Gunung Kidul (ANTARA News) - Gereja Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, tengah gencar mensosialisasikan imbauan bagi umat Katolik perempuan mengenakan mantila atau kerudung selama mengikuti perayaan ekaristi suci di gereja.
Romo Kepala Santo Petrus Kanisius Wonosari Bambang Ponco Santosa di Gunung Kidul, Minggu, menyarankan bagi perempuan Katolik, baik usia tua dan muda mengenakan mantila ini.
"Pemakaian mantila tidak diwajibkan. Tapi hanya mengimbau agar mantila selalu dikenakan kaum perempuan mengikuti ekaristi suci. Baik misa harian pagi, Jumat malam, Sabtu sore dan Minggu pagi," kata Romo Ponco.
Menurut Romo Ponco, imbauan gereja mengenakan mantila bagi perempuan Katolik mengikuti misa ekaristi kudus bukan tidak beralasan.
Menurutnya, mantila menjadi salah satu tradisi yang sudah begitu lama di dalam sejarah gereja Katolik yakni sejak zaman Rasul Paulus.
"Tapi tradisi ini dalam perkembangan gereja sudah tidak terlihat lagi sehingga kita ingatkan kembali kepada seluruh umat untuk tidak asing dengan kerudung bagi perempuan Katolik saat mengikuti ibadah," tambahnya romo dari ordo Serikat Yesus (SJ).
Misionaris yesuit asal Magelang yang kedua kalinya tugas di Paroki Wonosari mengajak umat tidak heran dengan penampilan baru mantila pada saat misa berlangsung yang selama ini hanya dikenakan para biarawati atau suster.
"Sukur kalau mantila ini nanti bisa menjadi kebiasaan. Upaya mesosialisasikan mantila bagi perempuan terus kami lakukan. Termasuk orang tua kepada anak perempuan," katanya.
Ia mengatakan dalam isi kitab suci Rasul Paulus mengingatkan wanita mengerudungi dirinya sendiri saat mengikuti misa. Sejarah tidak bisa dibantahkan di zamannya memang kerudung ini sudah menjadi kebiasaan bagi perempuan Katolik.
"Semoga juga menjadi kebiasaan bagi umat perempuan di Wonosari," katanya lagi.
Tim Kerja Komisi Hubungan Agama dan Kepercayaan (HAK) Dewan Paroki Wonosari FX Endro Tri Guntoro mendukung imbauan gereja memberlakukan mantila bagi kaum perempuan Katolik seperti diteladankan Bunda Maria juga dalam berbagai gambar tampil memang selalu berpakaian berkerudung kepala sebagai bentuk menjaga kehormatan.
"Mantila ini harusnya tidak menjadi sesuatu yang asing bagi umat katolik. Syukur juga mulai diberlakukan untuk paroki-paroki lain seperti Kelor Karangmojo dan Bandung Playen," kata dia.
Mensikapi pemakaian mantila perempuan ini, aktivis DPD Wanita Katolik RI (WKRI) DIY VM Suwarni menilai tidak akan ada keberatan bagi umat perempuan Katolik meskipun perihal busana dan mode ini menjadi bagian penting bagi perempuan. Akan tetapi, Suwarni mengajak umat perempuan mulai membiasakan dengan mantila untuk mengikuti ibadah.
"Soal canggung dan grogi dengan kerudung itu hanyalah persoalan terbiasa. Tetapi harus mulai ditanamkan sebagai bagian dari pendidikan etika sopan santun yang diawali dari tingkat keluarga Katolik sendiri," kata Suwarni.
Romo Kepala Santo Petrus Kanisius Wonosari Bambang Ponco Santosa di Gunung Kidul, Minggu, menyarankan bagi perempuan Katolik, baik usia tua dan muda mengenakan mantila ini.
"Pemakaian mantila tidak diwajibkan. Tapi hanya mengimbau agar mantila selalu dikenakan kaum perempuan mengikuti ekaristi suci. Baik misa harian pagi, Jumat malam, Sabtu sore dan Minggu pagi," kata Romo Ponco.
Menurut Romo Ponco, imbauan gereja mengenakan mantila bagi perempuan Katolik mengikuti misa ekaristi kudus bukan tidak beralasan.
Menurutnya, mantila menjadi salah satu tradisi yang sudah begitu lama di dalam sejarah gereja Katolik yakni sejak zaman Rasul Paulus.
"Tapi tradisi ini dalam perkembangan gereja sudah tidak terlihat lagi sehingga kita ingatkan kembali kepada seluruh umat untuk tidak asing dengan kerudung bagi perempuan Katolik saat mengikuti ibadah," tambahnya romo dari ordo Serikat Yesus (SJ).
Misionaris yesuit asal Magelang yang kedua kalinya tugas di Paroki Wonosari mengajak umat tidak heran dengan penampilan baru mantila pada saat misa berlangsung yang selama ini hanya dikenakan para biarawati atau suster.
"Sukur kalau mantila ini nanti bisa menjadi kebiasaan. Upaya mesosialisasikan mantila bagi perempuan terus kami lakukan. Termasuk orang tua kepada anak perempuan," katanya.
Ia mengatakan dalam isi kitab suci Rasul Paulus mengingatkan wanita mengerudungi dirinya sendiri saat mengikuti misa. Sejarah tidak bisa dibantahkan di zamannya memang kerudung ini sudah menjadi kebiasaan bagi perempuan Katolik.
"Semoga juga menjadi kebiasaan bagi umat perempuan di Wonosari," katanya lagi.
Tim Kerja Komisi Hubungan Agama dan Kepercayaan (HAK) Dewan Paroki Wonosari FX Endro Tri Guntoro mendukung imbauan gereja memberlakukan mantila bagi kaum perempuan Katolik seperti diteladankan Bunda Maria juga dalam berbagai gambar tampil memang selalu berpakaian berkerudung kepala sebagai bentuk menjaga kehormatan.
"Mantila ini harusnya tidak menjadi sesuatu yang asing bagi umat katolik. Syukur juga mulai diberlakukan untuk paroki-paroki lain seperti Kelor Karangmojo dan Bandung Playen," kata dia.
Mensikapi pemakaian mantila perempuan ini, aktivis DPD Wanita Katolik RI (WKRI) DIY VM Suwarni menilai tidak akan ada keberatan bagi umat perempuan Katolik meskipun perihal busana dan mode ini menjadi bagian penting bagi perempuan. Akan tetapi, Suwarni mengajak umat perempuan mulai membiasakan dengan mantila untuk mengikuti ibadah.
"Soal canggung dan grogi dengan kerudung itu hanyalah persoalan terbiasa. Tetapi harus mulai ditanamkan sebagai bagian dari pendidikan etika sopan santun yang diawali dari tingkat keluarga Katolik sendiri," kata Suwarni.
No comments:
Post a Comment