Beberapa hari terakhir, saya sempat melihat posting atau share link tentang Ustad Mantan Pastur Cerdas ini, baik di FB maupun bahkan di milist. Pasti spontan tergelitik dengan label Mantan Pastur itu, tapi awalnya sih saya cuek-cuek saja, sebab kesaksian serupa (mantan pastor, mantan biarawati, mantan pendeta, yang kemudian jadi pendakwah) biasanya ya begitu-begitu saja, tidak meyakinkan kalau mereka pernah jadi pastur atau biarawati atau bahkan meyakinkan hanya mengaku-aku saja. Tapi lama-lama, melihat link berseliweran berkali-kali, saya pun penasaran juga. Ketika saya klik, saya lihat video ceramahnya� ternyata saya disadarkan: BETUL, DIA USTAD YANG SANGAT CERDAS�.
Bagi yang belum melihat videonya, klik link:
Pada menit 02.08-02.15, Ustad Bangun Samudra menyebutkan Matius 16 (agak kurang jelas, sepertinya dia juga menyebut ayat 4), dikatakan �mereka mendapatkan bagian 10%nya, sepersepuluh dari harta kekayaan� sebagai alasan hubud dunya pendeta (atau pastor? Saya bingung yang beliau maksud) tidak mau meninggalkan iman: ada begitu banyak kenyamanan yang sayang kalau ditinggalkan. Saya baca Matius 16 ayat 4 dan bunyinya, �Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Lalu Yesus meninggalkan mereka dan pergi.� Oh, mungkin memang �empat� itu saya salah dengar, maka saya baca Matius 16 ayat pertama sampai terakhir, dari ayat 1 sampai ayat 28, dan tetap juga TIDAK MENEMUKAN ayat yang berbicara seperti penjelasan Pak Ustad. Entah beliau ini punya kecerdasan super untuk membaca apa yang tak tertulis atau sampai tingkat hiper cerdas mampu menambahkan ayat baru pada Kitab Suci agama lain yang proses kanonisasi sudah selesai ratusan tahun, pastilah beliau ini cerdas karena dapat menemukan yang saya tak bisa menemukan.
Pada menit 02.50-03.10, Ustad Cerdas ini bercerita: kalau pendeta dijemput pakai Pajero dan mengatakan, �Enak ya�!� maka paling lambat 6 bulan mobil yang dia bilang enak itu sudah ada. Lho kok bisa? Atas dasar laporan orang yang menjemput, sampai ke Dewan Gereja Indonesia, kemudian ke Dewan Gereja Internasional, kemudian ke Vatikan Roma. Woooow� Keren� Super cerdas! Sampai saat ini, belum ada yang bisa membangun �jalur ekonomis� sedemikian hebat ini selain Ustad Bangun Samudra. Dewan Gereja Indonesia (DGI) yang sejak 1984 mengubah nama menjadi Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), demikian pula Dewan Gereja Internasional adalah milik Protestan, sementara Vatikan Roma itu Katolik. Para penggagas dan aktivis ekumene sekalipun, baik dari Protestan maupun Katolik, belum ada yang mampu mempersatukan sedemikian erat dan mulus, sehingga laporan penjemput pendeta sampai ke Dewan Gereja Indonesia kemudian Dewan Gereja Internasional yang nota bene milik Protestan, lalu laporkan lanjut ke Vatikan Roma, yang nota bene Katolik dan kemudian dari sana kiriman mobil untuk seorang pendeta. Pengalaman saya sendiri tidak sedahsyat itu. Jangankan Vatikan mengurus mobil pendeta, lha wong saya yang pastor Katolik, pastornya Keuskupan, oleh Keuskupan saya yang jelas-jelas Katolik, tidak usah mobil ya, sekedar sepeda motor saja, walau usia ekonomis menurut catatan akuntansi sudah habis, walau pun hitungan tahun pemakaian wajar sudah dapat diprediksi pasti berkurang keamanan dan kenyamanannya, kalau saya tidak mengajukan proposal permohonan pembaharuan, ya tidak bakalan dikirimi motor baru, meski keuskupan tanpa tanya pun semestinya sudah tahu kebutuhan itu. Hahaha� Hebat pun pakai super duper lah kalau Vatikan-Roma sampai merespon secepat itu dan semurah hati itu pada Pendetanya Protestan. Butuh kecerdasan setingkat malaikat untuk berpikir seperti Ustad Cerdas ini, menjalin suatu supra-ekumene sehingga Vatikan akan sedemikian murah hati memfasilitasi pendeta! Hmmmm� Nubuatan maju, melampaui kecepatan realitas, yang entah akan terjadi tahun kapan, mungkin.
