Latest News

Friday, July 22, 2016

STRUKTUR ORGANISASI GEREJA KATOLIK


STRUKTUR ORGANISASI GEREJA KATOLIK

   Sri Paus dan Negara Vatikan
       
   Menurut kepercayaan dalam Agama Katolik, maka kepala  Gereja
   adalah  Sri  Yesus  yang  dalam bentuk nampak sehari-hari di
   dunia diwakili oleh Sri Paus. Jadi  Sri  Paus  adalah  Wakil
   Yesus   Kristus   sebagai   Kepala  Gereja.  Gereja  Katolik
   mendasarkan hal ini pada  ayat  dalam  Injil  Mateus  16:18:
   "Petrus, engkau adalah batu karang; di atas karang padas ini
   akan  kudirikan  Gerejaku.   Kuasa   mautpun   tidak   dapat
   mengalahkannya."  Jadi menurut tradisi Gereja Katolik Petrus
   diakui sebagai Paus yang Pertama.

   Pelantikan  Petrus  sebagai  Paus  yang  pertama,   kemudian
   diikuti  juga  dengan penugasannya yang tertera dalam dialog
   Yesus  dan  Petrus  seperti  ditulis  dalam  Injil   Yohanes
   21:15-19,  dimana Sri Yesus bertanya: "Petrus, apakah engkau
   mengasihi Aku lebih  dari  yang  lain?"  Jawab  Petrus:  "Ya
   Tuhan,  Tuhan mengetahui bahwa hamba mengasihi Tuhan." Yesus
   berkata:  "Gembalakanlah   segala   dombaku."   Dialog   itu
   berlangsung sampai tiga kali dengan kata-kata yang sama.

   Gereja  Protestanpun mengakui bahwa Sri Yesus Kristus adalah
   Kepala Gerejanya, tetapi  tidak  mengakui  kekuasaan  Petrus
   sebagai Paus pertama dan dengan demikian juga tidak mengakui
   penggantinya sampai yang sekarang.

   Semenjak Petrus sebagai  Paus  pertama  sampai  kepada  Paus
   Paulus  VI  terdapat 263 orang Paus. Jadi Sri Paus Paulus VI
   adalah Paus yang ke 263. Bagaimana cara memilib nama seorang
   Paus?  Seorang  Kardinal  yang  terpilih  menjadi Paus bebas
   memilih namanya. Jika dia memilih nama Yohanes, maka dilihat
   dalam  daftar para Paus nama itu sudah dipakai oleh 23 orang
   Paus terdahulu, maka Paus yang sekarang  bergelar  Sri  Paus
   Yohanes ke XXIV. Jika dia memilih nama Pius, sedang nama itu
   pernah dipakai oleh 12 pendahulunya, maka dia bergelar  Paus
   Pius  XIII;  jika  pengganti  Paus  Paulus  VI  memilih nama
   Paulus, maka dia bergelar  Sri  Paus  Paulus  VII,  demikian
   seterusnya.

   Gelar-gelar   Sri   Paus   adalah:  Kepala  Gereja  Katolik.
   pengganti Petrus, Primas (Pangeran)  Gereja  Katolik,  Uskup
   kota Roma, Kepala Negara Vatikan.

   Dalam  urusan  dunia  Sri Paus adalah Kepala Negara Vatikan;
   Vatikan adalah negara kota seperti  Singapura  atau  Monaco,
   yang  luasnya  44 Ha. Didalamnya terdapat jalan raya, 2 buah
   Gereja besar diantaranya basilika  St.  Petrus,  istana  Sri
   Paus    cita   del   Vatikano,   gedung-gedung   Kementerian
   (Konggregasi)  yang  berjumlah  10  dan  sebuah  Universitas
   Kepausan Gregorian. Vatikan sebagai negara terletak ditengah
   kota Roma (Itali) tetapi lepas dari pengaruh negara Italia.

