Latest News

Saturday, August 29, 2015

Vatikan Dukung Pemberian Nama Martin Luther untuk Alun-alun Kota Roma


ROMA - Vatikan telah memberikan dukungan untuk memberikan nama Martin Luther terhadap alun-alun pusat kota Roma. Luther merupakan tokoh penting dalam gerakan reformasi gereja yang kemudian diekskomunikasi oleh Paus hampir 500 tahun silam.

Sebagai seorang imam dan teolog Katolik Jerman, Luther memicu kontroversi ketika ia secara terang-terangan menantang orotitas Gereja Katolik. Dia mengecam korupsi di antara para klerus serta menyebarkan ajaran bahwa keselamatan hanya datang dari iman. Pandangan Luther ini pun tidak sejalan dengan Paus Leo X.

Pada 1521, Luther diekskomunikasi dan tidak pernah diizinkan untuk kembali ke Gereja Katolik. Namun, nampaknya pandangan Vatikan mulai melunak.

Bulan depan, sebuah alun-alun di puncak kota Roma akan diberi nama Piazza Martin Lutero, untuk mengenang prestasi Luther. Lokasi yang dipilih adalah Oppian Hill, sebuah area taman yang menghadap Colosseum.

Langkah ini telah diupayakan sejak enam tahun silam, menyusul permintaan dari Gereja Advent Hari Ketujuh, sebagaimana dilaporkan harian Italia, La Repubblica. Awalnya, alun-alun itu dijadwalkan untuk diresmikan pada perayaan 500 tahun perjalanan Luther ke Roma pada 2010. Namun, pejabat kota tidak menyanggupi.

Vatikan pun menyambut positif langkah baru ini karena dianggap sejalan dengan dialog yang dilakukan Gereja Katolik dengan dewan ekumene.

�Ini adalah keputusan yang diambil oleh balai kota Roma, yang menguntungkan bagi umat Katolik, sebab ini sejalan dengan dialog yang dimulai dengan dewan ekumene,� kata Rev. Ciro Benedettini, wakil direktur kantor pers Vatikan.

Dialog antara Gereja Katolik dengan Gereja Lutheran telah ditandatangani pemimpin tertinggi kedua gereja pada 2013. Sementara, awal tahun ini, Paus Fransiskus juga mengumumkan sikap terbukanya terhadap gereja lain guna menyatukan suara Kristen di Eropa.

Tetapi dalam Italia ada sedikit penganut Protestan; hanya 435.000 warga Italia mengaku sebagai Protestan, menurut penelitian yang dipublikasikan pada tahun 2012 oleh Pusat Studi Agama Baru. Katolik terus menjadi agama mayoritas, dengan 97,9 persen dari 60 juta penduduk Italia yang telah dibaptis Katolik pada 2009.

Tuesday, August 25, 2015

5000 Umat Katolik Hadiri Peresmian Gereja Santo Paulus


PEKANBARU - Sebanyak 5000 umat Katolik dari 29 gereja kecil di Pekanbaru dan Kampar menghadiri peresmian Gereja Paroki Santo Paulus pada Minggu (23/8/2015). Gereja yang terletak di Jalan Soekarno Hatta ini diresmikan oleh Plt Gubernur Arsyadjuliandi Rachman.

Menurut ketua panitia Yohanes Sutrisno, Andi Rachman, sapaan akrabnya meminta agar umat kristiani bisa ikut berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat di Riau.

"Acara dimulai pukul 08.30, kegiatannya pemberkatan gereja dengan mengadakan ibadah di dalam gereja hingga pukul 11.00. Kemudian setelah itu Pak Andi meresmikan gereja, ditandai dengan penandatangan prasasti dan penekanan tombol sirine," katanya.

Sebelumnya, diceritakan Yohanes, dulu, Gereja Santo Paulus merupakan gereja kecil yang hanya bisa menampung 100 umat. Kemudian seiring berkembangnya Pekanbaru, dan bertambahnya penduduk, umat berinisiatif membangun kembali gereja ini.

"Pertama hanya mampu 100 umat, lalu dibesarkan lagi untuk 400 umat, ternyata tak cukup, dibesarkan lagu untuk menampung 2500 umat. Jumlah tersebut sudah ideal untuk sekarang," sebutnya.