Mulai pada menit 09.43, ada penjelasan menarik dan dahsyat dari Ustad Bangun Samudra tentang Kalender. Kata beliau yang sangat cerdas itu, sebelum adanya Islam, di agama beliau (Katolik), dulu satu tahun itu 10 bulan. Catatan sejarah umum, tahunya tahun Masehi itu sudah 12 bulan, bahkan sudah sebelum Masehi juga sudah 12 bulan, seperti kalender Julian. Hanya Ustad Bangun dan orang-orang yang mempercayai ilmu khususnya saja yang tahu bahwa sebelum Islam Kalender Masehi itu 1 tahun terdiri dari 10 bulan. Kemudian, menurut tuturan ilmu cerdas Ustad Bangun, karena kebenaran Quran didengar sampai Vatikan, pada tahun 968 MASEHI Paus Gregorius memerintahkan dua biarawan yang juga astronom bernama Numa Pompilius dan Dionisius Eksogus untuk menjadikan satu tahun itu 12 bulan, disesuaikan seperti Islam. Maka gampangnya, Numa Pompilius dan Dionisius Eksogus menambahkan 2 bulan, Januari dan Februari. Ini sangat cerdas dan dahsyat!!! Sangat amat sangat, bahkan! Mengapa? Butuh fasilitas mesin waktu dan kemampuan melipat sejarah untuk mempertemukan Paus Gregorius XIII dengan Dionisius Eksogus serta Numa Pompilius pada tahun 968 Masehi. Paus Gregorius XIII hidup pada 7 Januari 1502 � 10 April 1585, dan menjadi Paus pada tahun 1572 � 1585. Salah satu yang terkenal dari beliau memang mencanangkan Kalender Gregorius pada tahun 1582. Tetapi, menurut catatan sejarah orang biasa, Kalender Gregorian ini tidak ada kaitannya dengan penambahan bulan Januari dan Februari, melainkan koreksi tentang perhitungan tahun Kabisat. Numa Pompilius adalah tokoh raja Roma 717 - 673 SEBELUM Masehi. Numa Pompilius inilah yang menambahkan bulan Januari dan Februari, tetapi hanya Ustad Bangun yang sangat cerdas itu saja yang tahu bahwa hal itu dilakukan oleh Numa Pompilius karena ia diperintah oleh Paus Gregorius XIII dari tahun 1572-1585 untuk musyawarah dengan Dionisius Eksogus (saya menduga, tokoh ini sama dengan Dionysius Exiguus yang hidup tahun 470 M-544 Masehi dan menetapkan tahun Masehi pada tahun 525 M.) Rapat Dahsyat dengan keputusan supra-dahsyat: Mempertemukan 3 tokoh dari tiga jaman berbeda untuk bertemu di suatu tahun yang bukan jaman salah satu dari ketiganya. Oh ya, jangan lupa, ternyata Raja Roma yang hidup sebelum Masehi ini juga dijadikan Biarawan lho�. Kok bisa? Bisalah� Ustad cerdas gitu lhoh� Keren khan!!! Hanya Ustad Bangun yang mampu memahami keruwetan sejarah demikian ini�
Oh, iya� di menit 12.50-13.00, Ustad Cerdas ini menjelaskan bahwa bulan Januari itu diambil dari nama Dewa yang disembah selain Allah Bapa. Dulu agama Katolik masih punya dewa-dewa! Hellloooo�. Orang Katolik pasti tidak tahu khan, di mana dewa-dewa itu disimpan dan disembunyikan? Iya lah� salah satu alasan banyak martir Katolik dibunuh adalah ketidakmauan orang Katolik masa itu untuk menyembah dewa-dewa. Jadi, mereka bodoh khan karena tidak tahu kalau �sebenarnya� masih punya dewa-dewa, sehingga memilih mati daripada menyembah dewa itu! Iya, orang Katolik masih punya dewa-dewa, tapi orang Katolik sendiri tidak tahu di mana dewa-dewa itu, merasa tidak memilikinya, dan tidak mau menyembahnya sampai memilih mati daripada menyembah dewa-dewa� Hanya Ustad yang sangat cerdas yang tahu, bahwa orang Katolik �sebenarnya� masih punya dewa-dewa� Cerdas! Tahu apa yang tidak diketahui manusia normal.