   Negara Vatikan mulai berdiri semenjak abad ke  VIII,  tetapi
   kemudian  oleh gerakan Persatuan Itali Raya dibawah pimpinan
   Garibaldi dicaplok dan dijadikan bagian  dari  Negara  Itali
   Raya  semenjak  tahun 1871. Jadi semenjak tahun itu Sri Paus
   hanya menjadi  kepala  Gereja  saja,  bukan  seorang  Kepala
   Negara  yang  berdaulat dan merdeka; bahkan dia lalu menjadi
   warga negara Italia. Usaha  ke  arah  pemulihan  kemerdekaan
   terus  diusahakan  dan  baru  tahun  1929  berhasil  ditanda
   tangani Perjanjian Veteranen antara Sri  Paus  Pius  XI  dan
   Benedicto  Musolini  pemimpin  Negara Itali waktu itu. Dalam
   Perjanjian  itu  ditegaskan  bahwa   kedaulatan   Sri   Paus
   dikembalikan  dan  diakui  oleh  Itali  sebagai  negara yang
   merdeka lepas dari Itali. Semua  milik  Gereja  yang  pernah
   disita dikembalikan.

   Negara  Vatikan  juga  disebut  Negara  Gereja.  Dan sebagai
   negara, maka Vatikan juga mempanyai  alat-alat  perlengkapan
   sebagai   negara.   Terdapat  10  Kementerian  yang  disebut
   Konggregasi misalnya Konggregasi Suci Kepausan untuk  urusan
   ibadat  Suci,  Konggregasi Kepausan untuk urusan orang-orang
   Kudus, dan lain-lain. Untuk urusan luar negeri  diurus  oleh
   Seketariat  Negara.  Sebagai  suatu negara maka Vatikan juga
   mempunyai Duta Besar di negara lain, yang disebut Pro Nuncio
   atau Nunciatur; dan juga negara lain ada juga yang mempunyai
   Duta Besar Vatikan; Kedutaan Besar Vatikan di  Indonesia  di
   Jalan Medan Merdeka Timur, sedang pada waktu ini (1977) yang
   menjabat Nunciatur adalah Mgr. (di baca Monsinyur) Vincentio
   Varargo,  sedang  duta  Besar  kita  di  Vatikan  adalah RM.
   Soebadio. Vatikan juga mempunyai gedung penjara yang praktis
   tidak   pernah   digunakan.  Mata  uang  dan  perangko  juga
   diterbitkan. Dengan demikian maka Vatikan  memang  merupakan
   suatu negara dalam arti yang sesuugguhnya.

   Pakaian  kebesaran  Sri  Paus  adalah;  tiara  yaitu mahkota
   berlapis tiga yang melambangkan bahwa Sri Paus  di  samping
   seorang  Raja,  juga  dalam  memerintah mewakili Allah Bapa,
   Putra dan Roh Kudus. Lalu  Cincin  bergambar  Petrus  sedang
   menjala  ikan  yang  melambangkan  bahwa Sri Paus meneruskan
   pekerjaan Petrus. Tongkat melambangkan bahwa  karya  gembala
   seperti  ditugaskan  Sri  Yesus kepada Petrus memang sungguh
   diteruskan. Kasula merah, lambang Sri Paus sebagai Guru yang
   rela  mengorbankan  hidupnya  (merah warna darah). Sri Yesus
   menurut  kepercayaan  orang  Kristen,  baik  Katolik  maupun
   Protestan  berfungsi sebagai: Raja, Guru dan Gembala. Fungsi
   ini tampak dalam pakaian kebesaran Sri Paus.

