Hari Arwah atau Hari Semua Arwah (penerjemahan secara harfiah dari bahasa Inggris: All Soul's Day) adalah suatu hari yang dirayakan untuk memperingati semua orang beriman yang telah meninggal dalam agama Kristen; biasanya untuk mengenang arwah kerabat, walaupun tidak secara khusus dimaksudkan untuk itu. Dalam Kekristenan Barat, perayaan tahunan ini sekarang diperingati setiap tanggal 2 November dan terkait dengan Hari Raya Semua Orang Kudus (1 November), serta vigilinya, Halloween (31 Oktober).
Bertepatan dengan Hari Arwah Gereja Katolik yang jatuh pada tanggal 2 Nopember. Pada hari tersebut kita sebagai umat Katolik diajak secara khusus meluangkan waktu untuk mendoakan arwah-arwah sanak-saudara, dan orang-orang lain yang telah mendahului kita. Doa-doa tersebut akan membantu arwah-arwah yang sedang berada di Api Penyucian untuk mendapatkan pengampunan dosa dari Tuhan, sehingga mereka bisa masuk ke Surga.
Mendoakan para arwah sudah dilakukan umat gereja perdana.
Sejak masa awal perkembangan agama Kristen, umat Kristiani telah mendoakan keluarga dan teman yang sudah meninggal dunia. Hal ini dibutktikan dengan adanya doa tertulis di katakomba. Di dalam Kitab Suci, praktek mendoakan keluarga yang telah meninggal tercatat pada kitab Makabe dan 2 Timotius 1:18 (Santo Paulus berdoa untuk Onesiforus yang telah meninggal dunia). Berdasarkan Alkitab, umat beriman akan mengalami masa pemurnian dari dosa setelah manusia mengalami kematian. Masa pemurnian in sering kali disebut sebagai api penyucian (purgatorium).
Pada abad ke-6, komunitas Benediktin memperingati umat yang telah meninggal pada perayaan Pentakosta. Pada tahun 998, perayaan hari arwah menjadi peringatan umum di bawah pengaruh rahib Odilo dari Biara Cluny. Mulai saat itu, perayaan arwah diadakan setiap tanggal 2 November di kalangan ordo Benediktin, biara Carthusian, gereja Anglikan, dan sebagian gereja Lutheran.
Perayaan liturgi dalam Ritus Roma secara resmi menyebutnya "Peringatan Arwah Semua Orang Beriman". Di beberapa negara, misalnya Meksiko, perayaan tersebut disebut sebagai Hari Orang Mati.
Saat ini Peringatan Arwah Semua Orang Beriman dirayakan setiap tanggal 2 November, yaitu sehari setelah peringatan Hari Raya Semua Orang Kudus. Dalam revisi Ritus Roma tahun 1969, jika tanggal 2 November jatuh pada hari Minggu maka perayaan Misa menggunakan liturgi Hari Arwah sedangkan Ibadat Harian menggunakan liturgi hari Minggu tersebut, tetapi perayaan publik Laudes (Ibadat Pagi) dan Vesper (Ibadat Sore) dari Doa Ofisi untuk Orang Meninggal tetap diperbolehkan. Di Inggris dan Wales, di mana hari raya wajib yang jatuh pada hari Sabtu dipindahkan ke hari berikutnya, jika 2 November bertepatan dengan hari Minggu maka Hari Raya Semua Orang Kudus dipindahkan ke hari tersebut dan Hari Arwah dipindahkan ke 3 November (Senin).
Mereka yang telah meninggal dunia dapat memperoleh indulgensi, baik indulgensi penuh ataupun sebagian, jika umat yang masih hidup melakukan perbuatan tertentu dan memenuhi persyaratan yang ditentukan.
Seringkali kita sebagai umat Katolik mendapat pertanyaan, mengapa orang Katolik mendoakan sanak saudara atau orang yang sudah mendahului kita. Bukankah orang mati dan kita sudah tidak ada hubungannya lagi, dan bukankah setiap orang yang sudah percaya dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan juruselamatnya sudah mendapat jaminan hidup yang kekal. Apakah itu alkitabiah?
Menurut Kitab Suci
Dalam Perjanjian Lama berdoa bagi orang mati terdapat di 2 Makabe 12:38-45.
Perikop ini mengisahkan bahwa ditemukan jimat-jimat dalam jubah pada orang-orang yang gugur dalam perang suci yang dipimpin oleh Yudas Makabe.
Maka segeralah mereka semua yang ada di tempat itu memuliakan Tuhan dan berdoa memohon Tuhan menghapuskan dosa-dosa mereka semua serta dikumpulkan uang untuk dikirimkan ke Yerusalem supaya para Imam di Bait Alah mempersembahkan korban penghapusan dosa bagi mereka gugur itu. Yudas dan anak buahnya melakukan ini karena mereka percaya bahwa mereka yang gugur itu akan bangkit.