Mulai menit 25.45- berceritalah Ustad Cerdas tentang jenjang pendidikannya. Sungguh kecerdasan yang extra-ordinary! Pendidikan Seminari Menengah setelah lulus SMA yang seharusnya 2 tahun beliau selesaikan dalam 1 tahun (hebat khan? Padahal program KPA, lulusan SMA yang masuk Seminari Menengah, untuk orang normal memang 1 tahun. Dikhususkan untuk orang super cerdas �harus� 2 tahun namun bisa selesai dalam 1 tahun), kemudian karena cerdas ia tidak ditaruh di Gereja tetapi dikirim oleh Keuskupan untuk belajar di Sekolah Filsafat dan Teologi. Untuk program calon pastor yang hanya normal saja, 1 tahun pasca-lulus SMA memang belum waktunya ditugaskan di Gereja, mereka akan masuk Tahun Rohani atau Novisiat dulu. Hanya calon cerdas luar biasa saja yang �harusnya sudah bisa ditempatkan di Gereja� tapi karena kecerdasannya diutus belajar di Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi. Untuk calon normal, ya memang baru setelah belajar Filsafat Teologi itu ia dapat ditahbiskan menjadi pastor dan berkarya di tengah umat. Nah, program untuk calon pastor normal, program 10 semester 5 tahun itu tidak mungkin diselesaikan dalam 3 tahun. Memang sistemnya berbeda dengan kuliah umum yang kalau IP tinggi dapat cepat selesai. Sistem perkuliahannya ya akan tetap 10 semester, waktu 5 tahun itu bukan hanya untuk kepentingan kuliah, tetapi bagian dari formasio hidup untuk calon pastor, yang butuh waktu dan proses selama itu. Yang pintar tidak akan lebih cepat, yang kurang pintar pun tidak akan terlambat (terlambat masih lebih mungkin daripada lebih cepat!) Kalau ada by-pass, yang masih mungkin dilakukan adalah melewatkan masa TOR (praktik pastoral, semacam KKN satu tahun), tapi tidak melompat untuk kuliahnya. Hanya untuk orang super duper cerdas ekstra luar biasa, akan dibuat pengecualian seperti untuk Ustad Bangun Samudra, sehingga selesai dalam 3 tahun! Hebat ya??? Ustad cerdas gitu lhoh� Nah, saya juga jadi pingin dolan ke Roma untuk mencari Universitas St. Peter di sana� sepertinya, teman-teman yang dikirim belajar ke Roma tidak ada yang di St. Peter� hehehe� semoga ada dan ketemu! Ada kehebatan lain juga lho�. Kalau calon pastor yang normal, baik yang bodoh atau pun yang pintar, yang saleh maupun yang �mbiying�, untuk dapat menjadi pastor haruslah ia DITAHBISKAN. Tetapi untuk calon sekaliber Ustad Bangun, cukup DILANTIK saja dia sudah menjadi Pastor. Hebat khan? Ustad cerdas yang lebih jenius dari Malaikat gitu lhoh�. Hehehe�
Baca juga: Membongkar Kebohongan Steven Indra, Mualaf Mantan Frater?
Baca juga: Membongkar Kebohongan Steven Indra, Mualaf Mantan Frater?
Silakan mendengarkan atau menonton videonya lebih lama lagi kalau ingin menikmati kecerdasan-kecerdasan lainnya� Saya cukup sampai di situ saja, sudah mengakui kecerdasannya, hahahaha�..
Ah�. Jangan terlalu satiris, Fit� Kalau seperti itu, kau bilang cerdas tapi seolah hendak bilang nalarnya beda tingkat kewarasan. Jangan begitu lah� kasihan lho orang-orang yang percaya dan menghormatinya. Kau katakan dia super cerdas, tapi seperti mengejek kalau begitu itu!
Hahahaha�. Maaf, tentang yang di atas memang satiris saja saya katakan dia cerdas!
Namun, jujur aku akui kok, ada kecerdasan dia! Apa? Ya iya lah, pilihan dia itu adalah pilihan cerdas! Bisa enggak kalau dia menjadikan dirinya pastor dengan mengaku mantan ustad? Enggak mungkin lah! Pastor itu hanya ada kalau ditahbiskan. Untuk ditahbiskan ada persyaratan panjang yang tidak semudah itu dilakukan. Lagian, kalau jadi pastor dan ngaku mantan ustad, keuntungan apa yang didapat? Tidak ada lah� malah rugi kira-kira! Salah-salah dipenggal dia! Masih lagi, kalau ceramah semacam itu atau sekelas itu disampaikan di tengah umat Katolik, dalam waktu sangat singkat atau bahkan bisa jadi malah baru sampai setengah kotbah pada kotbah pertama saja, orang sudah mulai tidak percaya. Profesi religius yang dipilih Bangun Samudra ini cerdas: memberikan keuntungan diri, dan sesuai konteks sosial, ekonomi, maupun religi, dan intelektualitas kebanyakan rakyat di Indonesia saat ini. Hmmmm� CERDAS!!!
Ditulis oleh: Romo Papa Tan
No comments:
Post a Comment