   Bagaimana cara pemilihan Paus?  Pada  zaman  dulu, pemilihan
   Paus  selalu  mengikut  sertakan  Kaisar, Kepala Negara yang
   beragama  Katolik   di   samping   para   Kardinal   sebagai
   pembantu-pembantu  Paus.  Namun kebiasaan itu hapus semenjak
   abad ke XVI. Dan mulai waktu itu  maka  pemilihan  Sri  Paus
   hanya  diikuti oleh para Kardinal saja. Jika terdengar kabar
   bahwa Sri Paus meninggal dunia,  maka  semua  Kardinal  dari
   seluruh  dunia menuju ke kota Roma (Vatikan) tanpa diundang.
   Disana mereka bersidang dalam  ruang  tertutup.  Dan  selama
   sidang para Kardinal dilarang berhubungan dengan dunia luar.
   Sidang dipimpin  oleh  Kardinal  yang  tertua  dibantu  oleh
   Kardinal termuda dalam usia. Selain para Kardinal hadir juga
   Sekretaris  Negara  Vatikan  yang  biasanya  bukan   seorang
   Kardinal.

   Tempat duduk para Kardinal merupakan kursi gantung yang bisa
   dinaikkan  dan  diturunkan.  Kursi   gantung   itu   disebut
   baldakim.  Kaki para Kardinal tidak menyentuh tanah, sebagai
   lambang  bahwa  masalah  duniawi  (ras,  bangsa,   pandangan
   politis)  tidak  akan  dijadikan  bahan  pertimbangan  dalam
   memilih Paus. Warna baldakim-pun  bermacam-macam;  ada  yang
   berwarna  merah,  ada  yang  berwarna  kuning  dan  ada yang
   berwarna hijau.  Kardinal  yang  duduk  di  baldakim  merah,
   artinya  Kardinal  yang  diangkat  oleh  Paus yang baru saja
   meninggal dunia. Baldakim yang  berwarna  kuning  disediakan
   untuk para Kardinal yang diangkat oleh Paus sebelumnya lagi,
   jadi  dengan  demikian  berarti  Kardinal  yang  duduk  pada
   baldakim kuning pernah dua kali mengikuti pemilihan Paus dan
   baldakim yang berwarna hijau untuk para Kardinal yang pernah
   mengikuti pemilihan Sri Paus sampai tiga kali, jadi diangkat
   oleh Paus yang memerintah  dua  periode  sebelum  Paus  yang
   meninggal  ini.  Lazimnya  tidak  ada Kardinal yang duduk di
   baldakim hijau. Pernah pemilihan Paus didalamnya  tidak  ada
   Kardinal  yang  duduk  di  baldakim  merah, karena Paus yang
   meninggal  baru  3  hari  menduduki  tahta,  belum   sempat
   mengangkat  Kardinal,  bahkan  para Kardinal yang memilihnya
   belum semua pulang ke negerinya. Yang sudah pulang dan  baru
   sampai  dipertengahan  jalan  dan  mendengar bahwa Paus yang
   baru dipilih 3 hari yang lalu meninggal, cepat-cepat kembali
   ke Vatikan lagi.

   Sementara   pemilihan   Paus  berlangsung,  di  luar  gedung
   pemilihan telah berkumpul umat Katolik yang ingin mengetahui
   hasil  pemilihan  Paus  Jika pemilihan tidak memenuhi syarat
   yang  ditentukan  misalnya  Kardinal  yang  mendapat   suara
   terbanyak  belum  mencapai  prosentase yang ditentukan, maka
   pemilihan  dianggap  belum  berhasil  dan  diulang  kembali.
   Kertas  pemungutan  suara  dikumpulkan  dan  dibakar  dengan
   jerami basah. Dari cerobong yang dapat dilihat  oleh  rakyat
   yang menunggu di luar tampak asap hitam. Umat di luar gedung
   pemilihan tahu bahwa pemilihan belum  berhasil.  Jika  sudah
   berhasil  maka kertas pemilihan dibakar dengan jerami kering
   sehingga asap putihlah yang keluar dari dalam cerobong.