Tak hanya dihadiri oleh Andi Rachman, peresmian gereja ini juga dihadiri oleh Uskup Padang, yakni MGR Martinus Dogma Situmorang. Ia mengatakan dengan dibangunnya gereja ini, umat bisa beribadah dengan baik dan menjadi orang yang beriman.


"Tujuan pembangunan gereja selama empat tahun ini, bukanlah untuk tempat beribadah yang bagus, tetapi agar umat beribadah lebih baik dan lebih rajin ke gereja. Umat jangan hanya beriman dalam berkata-kata saja, tetapi juga dalam perbuatan. Berhemat, rajin bekerja dan membantu sesama," katanya.

Dalam acara ini juga diisi dengan berbagai hiburan dan doorprize. Para hadirin yang menyaksikan sangat menikmati hiburan dan bersukacita bersama.

Wednesday, August 19, 2015

Pemerintah Tiongkok Akan Hancurkan Gereja Demi Percantik Kota

Petugas menghilangkan salib di sebuah gereja di Tiongkok dengan cara dibakar
Sekitar selusin gereja ilegal yang terletak di Wenling, Provinsi Zhejiang, Tiongkok, akan segera dihancurkan sebelum 1 September mendatang guna �mempercantik� kota.

Seperti dilansir Global Times, total ada 15 gereja yang diminta segera dihancurkan atau dikosongkan. Pemerintah memberi mereka waktu 15 hari untuk melakukannya, seperti tertulis dalam surat pemberitahuan dari Biro Sumberdaya Lahan yang dimuat Wenling Daily, 15 Agustus lalu.

Pemerintah mengatakan, beberapa gereja itu akan dihancurkan secara total, termasuk gereja empat lantai di desa Baishanjie. Sementara itu, ada beberapa gereja yang hanya akan dihancurkan sebagian, seperti asramanya atau gudangnya saja.

Pemerintah menambahkan bahwa sebelumnya mereka telah memerintahkan agar gereja-gereja itu segera merobohkan bangunan ilegal mereka, tapi para pengelola ataupun pemiliknya menolak untuk melakukan hal tersebut.

Tujuan penghancuran gereja-gereja itu, menurut pemerintah, adalah untuk �mempercantik� kota. Banyak gereja yang sudah dirobohkan dan lebih dari 1.200 salib telah dicopot dari berbagai bangunan.


Sebelumnya pemerintah Tiongkok mengeluarkan peraturan larangan gereja memasang salib, larangan ini berlaku pula untuk gereja Protestan dan Katolik. Pemerintah menghimbau masyarakat agar tidak ada simbol agama yang tampil lebih menonjol di negara tersebut.

Sejak awal 2014, petugas Provinsi Zhejiang telah merubuhkan banyak salib di lebih dari 400 gereja. Tindakan pemerintah provinsi itu kadang menimbulkan bentrok dengan jemaat. Petugas kemudian mengatakan, salib melanggar peraturan pembangunan.

Pada Maret lalu, seorang pendeta yang menentang kebijakan pemerintah divonis penjara selama setahun atas tuduhan �mengumpulkan orang untuk mengganggu ketertiban sosial�. Para pendukungnya mengecam keputusan yang mereka klaim telah dimanipulasi itu.

Sejak tahun 1980-an, setelah Beijing melonggarkan kendali atas agama, Kristen berkembang pesat. Angka resmi menunjukkan umat Kristiani di Tiongkok mencapai 23 juta, namun penghitungan independen menyatakan jumlahnya mencapai 100 juta.

Agustus lalu, para pastor dan pendeta dipanggil ke Beijing, diwanti-wanti agar keyakinan Kristen harus "beradaptasi dengan Tiongkok" dan bebas dari pengaruh asing, cara halus Beijing untuk mengatakan bahwa agama harus tunduk pada Partai Komunis.

Pengekangan tidak hanya dilakukan Tiongkok terhadap pemeluk Kristen. Umat Islam di Xinjiang contohnya, dilarang berpuasa di bulan Ramadhan dan memperlihatkan identitas keislaman seperti berjilbab dan memanjangkan jenggot.

