ROMA - Pemimpin umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus, 77 tahun, menghadapi ancaman pembunuhan dari milisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Saat ini Paus Fransiskus sedang mempersiapkan rencana kunjungannya ke Albania, negara dengan penduduk mayoritas Islam.
Seperti dilansir The Telegraph, 16 September 2014, peringatan atas ancaman pembunuhan Paus Fransiskus datang dari Duta Besar Irak untuk Vatikan, Habeeb Al Sadr. Dia mengatakan ada indikasi bahwa ancaman ini muncul setelah Paus Fransiskus menyatakan dukungannya terhadap rencana Amerika Serikat dan Sekutu untuk menyerang ISIS. Meski, dalam pernyataannya Paus tak menyebut mendukung perang. "Aku menekankan: hentikan. Saya tak menyebut bom, perang, hanya hentikan mereka."
Seperti dilansir The Telegraph, 16 September 2014, peringatan atas ancaman pembunuhan Paus Fransiskus datang dari Duta Besar Irak untuk Vatikan, Habeeb Al Sadr. Dia mengatakan ada indikasi bahwa ancaman ini muncul setelah Paus Fransiskus menyatakan dukungannya terhadap rencana Amerika Serikat dan Sekutu untuk menyerang ISIS. Meski, dalam pernyataannya Paus tak menyebut mendukung perang. "Aku menekankan: hentikan. Saya tak menyebut bom, perang, hanya hentikan mereka."
"Apa yang telah dinyatakan oleh kelompok yang menyebut dirinya Negara Islam itu jelas, mereka ingin membunuh Paus. Ancaman terhadap Paus kredibel," kata Duta Besar itu kepada harian Italia, La Nazione, Selasa (16/9/2014).
Kaum militan ISIS dalam beberapa pekan terakhir sesumbar bahwa mereka ingin memperluas kekhalifahannya hingga ke Roma, jantung Gereja Kristen Barat, dan telah membahas rencana untuk menancapkan bendera hitam kaumnya di atas Basilika Santo Petrus.
"Saya yakin mereka bisa mencoba untuk membunuhnya dalam salah satu perjalanan ke luar negerinya atau bahkan di Roma. Ada sejumlah anggota ISIS yang bukan orang Arab, tetapi orang Kanada, Amerika, Perancis, Inggris, dan Italia juga. ISIS bisa melibatkan semua orang itu untuk melakukan serangan teroris di Eropa," kata Al Sadr kepada La Nazione.
Dubes yang telah bertugas selama empat tahun di Roma itu, mengatakan ISIS tidak hanya menjadi ancaman untuk kaum Kristiani dan Katolik, namun di Irak pun, mereka telah menghancurkan beberapa mesjid suci Muslim Syiah.
"Mereka juga menghancurkan tempat beribadah kaum Yazidi dan Kristen. Mereka telah menyatakan bahwa siapa pun yang tidak berada di sisi mereka, berarti melawan ISIS. Maka, pilihannya hanya pindah agama atau dibunuh. Dan mereka benar-benar melakukan hal itu. Ini merupakan sebuah genosida," papar Al Sadr.
Tidak Digubris
Namun, peringatan yang dilontarkan Al Sadr dianggap remeh oleh Vatikan. Menurut juru bicara Vatikan, Federico Lombardi, hingga saat ini pihaknya tidak menerima laporan adanya ancaman spesifik yang membahayakan Paus. Fransiskus tetap akan berkunjung ke Albania dan rencana itu tidak akan ditinjau ulang.
"Saat ini tidak ada ancaman atau risiko khusus yang akan mengubah perjalanan yang telah diatur ini," ungkap Lombardi.
Selama kunjungan ke Tirana, ibukota Albania pada hari Minggu mendatang, Paus akan mengadakan misa di alun-alun utama kota. Ia juga akan berkeliling menggunakan Popemobile, dengan atap terbuka, seperti biasanya. Paus, kata Lombardi, tak mau ada 'penghalang' antara dirinya dan orang-orang kebanyakan. Juga tak akan ada pengetatan keamanan dalam kunjungan Albania, meski ada informasi bahwa ekstremis Albania yang baru pulang dari Suriah atau Irak mungkin merencanakan serangan.
Perjalanan ke Albania dimaksudkan untuk merayakan kelahiran kembali Kristen setelah keyakinan agama hancur di bawah pemerintahan Komunis, Enver Hoxha. Juga untuk menunjukkan bagaimana umat Katolik, Ortodok, dan Muslim hidup berdampingan secara harmonis di negara berpenduduk 3 juta jiwa itu.
Hoxha, seorang diktator garis keras, menyatakan, Albania sebagai negara ateis pertama di dunia tahun 1967 dan mengizinkan penganiayaan terhadap umat Katolik. Paus Fransiskus juga akan mengunjungi Turki -- ke Ankara juga Istanbul, pada 29 dan 30 November 2014. Juga di bawah bayang-bayang ISIS.
Sumber :