   Begitu Paus baru terpilih, maka semua Kardinal menarik  tali
   baldakimnya   sehingga   baldakim  menyentuh  tanah,  sedang
   Kardinal yang terpilih sebagai Paus  menarik  tali  baldakim
   bukan  ke  bawah  tetapi  keatas;  ini sebagai lambang bahwa
   kedudukan mereka sekarang berlainan tidak lagi sejajar. Para
   Kardinal  yang  tak  terpilih  bersujud menyatakan kesetiaan
   mereka kepada hasil pilihan dan Paus terpilih. Kemudian Paus
   terpilih  memberikan  berkatnya  yang  pertama sebagai Paus.
   Paus terpilih dengan diantar oleh pimpinan sidang, yaitu dua
   Kardinal  yang  tertua  dan  yang  termuda  serta Sekretaris
   Negara membuka jendela di  mana  rakyat  yang  berkumpul  di
   lapangan  St.  Petrus  bersorak-sorak:  "Viva il Santo Papa!
   Viva il Santo Papa! (Hidup Santo Bapa, Hidup Santo Bapa).

   Kardinal yang tertua, yang memimpin sidang, kecuali jika dia
   sendiri  yang  terpilih  menjadi  Paus, maka pimpinan sidang
   yang lain yakni yang Kardinal  termuda,  mengenalkan  kepada
   rakyat    banyak   yang   kebanyakan   umat   Katolik   itu:
   "Saudara-saudara, Yang Mulia Kardinal ... dari  Negara  ...,
   telah  terpilih  menjadi  Paus baru dan beliau memilih nama:
   Sri Paus ... Rakyat  kemudian  bersujud  dan  Paus  terpilih
   memberikan berkat kepausannya yang kedua.

   Menurut  pengajaran  Gereja  Ratolik,  maka  Sri  Paus tidak
   mungkin sesat dalam menetapkan hukum yang berhubungan dengan
   masalah  Agama. Surat edaran Sri Paus yang menerangkan suatu
   masalah disebut Ensiklik.  Biasanya memang  setiap  Ensiklik
   Sri  Paus  selalu  diterima dengan penuh ketaatan oleh dunia
   Katolik. Namun berbeda dengan Ensiklik  Humanea  Vitae  yang
   dikeluarkan  oleh  Sri  Paus  Paulus  VI sempat menggegerkan
   dunia, bukan saja dunia Katolik tetapi dunia  pada  umumnya:
   sebab untuk pertama kalinya Ensiklik Paus mendapat tantangan
   yang begitu hebat dan berakibat kewibawaan Sri Paus  merosot
   dimata  dunia.  Ensiklik  Humanea Vitae itu menegaskan bahwa
   masalah  pengaturan  kelahiran  hanya  diperbolehkan  dengan
   metode  pantang-berkala,  sedang  metode  yang  lain ditolak
   karena tidak sesuai dengan martabat manusia. Para  Uskup  di
   Negeri  Belanda  minta agar Ensiklik itu dicabut. Para Uskup
   di Indonesia dalam sidangnya memberikan penjelasan  Pastoral
   tentang  Ensiklik Humanea Vitae menjelaskan; "Bahwa Ensiklik
   itu  lahir  setelah  penyelidikan  yang  cukup  lama  dengan
   penelitian  yang  biayanya  tidak  sedikit, serta banyak doa
   yang diarahkan untuk maksud itu. Maka bagaimanapun  Ensiklik
   itu  wajib kita hormati. Kepada saudara yang dengan terpaksa
   menjalankan  dengan  metode  yang   menyimpang   dari   yang
   dianjurkan  oleh  seruan  Sri  Paus,  maka  masalahnya harus
   dibicarakan antara suami isteri dengan sikap  yang  dewasa."
   Namun para Uskup tidak membenarkan usaha-usaha yang bersifat
   perkosaan terhadap martabat  manusia,  misalnya  pengguguran
   dan pemandulan tetap.


 --------------------------------------------------------------------------------
Siapa Sebenarnya Juruselamat Dunia?
Oleh Yohannes Baptista Sariyanto Siswosoebroto
Penerbit PERSATUAN Jln. KHA Dahlan 103, Yogyakarta, 1977


1 comment:

Recent Post