Tuesday, August 18, 2015

Gereja Katolik St Paulus Pekanbaru akan Diresmikan 23 Agustus 2015


PEKANBARU � Gereja Santo Paulus akan diresmikan 23 Agustus mendatang, Minggu (23/8/2015). Menurut rencana, peresmian gereja akan dilakukan potong pita oleh Plt Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman.

Pembangunan gereja baru selesai. Terkait peresmian Gereja Santo Paulus, Walikota Pekanbaru H Firdaus ST MT mengatakan telah selesainya pembangunan gereja ini mesti disyukuri. Tentunya diharapkan dengan adanya gereja ini dapat menampung jumlah umat katolik yang ada di Pekanbaru.

"Telah selesainya pembangunan Gereja Santo Paulus dengan tanpa rintangan menandakan Kota Pekanbaru yang masyarakatnya beragam ini dapat menerima perbedaan yang ada," ungkap Firdaus.

Akan diresmikannya Gereja Santo Paulus pada 23 Agustus mendatang, Pastor Franco yang merupakan Pastor Kepala di Gereja Santo Paulus mengungkapkan rasa syukurnya. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah membantu selesainya pembangunan Gereja Santo Paulus yang berada di Jalan Soekarno Hatta.

Sebelum peresmian akan dilakukan misa dan pemberkatan pada pukul 8.30. Misa dipimpin oleh Uskup Keuskupan Padang, Mgr. Martinus D Situmorang, OFM Cap.

"Paginya akan ada misa terlebih dahulu, baru dilanjutkan dengan peresmian yang prasastinya akan ditandatangani oleh gubernur," ujarnya.

Berikut beberapa foto Gereja Katolik St Paulus Pekanbaru:


Thursday, August 13, 2015

Menteri Agama Undang Paus Fransiskus ke Indonesia


JAKARTA, KOMPAS.com � Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengundang pemimpin tertinggi umat Katolik se-dunia, Paus Fransiskus, ke Indonesia guna membahas berbagai isu, terutama terkait perdamaian dan pencegahan konflik antarumat beragama.

"Dengan segala kerendahhatian, kami mengundang Paus Fransiskus untuk berkenan berkunjung ke Indonesia," kata Menteri Lukman dalam rangka kunjungan Kardinal Pietro Parolin dari Secretary of State Vatikan di ruang kerjanya di Jakarta, Rabu (12/8/2015).

Lukman mengatakan, kunjungan itu nantinya untuk meneguhkan agar semangat dialog antarumat beragama terus dikembangkan. Selain itu, kunjungan itu juga ditujukan untuk memperlihatkan kehidupan keagamaan di Indonesia dan bertemu dengan umat Katolik di Indonesia.

Menurut Lukman, hubungan baik Indonesia dan Vatikan sudah terjalin sejak lama atau lebih dari 65 tahun. Umat Katolik di Indonesia sendiri jumlahnya cukup banyak, tidak kurang dari tujuh juta jiwa.

Kepada Kardinal, Menteri Agama (Menag) mengaku sangat terbantu dengan keberadaan para pemuka agama, termasuk pemuka agama Katolik dan jajaran keuskupan yang ada di semua provinsi di Indonesia. Mereka dinilai turut menjalankan misi Kementerian Agama dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan keagamaan masyarakat Indonesia.

Menag juga mengatakan, dirinya mengikuti perkembangan upaya-upaya Paus Fransiskus dalam membangun dialog lintas agama melalui media massa.

"Upaya untuk selalu membangun dialog antarumat beragama merupakan sesuatu yang sangat positif, dan kami sangat mengapresiasi dan berterima kasih atas apa yang selama ini dilakukan oleh Paus Fransiskus yang dampaknya sangat baik bagi Indonesia dan juga dunia," katanya.

Terkait kunjungan Kardinal Pietro, Menag Lukman menyambut baik kegiatan tersebut. Menurut Lukman, kunjungan pertama Sekretaris Negara Vatikan ke Indonesia ini sangat baik bagi hubungan kedua negara.