Dalam Sirakh 7:33 juga dituliskan bahwa �Hendaklah kemurahan hatimu meliputi semua orang yang hidup, tapi orang matipun jangan kau kecualikan pula dari kerelaanmu�. Ayat ini mempunyai pengertian bahwa bantuan melalui doa-doa dan persembahan kepada orang yang sudah mendahului kita tidak akan sia-sia, karena itulah bentuk perhatian dan bantuan kita secara rohani kepada mereka.
Kedua kitab tersebut. di atas termasuk dalam kelompok Kitab Deteurokanonika yang tidak diakui oleh Gereja Kristen Protestan. Di sinilah letak perbedaannya.
Dalam Injil Matius 12:32 �Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia (manusia Yesus), ia masih diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus. Ia tidak akan diampuni. Di dunia ini tidak di dunia akan datangpun tidak�.
Ayat ini mempunyai arti bahwa jika seseorang menentang Roh Kudus maka dia tidak akan diampuni baik di dunia ini juga di dunia akan datang, artinya masih ada dosa-dosa yang bisa diampuni di dunia yang akan datang, ini menunjukkan masih ada harapan bagi orang yang sudah meninggal kalau orang tersebut belum di Surga atau di neraka, mereka ini masih di api penyucian (Purgatory). Karena keadaan orang yang sudah di Surga atau di neraka sudah tidak bisa diubah lagi atau didoakan.
Apa yang harus kita lakukan?
Dalam Ajaran Gereja Katolik kita mengenal adanya indulgensi.
"Sebuah indulgensi adalah sebagian atau penuh sesuai dengan apakah indulgensi tersebut menghapuskan sebagian atau segenap hukuman sementara yang disebabkan oleh dosa." Indulgensi bisa dikenakan kepada orang hidup maupun orang yang sudah meninggal." (Katekis Gereja Katolik nomor 1471).
Indulgensi adalah penghapusan sebagian atau seluruh hutang dosa di hadapan Tuhan atas hukuman sementara akibat dosa-dosa yang sudah diampuni serta untuk memulihkan luka-luka jiwa kita yang diakibatkan oleh dosa.
Tuhan lah yang memberikan wewenang kepada Gereja untuk memberikan indulgensi melalui perbuatan dan doa kita, kita boleh memperoleh indulgensi. Nah melalui indulgensi yang kita terima dapat membantu jiwa-jiwa di api penyucian supaya mereka cepat tiba di Surga.
Timbul pertanyaan bukankan kita sudah memperoleh pengampunan dosa melalui Sakramen Tobat?
Bahwa sejak kejatuhan manusia pertama dalam dosa, maka manusia cenderung melakukan dosa, dan setiap dosa itu melukai jiwa kita yang mengakibatkan manusia sulit menghindari dari perbuatan dosa yang sama di masa mendatang. Melalui Sakramen Tobat kita mendapat pengampunan dosa dengan penitensi, tetapi akibat dari dosa pada jiwa kita masih ada, dan tidak dapat kita rasakan / lihat. Maka jiwa kita harus dibersihkan, baik ketika kita masih hidup di dunia ataupun kelak kita meninggal. Tuhan melalui Gereja-Nya menyediakan bonus yang disebut indulgensi melalui doa dan silih yang kita lakukan.
Bagaimana cara menghindari Api Penyucian?
"Kamu tidak boleh takut pada Api Penyucian karena penderitaan di sana, tetapi mintalah bahwa kamu tak perlu ke sana untuk menyenangkan Allah, yang sangat enggan mengenakan hukuman itu." ~ St. Theresia Lisieux
Santo Paulus dalam 1 Korintus 3:10-15 menekankan betapa pentingnya bagi kita untuk memiliki dasar yang kuat dalam membangun bangunan rohani supaya tahan uji. Dasar yang kuat itu adalah Yesus Kristus sebagai pedoman hidup kita. Kalau kita bangunan hidup kita tidak di atas dasar yang kuat yaitu Yesus Kristus maka bangunan kita tidak akan tahan uji oleh api.
Kita membangun bangunan rohani melalui hidup sehari-hari dengan sungguh-sungguh memperbaiki diri mulai dari hal-hal yang kecil (berpikiran negatif, bohong demi kebaikan, membandingkan diri dengan orang lain, bersikap keras / kasar terhadap orang lain, menyakiti hati orang lain dsb). Mengapa? Karena hal-hal yang kecil sering kita tidak memperhatikan karena kita pikir tidak penting, tetapi Tuhan mencatat semuanya, sekecil apapun yang kita lakukan semuanya tercatat oleh Tuhan.
Dimana bangunan kita akan diuji oleh Tuhan?
Bangunan hidup kita akan diuji di Api Penyucian (Purgatory). Oleh karena itu selagi kita masih hidup di dunia, inilah kesempatan kita untuk terus memperkuat dasar bangunan kita dalam Yesus Kristus dengan selalu belajar dan berusaha hidup sesuai kehendak-Nya, selain itu untuk sanak saudara dan orang-orang yang sudah mendahului kita, sepatutnyalah kita mendoakan supaya mereka segera masuk ke Surga, dengan demikian kelak merekapun akan berdoa bagi kita.
Sumber: