoks Timur pada Sinode Konstantinopel 1472.

Faktanya, sebelum kejatuhan Konstantinopel tahun 1453, Paus Eugenius IV (yang memimpin Konsili Florence) melakukan apa yang dulu pernah dilakukan Beato Urbanus II pada permulaan Perang Salib pertama, yaitu menulis pesan dan meminta bantuan kepada para raja-raja dan pangeran-pangeran Eropa untuk membantu mempertahankan Konstantinopel, tapi sayangnya tidak diindahkan oleh para penguasa ini. Paus Eugenius IV sendiri akhirnya, dengan inisiatifnya sendiri, mengirimkan 2 kapal dan 300 tentara yang kalau dibandingkan dengan tentara Turki yang jumlahnya begitu banyak jelas gak ada apa-apanya.

Sementara itu, pengganti Paus Eugenius IV, yaitu Paus Nikolaus V (1447-1455), juga masih berusaha membujuk penguasa-penguasa di barat untuk mengirimkan bantuan, tetapi gagal. Hal ini karena penguasa-penguasa ini merasa Konstantinopel tidak akan jatuh, mereka juga kurang peduli sama Konstantinopel. Di samping itu Eropa sedang berada dalam proses pemulihan setelah diserang wabah penyakit besar-besaran. Di buku Fall of Constantinople hlm. 82-87 diceritakan kalau Paus Nikolaus V mengeluarkan dana untuk membeli tentara dan makanan lalu mengirimkannya ke Konstantinopel dalam 3 kapal. 5 April 1453, Roma mencoba mengirimkan 5 kapal lagi tapi tertunda karena utang Roma kepada Venezia dan juga karena kekurangan makanan untuk berangkat.

Meskipun banyak para penguasa Eropa tidak dapat membantu, Republik kecil Genoa memilih mengirim bantuan kepada Konstantinopel. Republik ini punya hubungan yang baik dengn Konstantinopel. Mereka mengirimkan satu armada dengan kekuatan 5 kapal perang dan 700 tentara (Ensiklopedia Katolik bilang 2000 tentara) di bawah pimpinan Kapten Laut Yohanes Yustinianus. Pada saat sampai di sekitar wilayah laut Konstantinopel, mereka menemukan bahwa jalur masuk ke Konstantinopel diblokade sama 150 kapal. Susah payah bertarung, mereka berhasil tembus, tapi kekuatan perang sudah berkurang.

Dan selanjutnya penyerangan terhadap Konstantinopel oleh Islam Turki berlangsung. Hasilnya kejatuhan Konstantinopel. jumlah tentara Turki 258.000 vs Pasukan yang ada di Konstantinopel 4973 (belum termasuk pasukan dari Genoa). Pnduduk Konstantinopel sendiri sekitar 100an ribu orang.


Referensi:
Adrian Fortesque, The Orthodox Eastern Church
Steven Runciman, The Fall of Constantinople

Pax et Bonum

Recent Post