Akan disampaikan ke Paus

Kardinal Pietro Parolin menyambut baik dan akan menyampaikan undangan tersebut kepada Paus Fransiskus.

Kardinal Pietro berharap, Paus nantinya berkesempatan untuk berkunjung dan bisa menyaksikan kehidupan beragama di Indonesia.

Pietro juga mengundang Menag Lukman, jika ada kesempatan ke Eropa, untuk berkunjung ke Sekretariat Vatikan di Roma. "Kami sangat tertarik dengan Islam Nusantara," kata Pietro.

Sumber: http://nasional.kompas.com/read/2015/08/12/23480221/Menteri.Agama.Undang.Paus.Fransiskus.Datang.ke.Indonesia

Tuesday, August 11, 2015

Tanggapan Atas Artikel UCANEWS: Bercerai dan Menikah Lagi Tidak Boleh Dikucilkan


Pada 7 Agustus 2015, UCANEWS menerbitkan artikel berjudul "Paus Fransiskus: Umat Katolik bercerai dan menikah lagi tidak boleh dikucilkan", artikel itu berisi pernyataan Paus Fransiskus tentang Gereja Katolik yang harus merangkul anak-anak sebagai korban perceraian.

KUTIPAN dari artikel tersebut:
Orang Katolik yang telah bercerai dan menikah lagi secara sipil �tidak dikucilkan atau diekskomunikasikan,� kata Paus Fransiskus.
Di akhir audiensinya, 24 Juni, ia berbicara tentang kerusakan yang disebabkan terutama bagi anak-anak ketika pasangan tidak harmonis  dan saling menyakiti. �Saat  ini,� katanya, �Saya ingin menarik perhatian kita dengan realitas lain: Cara memelihara mereka, setelah kegagalan dalam membina ikatan perkawinan.�
PEMBUATAN OPINI
Menurut ajaran Gereja, dalam banyak kasus pasangan tersebut tidak diizinkan menerima Komuni. Tapi  dalam Sinode luar biasa para uskup tentang keluarga pada Oktober lalu dan mempersiapkan sinode umum pada 4-25 Oktober para uskup telah mempelajari dan membahas kemungkinan beberapa pasangan dalam kondisi tertentu menerima  kembali sakramen.
Gereja, kata Paus Fransiskus  kepada audiensi, harus memiliki �hati seorang ibu, sebuah hati yang dibimbing oleh Roh Kudus, selalu mencari yang solusi yang baik.�
Sumber: Ucanews
Artikel dari UCANEWS menimbulkan kesan seolah-olah Paus ingin agar pasangan cerai yang menikah boleh menerima komuni. Tulisan dalam artikel ini seperti isu beberapa waktu lalu bahwa Paus akan melegalkan perkawinan sesama jenis.

Mari kita baca sumber resminya dari W2.VATICAN.VA.

The Church knows well that such a situation contradicts the Christian Sacrament. However, her look of teacher draws always from her heart of mother; a heart that, animated by the Holy Spirit, always seeks the good and salvation of persons. See why she feels the duty, �for the sake of truth,� to �exercise careful discernment.� Saint John Paul II expressed himself thus in the Apostolic Exhortation Familiaris consortio (n. 84), pointing out, for instance, the difference between one who has suffered the separation and one who has caused it. This discernment must be made.

If, then, we look at these new bonds with the eyes of little ones - and the little ones are looking - with the eyes of children, we see even more the urgency to develop in our communities a real acceptance of persons that live such situations. Therefore, it is important that the style of the community, its language, its attitudes are always attentive to persons, beginning with the little ones. They are the ones who suffer the most, in these situations. Otherwise, how will we be able to recommend to these parents to do their utmost to educate the children in the Christian life, giving them the example of a convinced and practiced faith, if we hold them at a distance from the life of the community, as if they were excommunicated? We must proceed in such a way as not to add other weights beyond those that the children, in these situations, already have to bear! Unfortunately, the number of these children and youngsters is truly great. It is important that they feel the Church as a mother attentive to all, always willing to listen and to come together.
In these decades, in truth, the Church has been neither insensitive nor lazy. Thanks to the in-depth analysis performed by Pastors, led and guided by my Predecessors, the awareness has truly grown that it is necessary to have a fraternal and attentive welcome, in love and in truth, of the baptized who have established a new relationship of cohabitation after the failure of the marital sacrament; in fact, these persons are by no means excommunicated � they are not excommunicated! � and they should absolutely not be treated as such: they are still a part of the Church.

