Ratusan orang menggelar aksi unjuk rasa di depan Museum Hagia Sophia menuntut agar pemerintah kembali mengalihfungsikannya sebagai masjid, seperti saat era Kekhalifahan Turki Utsmani.
Seperti dilansir Hurriyet Daily News, para demonstran membawa berbagai macam spanduk yang salah satunya bertuliskan: �Hagia Sophia perlu dibuka kembali sebagai masjid,� dalam aksi yang digelar di Istanbul, Minggu (24/05/2015).
Unjuk rasa tersebut dihadiri oleh berbagai macam organisasi non-pemerintah Turki, termasuk Yayasan Bantuan Kemanusiaan (IHH).
Baca juga: Muslim Turki Tuntut Hagia Sophia Menjadi Masjid, Umat Kristen Memilih Tetap menjadi Museum
Baca juga: Muslim Turki Tuntut Hagia Sophia Menjadi Masjid, Umat Kristen Memilih Tetap menjadi Museum
Mufti Mefail Hizli telah mengira bahwa tuntutan Hagia Sophia untuk dijadikan masjid akan terjadi pasca ucapan Paus Fransiskus tentang 'genosida Armenia' bulan lalu. Masyarakat Turki mengecam Paus Fransiskus karena menggunakan kata "genosida" ketika menggambarkan pembunuhan massal warga Armenia saat Kerajaan Ottoman berkuasa pada Perang Dunia Pertama.
"Terus terang, saya percaya bahwa pernyataan paus hanya akan mempercepat proses Hagia Sophia untuk dibuka kembali sebagai tempat ibadah umat Muslim," kata Mufti Mefail Hizli dalam pernyataan tertulis yang dilansir berita Turki Hurriyet pada bulan April.
Pemimpin agama berpendapat bahwa pernyataan Paus Fransiskus tentang pembunuhan massal, dimana Turki tidak mengakuinya sebagai genosida, mencerminkan perang salib modern yang diluncurkan di tanah ini selama berabad-abad.
Wakil Perdana Menteri Turki Bulent Arinc memicu protes pada bulan November 2013 saat ia menyuarakan harapan bahwa "Masjid Hagia Sophia" bisa segera digunakan sebagai masjid oleh jamaah. Komentar yang dikecam oleh negara tetangga Yunani, yang melihat bangunan ini sebagai bagian dari warisan sejarah dan agama. Kementerian luar negeri negara itu merilis pernyataan yang mengutuk pernyataan Arinc ini dan menganggap gagasan mengembalikan Hagia Sophia menjadi masjid sebagai penghinaan agama terhadap jutaan orang Kristen.
Mengenal Hagia Sophia
Wakil Perdana Menteri Turki Bulent Arinc memicu protes pada bulan November 2013 saat ia menyuarakan harapan bahwa "Masjid Hagia Sophia" bisa segera digunakan sebagai masjid oleh jamaah. Komentar yang dikecam oleh negara tetangga Yunani, yang melihat bangunan ini sebagai bagian dari warisan sejarah dan agama. Kementerian luar negeri negara itu merilis pernyataan yang mengutuk pernyataan Arinc ini dan menganggap gagasan mengembalikan Hagia Sophia menjadi masjid sebagai penghinaan agama terhadap jutaan orang Kristen.
Mengenal Hagia Sophia
Dirancang sebagai basilika Kristen pada abad keenam oleh Anthemios of Tralles dan Isidorus of Miletus, Hagia Sophia saat ini telah dianggap sebagai situs Warisan Dunia UNESCO.
Hagia Sophia menjadi tempat ibadah Kristen Ortodoks sampai tahun 1453 saat kota tersebut ditaklukan oleh panglima terbaik sepanjang sejarah Islam, Muhammad Al-Fatih, yang juga merupakan khalifah Turki Utsmani.
Baca juga: Hagia Sophia, Saksi Kisah Dramatis Jatuhnya Konstantinopel
Baca juga: Hagia Sophia, Saksi Kisah Dramatis Jatuhnya Konstantinopel
Setelah 916 tahun berfungsi sebagai gereja, Al-Fatih memerintahkan agar Hagia Sophia dialihfungsikan menjadi masjid, sebagai penanda penaklukan Muslim terhadap Konstantinopel. Mozaik gereja ditutupi menggunakan plester.
Hagia Sophia berfungsi sebagai masjid selama 482 tahun. Dan, setelah Kekhilafahan Turki Utsmani runtuh, Hagia Sophia kembali dialihfungsikan, kali ini menjadi sebuah museum pada tahun 1935.
Status bangunan ini telah menjadi isu sensitif, bukan hanya antara Kristen dan Muslim di wilayah ini tetapi juga antara sekularis dan Islamis di Turki. Unjuk rasa baru-baru ini untuk membuka kembali Hagia Sophia sebagai tempat ibadah umat Muslim telah mengakibatkan kemarahan dari kaum sekularis Turki, mereka mendukung agar Hagia Sophia tetap sebagai museum.
Sumber:
No comments:
Post a Comment