Terjemahan Bahasa Indonesia:
Gereja memahami dengan baik bahwa situasi seperti itu bertentangan dengan Sakramen Kristiani. Namun, tampilan gurunya selalu menarik dari hati ibunya; hati yang, dijiwai oleh Roh Kudus, selalu mencari kebaikan dan keselamatan pribadi-pribadi. Lihatlah mengapa ia merasakan tugas, "karena cinta akan kebenaran", untuk "melihat situasi dengan baik". Santo Yohanes Paulus II mengungkapkan dirinya sehingga dalam Anjuran Apostolik Familiaris Consortio (no 84), menunjukkan, misalnya, perbedaan antara orang yang telah menderita pemisahan dan orang yang telah menyebabkannya. Penegasan ini harus dilakukan.
Maka, jika kita melihat ikatan-ikatan baru ini dengan mata orang-orang kecil - dan orang-orang kecil tersebut sedang mencari - dengan mata anak-anak, kita melihat bahkan lebih kemendesakan untuk mengembangkan di dalam komunitas-komunitas kita sebuah penerimaan nyata pribadi-pribadi yang menjalani situasi seperti itu. Oleh karena itu, pentingnya corak komunitas, bahasanya, sikap-sikapnya selalu memperhatikan pribadi-pribadi, dimulai dengan orang-orang kecil. Mereka adalah orang-orang yang paling menderita, dalam situasi-situasi ini. Jika tidak, bagaimana kita akan dapat merekomendasikan kepada para orang tua ini untuk melakukan yang terbaik untuk mendidik anak-anak dalam kehidupan Kristiani, memberi mereka contoh dari sebuah iman yang menyakinkan dan diterapkan, jika kita mempertahankan mereka pada sebuah jarak dari kehidupan komunitas, seolah-olah mereka dikucilkan? Kita harus melanjutkan sedemikian rupa sebuah jalan yang tidak menambah beban lain di luar mereka yang anak-anak, dalam situasi-situasi ini, sudah harus tanggung! Sayangnya, jumlah anak-anak dan remaja-remaja ini benar-benar hebat. Pentingnya mereka merasakan Gereja sebagai seorang ibu memperhatikan semua, selalu bersedia mendengarkan dan berkumpul.
Dalam beberapa dekade ini, dalam kebenaran, Gereja sudah tidak peka atau malas. Berkat analisis mendalam yang dilakukan oleh para Imam, yang dipimpin dan dipandu oleh pendahulu saya, kesadaran telah benar-benar berkembang bahwa perlu untuk memiliki persaudaraan dan penuh perhatian, cinta dan kebenaran, dari dibaptis yang telah membentuk hubungan baru hidup bersama setelah kegagalan pada sakramen perkawinan; pada kenyataannya, orang-orang ini tidak berarti dikucilkan - mereka tidak dikucilkan! - Dan mereka harus benar-benar tidak diperlakukan seperti itu: mereka masih bagian dari Gereja
TIDAK ADA KATA-KATA 'BOLEH MENYAMBUT KOMUNI'
Dear Brothers and Sisters: We return now to our catechesis on the family, by reflecting on the situation of our brothers and sisters who have divorced and entered a second union. Though their unions are contrary to the Sacrament of marriage, the Church, as a Mother, seeks the good and salvation of all her children.
Banyak media sekuler yang mengutip pernyataan Paus memberitakan seolah-olah Gereja Katolik melunak pada perceraian, padahal yang dimaksud Paus adalah untuk merangkul anak-anak sebagai korban dari perceraian orangtuanya.

Jadi tujuannya untuk keselamatan jiwa anak-anak yang lahir. Intinya bagi para orangtua yang bercerai jangan menjadi beban baru bagi para anak-anaknya, di sini diperlukan peran Gereja untuk menyelamatkan para anak.

Apa tanggapan UCANEWS?

Recent Post